Anda di halaman 1dari 34

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pengajaran sebagai suatu proses dan suatu sistem merupakan salah satu bidang yang paling menentukan perkembangan dan kemajuan kehidupan manusia baik sebagai suatu bangsa maupun sebagai anggota masyarakat atau individu. Disamping itu pendidikan ikut mempengaruhi berbagai macam-macam aspek kehidupan manusia Dalam keseluruhan upaya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan, proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting, karena melalui aktivitas itulah tujuan pendidikan akan dicapai melalui perubahan perilaku siswa. Dalam proses belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran yaitu pengelolaan program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran itu sendiri. Kedua hal ini mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan instruksional sangat

tergantung pada mutu pengelolaan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran. Proses perbaikan pembelajaran merupakan sebuah komitmen yang harus dilakukan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di dalam kelas. keberhasilan proses pembelajaran ditandai dengan dikuasainya materi pelajaran oleh siswa yang diukur melalui tes atau ujian baik. Namun kenyataan yang ada pada setiap akhir proses pembelajaran harapan tersebut belum terwujud. Oleh karena itu perbaikan proses pembelajaran mutlak dilaksanakan oleh setiap guru.

Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Berhasilnya tidaknya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa. Misalnya dengan mcmbimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.

Berdasar pengalaman penulis sebgai guru di SD Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur, penulis menginginkan adanya peningkatan prestasi bagi tiap siswa-siswinya terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk itu banyak upaya yang dilakukan oleh Guru demi tercapainya tujuan tersebut. Mencermati keberadaan SD Inpres Liningaan, khususnya di kelas I terdapat setengah lebih jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya pada materi pokok Mengenal dan Mempraktikkan Jual Beli. Hal ini ditegaskan dari jumlah 23 siswa hanya 9 siswa atau sekitar 41% siswa yang sudah tuntas dan rata-rata mereka mendapat nilai diatas 60. berarti sekitar 14 atau 60% siswa belum tuntas belajar dengan banyak yang mendapat nilai kurang dari 60. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis selaku guru ingin melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

Kooperatif tipe JIGSAW untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pokok Bahasan Mengenal dan Mempraktikan Jual Beli. B. Pembatasan Masalah Karena terlalu banyaknya permasalahan sebagaimana diuraikan pada latar belakang masalah dia atas maka penelitianini dibatasi pada Efektifitas

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 SD Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pokok bahasan Mengenal Dan Mempraktikan Jual Beli.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan analisis yang sudah ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw efektif bila diterapkan pokok bahasan mengenal dan mempraktikan jual Beli di kelas 1 SD Inpres Liningaan kecamatan Tondano Timur? 2. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas 1 SD Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur setelah diterapkan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang akan dilakukan, penulis dapat mengambil manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Siswa a. Memotivasi siswa dalam pembelajaran b. Memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran c. Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru d. Menumbuhkan keberanian siswa dalam menjawab

2.

Bagi Guru a. Menambah pengalaman guru sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dan menjadi tenaga pendidik yang lebih professional. b. Meningkatkan pengetahuan guru dalam memperbaiki pembelajaran dikelasnya c. Sebagai pedoman, panduan dan perbandingan dalam meningkatkan proses belajar mengajar dalam kelas d. Memudahkan guru dalam menyajikan materi pelajaran e. Sarana bagi guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran

3.

Bagi Sekolah a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran di sekolah pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. b. Sekolah lebih maju dan berkembang karena adanya peningkatan hasil pembelajaran.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori Tentang Pembelajaran Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat diamati secara langsung dari luar, dan ditandai dengan adanya proses perubahan. Menurut Syaiful Bachri Djamarah (2000 : 141) belajar adalah serangkaian jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam beinterkasi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Selain definisi di atas, ada pula yang mendefinisikan bahwa belajar adalah berubah (Sardiman, 1994 : 23). Maksud yang terkandung dalam kalimat tersebut adalah bahwa belajar sebagai usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, melainkan juga membentuk suatu kecakapan, keterampilan, pengertian, sikap, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Yang jelas menyangkut semua aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli seperti tersebut di atas, maka belajar dapat disimpulkan sebagai suatu usaha memperoleh perubahan tingkah laku menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi ini guru berperan sebagai komunikator (communicator) yang akan menyampaikan pesan/bahan ajar (message) kepada siswa sebagai penerima pesan (communican).

Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur: tujuan, bahan pembelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Kegiatan pembelajaran pada dasarnya mengembangkan kemampuan psikis dan fisik serta penyesuaian sosial siswa secara utuh. Dari penjelasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah menciptakan suatu sistem untuk mendukung terlaksananya proses belajar. B. Hasil Belajar Wirawan (1994), mengemukakan bahwa hasil belajar diartikan sebagai nilai yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran selang kurung waktu tertentu. hasil belajar yang dimaksud adalah meliputi pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperoleh dari proses belajar mengajar di sekolah. Dari sudut pandang awam, hasil belajar memang relatif sukar diamati, karena sebagian besar merupakan variabel yang abstrak. Namun demikian, dari sisi keilmuan, hasil belajar dapat diamati, bahkan dapat diukur dengan alat ukur tertentu pula. Hasil belajar yang diperoleh dapat diukur dan diketahui berdasarkan perilaku sebelum dan sesudah belajar dilakukan, dalam bentuk hasil belajar. Adapun untuk mengukur hasil belajar antara lain dengan tes hasil belajar (ujian). Menurut Cronbach dalam Setyadi Permana, (2001) berpendapat bahwa ujian merupakan suatu pencapaian yang menunjukkan keberhasilan seseorang dalam proses belajar yang sudah dilakukan. Evaluasi hasil belajar adalah suatu kegiatan atau tindakan untuk mengevasluasi atau menilai perkembangan dan kemajuan siswa dalam usaha menguasai bahan atau materi pelajaran yang disajikan oleh

guru serta tujuan-tujuannya telah jelas dirumuskan dalam kurikulum (Soebiyanto, 1990 : 90). Azas penilaian evaluasi ini harus bersifat objektif dan menyeluruh, serta berkesinambungan. Yang dimakud dengan objektif bila penilaian menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Menyeluruh artinya bila penilaian mencakup seluruh proses belajar serta menggambarkan perubahan tingkah laku, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Selanjutnya dikatakan berkesinambungan bila pelaksanaan penilaian dilakukan secara terus menerus, berencana, dan bertahap. Ketiga hal tersbut merupakan prinsip-prinsip dalam evaluasi hasil belajar (Soebiyanto, 1990 : 90). Teknik evaluasi adalah cara-cara yang digunakan untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa. Pada garis besarnya teknik evaluasi dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Teknik tes Teknik tes yaitu teknik evaluasi yang menggunakan sejumlah tes untuk mendapatkan data. 2. Teknik non tes Teknik non tes yaitu teknik evaluasi yang tidak menggunakan alat tes atau soal-soal tes. Digunakan untuk mengukur segi afektif siswa, misalnya sikap, motivasi, bakat, maupun minat. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui angket, wawancara, maupun observasi atau inventory.

C.

Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, seorang guru pada saat menyajikan bahan ajar

kepada siswa kerap kali menggunakan media agar informasi/bahan ajar tersebut dapat diterima atau diserap dengan baik oleh para siswa dan pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku baik. Selain itu juga untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran membuat pembelajaran lebih terfokus, perhatian siswa akan lebih tertuju pada media tersebut. Hal ini berarti meningkatkan aktivitas belajar siswa dan terutama mengurangi terjadinya verbalisme (salah penafsiran) terhadap bahan ajar yang disampaikan pada diri siswa. D. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerjasama antara siswa dalam kelompok unutk mencapai tujuan pembelajaran, dimana para siswa dibagi dalam kelompokkelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah: a. Siswa belajar dalam bentuk kelompok, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan secara bersama. b. c. Siswa dibagi dalam kelompok yang heterogen. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Ada 6 langkah dalam pembelajaran kooperatif, enam langkah tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Langkah-langkah (sintax) dalam pembelajaran kooperatif. Fase 1 Tahap Menyampaikan dan motivasi siswa Perilaku guru tujuan Guru menyampaikan yang ingin semua dicapai tujuan pada

pelajaran

pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. 2 Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok- Guru menjelaskan kepada siswa

kelompok belajar

bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara

Membimbing

kelompok efisien serta kerja sama Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan

