Anda di halaman 1dari 14

Kepaniteraan Klinik Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Periode 21 Mei 2012 23 Juni 2012 Rumah Sakit Husada

a Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta STATUS PASIEN KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAR RS HUSADA
Nama : Hana Riliyana H NIM : 406102028 Dr. pembimbing : dr. Hendrik Kunta Adjie, Sp. KK

A. IDENTITAS PASIEN Nama : An. J Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 11 tahun Alamat : diketahui Pekerjaan : Pelajar

B. ANAMNESA Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 23 Mei 2012 jam 14.35 WIB Keluhan utama: gatal di hampir seluruh badan terutama punggung Keluhan tambahan: bengkak kemerahan pada pergelangan tangan kiri Riwayat perjalanan penyakit: penderita datang ke poli kulit RS HUSADA pada tanggal 23 Mei 2012 dengan keluhan gatal-gatal pada tubuh terutama di punggung. Selain itu, rasa gatal juga terdapat di muka, dada, perut, lengan, tangan, dan kaki. Keluhan sering hilang timbul namun dirasakan semakin berat sejak 3 hari yang lalu. Pada pergelangan tangan kiri, pasien merasakan gatal dan bengkak kemerahan yang muncul sejak + 1 tahun yang lalu. Pasien sering memakai jam tangan dari bahan karet. 1

Riwayat penyakit dahulu: penderita pernah mengalami keluhan seperti ini dan sering hilang timbul, namun keluhan sekarang dirasakan lebih berat. keluhan hanya dipakaikan bedak untuk mengurangi gatal riwayat alergi debu riwayat asma disangkal

C. STATUS GENERALISATA Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Status gizi : Baik Suhu : Afebris Berat badan : 69 kg Tinggi badan : 158 cm Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Gigi THT : Tidak ada gigi bolong : Dalam batas normal

D. STATUS DERMATOLOGI Distribusi : Generalisata, simetris Lokasi : punggung, wajah, dada, perut, lengan, tangan, dan kaki Effloresensi : Pada regio punggung, wajah, lengan,dan tungkai terdapat papul-papul milier eritematosa bilateral. Pada regio pergelangan tangan kiri terdapat likenifikasi dengan erosi dan skuama disertai krusta, dan tampak pula fisur. Batasnya kabur.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Uji Tempel (Patch Test) Pemeriksaan Ig E

F. RESUME Telah diperiksa seorang anak laki-laki, berusia 11 tahun, datang dengan keluhan gatal pada punggung, tangan, kaki, dan wajah sejak 3 hari yang lalu sebelum datang ke Rumah Sakit. Gatal terutama dirasakan pada daerah punggung. Pada pergelangan tangan kiri, pasien merasakan gatal dan bengkak kemerahan yang muncul sejak + 1 tahun yang lalu karena memakai jam tangan karet. Pasien mengatakan pernah mengalami gejala kelainan kulit yang sama namun sekarang lebih berat.

G. DIAGNOSA a. Diagnosa kerja : Dermatitis Kontak Alergi dengan atopisasi b. Diagnosa banding : - Dermatitis kontak iritan - Dermatitis atopi - Dermatitis alimentosa

H. PENATALAKSANAAN 1. Medikamentosa a. Sistemik Steroid injeksi + oral Loratadine 10 mg, dosis : 1 tab/hari Kotrimoksazol 2 x 2 tab Prednisolon 1mg/kgBB/hari

b. Topikal Salep Garamicin + steroid (untuk pergelangan tangan kiri) Bedak kocok untuk mengurangi gatal di badan, muka, tangan, dan kaki

2. Non medikamentosa - Mengenali dan hindari pencetus alergi

I. PROGNOSIS Ad vitam Ad functionam Ad sanationam : bonam : bonam : dubia ad bonam

DERMATITIS KONTAK ALERGI (DKA)

EPIDEMIOLOGI
Bila dibandingkan dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI), jumlah penderita DKA lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitif). Diramalkan bahwa jumlah DKA maupun DKI makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat. Namun informasi mengenai prevalensi dan insidens DKA di masyarakat sangat sedikit, sehingga beberapa angka yang mendekati kebenaran belum didapat. Dahulu diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan DKA 20%, tetapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja karena alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50 dan 60 persen. Sedangkan dari satu penelitian ditemukan frekuensi DKA bykan akibat kerja tiga kali lebih sering daripada DKA akibat kerja.