bekerja dan belajar

Evaluasi

tugas mereka Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil

10

kerjasamanya. 6 Memberikan Penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok (Ibrahim, 2000) E. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Model pembelajaran tipe jigsaw ditemukan oleh Elion Aronson di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin di Universitas Hopkins. Dalam penerapan jigsaw siswa dibagi dalam kelompok 4 atau 5 anggota secara heterogen. Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab pada tugas masing-masing dalam kelompok tersebut. Anggota kelompok yang mendapat tugas yang sama dari setiap kelompok, berkumpul dan berdiskusi tentang tugas mereka. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Dengan demikian terdapat kelompok ahli tiap-tiap tugas atau materi. Selanjutnya tim ahli ini kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan pada teman kelompok sendiri (Tambelu, 2004).

11

Tabel 2. Prosedur Tipe Jigsaw Tujuan Kognitif Tujuan Sosial Struktur tim Informasi Akademik Sederhana Kerja kelompok dan kerjasama Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok asal dan kelompok Ahli Pemilihan Topik Pelajaran Tugas Utama Biasanya Guru Siswa mempelajari materi dalam kelompok ahli kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi tersebut. Penilaian Pengakuan Bervariasi, dapat berupa tes mingguan Publikasi lain (Tambelu:2004) F. Hipotesis Tindakan Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif melalui tipe jigsaw pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pokok bahasan mengenal dan mempraktikan jual beli dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur.

12

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN A. Subyek Tempat dan Waktu Penelitian Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas I SD Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa pada minggu ketiga Bulan April dan minggu pertama Bulan Mei. Jumlah siswa kelas 1 ada 23, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Selama pelaksanaan penelitian, untuk mengamati proses pembelajaran, dan membantu pengumpulan data peneliti dibantu oleh teman sejawat dari SD Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa. B. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan pusat penekanan pada upaya penyempurnaan dan peningkatan kualitas proses serta praktek pembelajaran. Penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan Media Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan siswa atau meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas 1 SD Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa dalam kegiatan yang berbentuk siklus sebagai berikut 1. Perencanaan a) Studi pendahuluan melalui wawancara langsung oleh peneliti untuk mengetahui latar belakang keberadaan dan kemampuan akademik siswa yang menjadi subyek penelitian. b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan skenario pembelajaran.

13

c) Menyiapkan alat bantu pengajaran berupa LKS yang diperlukan dalam mengoptimalkan proses pembelajaran. d) Membuat alat evaluasi berupa tes tertulis 2) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah melaksanakan skenario yang telah dibuat. 3) Observasi / Evaluasi Observasi dalam penelitian tindakan adalah mengamati proses atau hasil dari tindakan yang dilakukan. Tahapan ini adalah implementasi dari hasil pengamatan selama proses pelaksanaan tindakan dan hasil evaluasi berdasarkan tes akhir yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Hasil pengamatan baik dari peneliti maupun dalam hal ini guru bidang studi dipadukan dengan hasil evalusi di akhir pelajaran. Hasil ini yang selanjutnya dicermati pada tahap refleksi. 4) Refleksi Pada tahap ini hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan dianalisa. Kemudian dari hasil kinerja tersebut akan dilihat apakah memenuhi target yang ditetapkan pada indikator kinerja. Jika belum maka penelitian akan dilanjutkan dan kelemahan-kelemahan penelitian sebelumnya akan diperbaiki. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan alursiklus dapat dilihat pada bagan berikut :

14

Perencanaan

Pelaksanaan

Observasi/evaluasi

Pelaksanaan

Perencanaan

Belum

Refleksi Berhasil

Observasi/evaluasi

Kesimpulan

Refleksi

Berhasil

Kesimpulan Gambar-1. Siklus Penelitian

(Arikunto,dkk.2006)

C. Teknik Pengumpulan Data a. Sumber data Adapun sumber data diperoleh dari proses pembelajaran siswa kelas 1 SD dan peneliti. b. Jenis data jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif, dimana data kuantitatif diperoleh dari hasil pekerjaan siswa dalam kelompok dan tes akhir, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi. c. Cara pengumpulan data Data diperoleh dari hasil 1) Tes tertulis , 3) lembar observasi D. Teknik Analisis Data Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

15

a. Data kuantitatif dianalisis dengan analisis deskriptif dalam hal ini menghitung persentasi hasil belajar siswa berdasarkan indikator keberhasilan. b. Data kualitatif dianalisa dengan menggunakan analisis kualitatif model alur yang terdiri dari reduksi, paparan dan verifikasi/penyimpulan data. E. Indikator Kinerja Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu apabila Peserta didik telah memperoleh nilai 60.

16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Per-Siklus Penulis melakukan penelitian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Penelitian pada masing-masing siklus mencakup penilaian aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa setelah selesai pelaksanaan perbaikan pembelajaran. 1. Pra Siklus a. Perencanaan 1. Meminta ijin dari Kepala Sekolah 2. Membuat RPP 3. Menghubungi teman sejawat 4. Melakukan pembelajaran b. Pelaksanaan Langkah-langkah perbaikan pembelajaran untuk mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut. 2. Pra KBM a. b. c. d. Guru Dan siswa Berdoa Bersama Guru Mengabsen siswa Guru menyiapkan Alat alat Pelajaran Guru mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran

17

3. Kegiatan Awal a. Apersepsi Guru mengajukan Pertanyaan yang mengarah pada materi : Contoh : Dimanakah tempat yang harus didatangi jika hendak membeli pensil? 3. Kegiatan Inti a. Secara klasikal siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang mengenal tempat jual beli b. Siswa melakukan tanya jawab tentang jual beli c. Setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat mengenal tempattempat jual beli 4. Kegiatan akhir a. Dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi b. Siswa melaksanakan Evaluasi c. Guru mengoreksi hasil evaluasi siswa c. Pengamatan Fokus Observasi : 1) 2) 3) 4) 5) 6) Penyediaan buku suku sumber : ada, tetapi tidak lengkap. Penyediaan alat peraga ada tetapi kurang relevan. Penyampaian informasi awal yang tentang materi yang dibahas : ada. Pelaksanaan apersepsi : ada. Penggunaan alat peraga secara optimal : tidak optimal. Penggunaan metode yang bervariasi : ya bervariasi, tetapi kurang relevan dengan materi.

18

7) 8) 9)

Menyampaikan kesimpulan materi : ya ada. Pelaksanaan evaluasi : ada. Menilai hasil evaluasi : ada.

10) Menganalisis hasil evaluasi : ya ada. d. Refleksi Melalui refleksi dan diskusi tentang hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial hasilnya masih jauh dari yang diharapkan, atau nilainya jauh dari KKM yang ditentukan (KKM IPS adalah 60). Selain itu juga aktivitas yang terlihat belum maksimal karena lebih dari 50 % jumlah siswa masih terlihat pasif dalam proses pembelajaran. Melihat kenyataan yang sedemikian rupa, maka penulis perlu

melaksanakan perbaikan siklus I. 2. Siklus I a. Perencanaan 1. Meminta ijin dari Kepala Sekolah 2. Membuat RPP 3. Menghubungi teman sejawat 4. Melakukan pembelajaran b. Pelaksanaan 1. Pra KBM b. Guru Dan siswa Berdoa Bersama c. Guru Mengabsen siswa d. Guru menyiapkan Alat alat Pelajaran e. Guru mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran

19

2. Kegiatan Awal a. Apersepsi Mengajukan Pertanyaan yang mengarah pada materi : Contoh : dimanakah tempat yang harus di datangi jika hendak

membeli buku tulis? b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kedalam kelompok ahli dan kelompok asal 3. Kegiatan Inti a. Secara klasikal siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan jual beli b. Secara individual siswa bertanya jawab tentang jual beli c. Setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat

menyebutkan tempat-tempat jual beli 4. Kegiatan Perbaikan a. Secara kelompok siswa melakukan mencoba berperan menjadi penjual dan pembeli dan mempraktikan kegiatan jual beli b. Secara individu siswa dapat mempraktikan jual beli. 5. Kegiatan akhir a. b. c. Dengan bimbingan Guru siswa menyimpulkan materi Siswa melaksanakan Evaluasi guru mengoreksi hasil evaluasi siswa

c. Pengamatan Fokus observasi : 1) Peningkatan prestasi belajar melalui metode Jigsaw: ada.

20

2)

Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar dengan bermain peran jual beli : ya ada, relevan.