ETIOLOGI
Penyebab DKA adalah bahan kimia sderhana dengan berat molekul umumnya rendah (< 1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses, merupakan hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis di bawahnya (sel hidup). Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya, potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu, dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis), status imunologik (misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari).

PATOGENESIS
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada DKA adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh (cell-mediated immune respons) atau reaksi imunologik tipe IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elitasi. Hanya individu yang telah mengalami sensitisasi dapat menderita DKA. Fase sensitasi

Fase elitasi

GEJALA KLINIS
Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). DKA aku ditempat tertentu, misalnya kelopak mata, penis, skrotum, eritema dan edema lebih dominan daripada vesikel. Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis yang mungkin penyebabnya juga campuran. DKA dapat meluas ke tempat lain, misalnya dengan cara autosensitisasi. Scalp, telapak tangan dan kaki relatif resisten terhadap DKA.

Fase DKA
Fase akut Muncul 24 - 48 jam Keluhan subjektif : gatal Ringan : eritema dan edema Berat : eritema, edema, vesikel/bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi Fase sub akut Terlihat eritema, edema ringan, vesikula, krusta dan pembentukan papul-papul. Fase Kronis Timbul karena kontak yang berulang-ulang. Lesi cenderung simetris, batasnya kabur 8

Kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan.

Berbagai Lokasi Terjadinya DKA


Tangan. Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan, mungkin karena tangan merupakan organ tubuh yang paling sering digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Penyakit kulit akibat kerja, sepertiga atau lebih mengenai tangan. Tidak jarang ditemukan riwayat atopi pada penderita. Pada pekerjaan yang basah (wet work), misalnya memasak makanan, mencuci pakaian, pengatur rambut di salon, angka kejadian dermatitis tangan lebih tinggi. Etiologi dermatitis tangan sangat kompleks karena banyak sekali faktor yang berperan disamping atopi. Contoh bahan yang dapat menimbulkan dermatitis tangan, misalnya diterjen, antiseptik, getah sayuran, semen, dan pestisida. Lengan. Alergen umumnya sama dengan pada tangan,misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di ketiak dapat disebabkan oleh deodorant, antiperspirant, formaldehid yang ada di pakaian. Wajah. Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, spons (karet), obat topikal, alergen di udara (aero-alergen), nikel (tangkai kacamata), semua alergen yang kontak dengan tangan dapatmengenai muka, kelopak mata, dan leher pada waktu menyeka keringat. Bila di bibir atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut, maskara, eye shadow, obat tetes mata, salep mata. Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak pada telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, angkai kacamata, cat rambut, hearing-aids, gagang telepon.

Leher. Penyebab kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari), parfum, alergen di udara, zat warna pakaian. Badan. Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh tekstil, zat warna, kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, deterjen, bahan pelembut atau pewangi pakaian. Genitalia. Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, alergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi, deterjen. Bila mengenai daerah anal, mungkin disebabkan oleh obat antihemoroid. Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh tekstil, dompet, kunci (nikel), kaos kaki nilon, obat topikal, semen, sepatu/sandal. Pada kaki dapat disebabkan oleh deterjen, bahan pembersih lantai. Dermatitis kontak sistemik. Terjadi pada individu yang telah tersensitisasi secara topikal oleh suatu alergen, selanjutnya terpajan secara sistemik, kemudian timbul reaksi terbatas pada tempat