3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

Penyediaan buku sumber : ya ada, lengkap. Penyedian alat peraga : ada. Penyampaian informasi awal tentang materi yang dibahas : ada. Pelaksanaan apersepsi : ada Penggunaan alat peraga secara optimal : ya ada. Penggunaan metode yang bervariasi : ya. Menyampaikan kesimpulan materi pelajaran : ya.

10) Pelaksanaan evaluasi : ya. 11) Menilai hasilk evaluasi : ya. 12) Menganalisis nilai hasil evaluasi : ya ada. d. Refleksi Melalui refleksi dan diskusi tentang hasil perbaikan pembelajaran IPS siklus I pada dasarnya sudah menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, tetapi berdasarkan analisis, hasil latihan kebanyakan siswa masih keliru dalam menunjukkan tempat jual beli sesuai dengan barang yang akan dibeli. Untuk itu penulis memandang masih perlu melaksanakan perbaikan siklus II. 3. Siklus II a. Perencanaan 1. Meminta ijin dari Kepala Sekolah 2. Membuat RPP 3. Menghubungi teman sejawat

21

4. Melakukan pembelajaran b. Pelaksanaan Langkah-langkah perbaikan pembelajaran siklus II sama dengan langkah-langkah perbaikan pembelajaran pada siklus I, langkahlangkah perbaikan siklus II adalah sebagai berikut : 1. Pra KBM a. Guru Dan siswa Berdoa Bersama b. Guru Mengabsen siswa c. Guru menyiapkan aat alat Pelajaran d. Guru mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran 2. Kegiatan Awal a. Apersepsi Mengajukan Pertanyaan yang mengarah pada materi : Contoh : dimanakah tempat yang harus didatangi jika hendak membeli pensil? b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kedalam kelompok ahli dan kelompok asal 3. Kegiatan Inti a. secara klasikal siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang jual beli b. secara individual siswa bertanya jawab tentang tempat-tempat jual beli c. setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat

mempraktekkan jual beli

22

4. Kegiatan Perbaikan a. Secara kelompok siswa melakukan praktek jual beli dengan mencoba berperan menjadi penjual dan pembeli b. Secara individu siswa dapat melakukan jual beli kebutuhan sehari-hari 5. Kegiatan akhir a. b. c. Dengan bimbingan Guru siswa menyimpulkan materi Siswa melaksanakan Evaluasi guru mengoreksi hasil evaluasi siswa

c. Pengamatan Fokus observasi : 1) Peningkatan prestasi belajar melalui metode kooperatif tipe JIGSAW : ada. 2) Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar melalui praktek bermain peran jual beli : ya ada, relevan. 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Penyediaan buku sumber : ya ada, lengkap. Penyedian alat peraga : ada. Penyampaian informasi awal tentang materi yang dibahas : ada. Pelaksanaan apersepsi : ada Penggunaan alat peraga secara optimal : ya ada. Penggunaan metode yang bervariasi : ya. Menyampaikan kesimpulan materi pelajaran : ya.

10) Pelaksanaan evaluasi : ya. 11) Menilai hasilk evaluasi : ya.

23

12) Menganalisis nilai hasil evaluasi : ya ada. d. Refleksi Melalui refleksi dan diskusi tentang hasil perbaikan pembelajaran IPS siklus II pada dasarnya sudah menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, maka pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan tuntas. B. Hasil Belajar Siswa a. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Hasil tes formatif dari 23 siswa kelas I semester 1 SD Inpres Liningaan kecamatan Tondano Timur mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dengan kompetensi Dasar Mempraktikan kegiatan jual beli pra siklus, siklus I, siklus II dapat dilihat dari tabel 3 berikut. Pra No Nama Siswa Siklus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Yosua Palanewen Verrel Dien Mauren Moningkey Virginia Kontey Ravair Surentu Anastasya Karundeng Andini Wowor Axel Ndau Christy Rompas 40 45 40 45 50 50 40 50 55 50 55 50 55 60 60 50 60 65 75 80 75 80 85 85 75 85 90 Siklus I Siklus II Ket

24

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Princes Manus Habel Rizali Noval Rumayar Victor Rumayang Grigford Lumuko Marselin Sumarau Kendy Umbunan Sekina Rantung Yoga Priyono Jeinif Sakul Micel Matheos Feronika Muya Kristofel Legoh Alviend Hehanusa Rata rata

45 40 50 55 60 60 50 60 55 40 50 55 60 45 51.08696

55 50 60 65 70 70 60 70 65 50 60 65 70 55 61.0869565

80 75 85 90 95 95 85 95 90 75 85 90 95 80 84.5652174

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa b. Grafik Hasil belajar Siswa Grafik Prosentase Prestasi Belajar Siswa Kelas I SD Inpres Liningaan

Kecamatan Tondano Timur Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

25

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II

Column1 Column2 rata-rata

Gambar 2: Grafik Hasil Belajar Siswa Berdasarkan analisis hasil evaluasi yang telah dilaksanakan, sebelum adanya perbaikan pembelajaran (pra siklus) tercatat 14 siswa dari 23 siswa yang mendapat nilai kurang dari 60 dengan nilai terendah 40 dan nilai rata-rata 51,08. Namun setelah adanya perbaikan pembelajaran siklus I, siswa yang mencapai nilai 60 semakin bertambah dengan rata-rata kelas 61,08 pada siklus II siswa yang mencapai nilai diatas 60 semakin bertambah dengan rata-rata kelas 84,56. C. Aktivitas Belajar Siswa a. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas pelaksanaan pembelajaran IPS kelas I semester II pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Aspek Yang No Diamati Pra KBM a. Berdoa 1 bersama b. Mengabsen 100 % 100 % 100 % 300 % 100 % 100 % 100 % 100 % 300 % 100 % Pra Siklus Siklus I Siklus II Jml Rata2

26

siswa c. Mengkondisikan siswa Kegiatan Awal Guru menanyakan informasi awal 2 yang diketahui siswa tentang perkalian dan pembagian Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan 3 tentang Jual beli b. Saat tanya 60 % jawab Kegiatan Perbaikan 60 % 4 a. Saat demonstrasi b. Saat latihan 80 % 80 % 80 % 240 % 80 % 80 % 100 % 240 % 80 % 80 % 100 % 240 % 80 % 60 % 80 % 100 % 240 % 80 % 80 % 80 % 100 % 260 % 87 % 80 % 80 % 80 % 240 % 80 %

27

soal c. Saat mengoreksi hasil latihan Kegiatan Akhir a. Saat 80 % menyimpulkan materi b. Saat 5 mengerjakan tes akhir c. saat menganalisa hasil tes 6 Kesan umum Jumlah Rata-rata 80 % 1000 % 77 % 100 % 1120% 86 % 100 % 1240% 95 % 280 % 3360% 256 % 93 % 1120% 86 % 60 % 80 % 100 % 240 % 80 % 80 % 100 % 100 % 280 % 93 % 80 % 80 % 240 % 80 % 80 % 80 % 100 % 260 % 87 %

Table 4 Rekapitilasi Aktifitas Belajar Siswa b. Grafik Aktivitas Belajar Siswa Grafik Prosentase Aktivitas Siswa Kelas I SD Inpres Liningaan Mata

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II.

28

120 100 80 60 40 20 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II rata-rata

Grafik 2 : Aktifitas Belajar Siswa Hasil refleksi terhadap hasil proses perbaikan pembelajaran dan hasil

observasi yang dilakukan pengamat tercatat hal-hal sebagai berikut: Sebelum diadakan perbaikan pembelajaran (pra siklus) Ilmu Pengetahuan sosial, tingkat kegairahan dan keberanian siswa tergolong rendah yaitu hanya 77 %. Aktifitas pembelajaran masih didominasi oleh guru. Namun setelah perbaikan pembelajaran siklus I, kegairahan dan keberanian siswa dalam pembelajaran meningkat menjadi 86 % siswa terlihat aktif dan antusias dalam pembelajaran, 80% siswa menjawab pertanyaan guru, 80% siswa bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru. Pada siklus II siswa aktivitas siswa semakin bertambah menjadi 95 %. D. Pembahasan dari Setiap Siklus a. Pra Siklus a. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pada mata pelajaran IPS dari 23 siswa masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (KKM yang ditetapkan 60) yaitu 9 anak (41,5 %) yang dapat dianggap telah memenuhi

29

standar KKM dan 14 anak (59,5 %) yang masih mendapat nilai dibawah standar KKM. Rendahnya prestasi belajar siswa pada pra siklus dikarenakan guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat. b. Aktifitas Belajar Siswa Aktivitas belajar siswa masih tergolong rendah karena tingkat keaktifan siswa hanya 59 %. Rendahnya aktifitas siswa ini disebabkan karena guru belum menggunakan media pembelajaran yang tepat b. Siklus I a. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh bahwa pada mata pelajaran IPS dari 23 siswa masih banyak juga siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM dengan prosentase sebagai berikut : sebanyak 5 anak ( 21,7 % ) yang masih dibawah standar KKM dan 18 (78,2 %) siswa yang sudah memenuhi standar KKM. Banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM disebabkan karena guru kurang siap dalam menyampaikan pembelajaran walaupun sudah menggunakan metode yang tepat yaitu metode latihan disamping itu juga siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif. b. Aktifitas Belajar Siswa Dalam hal aktivitas belajar, siswa banyak mengalami kemajuan dari 59 % menjadi 74 % hal ini dikarenakan guru sudah menggunakan metode dan media pembelajaran yang sudah tepat.

30

3. Siklus II a. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pada mata pelajaran IPS dari 23 siswa telah telah mendapat nilai yang memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) dalam hal ini pembelajaran dikatakan tuntas. Ketuntasan dalam pembelajaran IPS ini dsebabkan karena guru sudah siap dalam menggunakan metode latihan. c. Aktifitas Belajar Siswa Dalam hal aktifitas belajar, siswa banyak mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari pra siklus 59 %, siklus 74 % sedangkan siklus II-nya 92 %. Peningkatan aktifitas belajar ini dikarenakan guru siap dalam menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif tipe JIGSAW.

31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran kompetensi dasar Mempraktikan kegiatan jual beli pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa : 1. Untuk meningkatkan penguasaan materi dapat dilakukan melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa dari pra siklus 51.08, siklus I 61.08 dan pada Siklus II 84.5 2. Dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa dari Pra Siklus, Siklus I sampai dengan Siklus II Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sangat efektif di terapkan pada mata pelajaran IPS kelas 1 SD pokok bahasan mengenal dan mempraktikkan jual beli B. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, penulis memberi saran-saran yang dapat memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan : 1. Kepada Kepala UPPK agar memberikan motivasi kepada guru-guru untuk melakukan refleksi sehingga bila mengalami kegagalan dalam

pembelajaran tidak selalu menyalahkan siswa.

32

2. Kepada Kepala Sekolah agar memberikan dukungan kepada guru-guru untuk melakukan refleksi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 3. Pemahaman perbaikan pembelajaran ini perlu disampaikan dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru ( KKG ). 4. Kepada teman-teman guru agar memilih metode dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi dan kemampuan siswa sehingga perhatian siswa dapat terfokus pada pembelajaran. 5. Kepada komite dan wali murid agar memberikan dorongan kepada anaknya untuk giat belajar sehingga materi yang telah diajarkan dapat diserap dengan baik.

33

DAFTAR PUSTAKA Arikunto,dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta Dra. M. G. Dwidjiastuti, M.Pd, dkk. (1997). Strategi Belajar Mengajar. D II PGSD / Semester II, Surakarta, Universitas Sebelas Maret. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belaja Jakarta: PT. Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.Ibrahim, H.M.,F.Rachmadiarti, M.Nur, Ismono. 2000.

Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UNESA Surabaya: University Press Soebiyanto. 1990. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam. Malang IKIP MALANG Sudjana, N. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru, Bandung. Setyadi-Permana, T. (2001). Kajian Hasil Belajar dan Aspek Afektif Siswa pada Pembelajaran Konsep Invertebrata di SMUN 2 Bandung dengan Tiga Metode Pembelajaran yang Berbeda. SKRIPSI FPMIPA UPI Sugandi Achmad Drs. M.Pd, dkk (2004) Teori Pembelajaran, Semarang, UPT MKK UNNES Tambelu J. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif. Laporan Penelitian FMIPA UNIMA Wirawan Y. G. 1994. Evaluasi Belajar. UGM Yogyakarta 1994. Proses Belajar Mengajar. Tarsito, Bandung. Wardani, IG. A. K. dkk (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional (panduan).Pusat Penerbitan Univesitas Terbuka. Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai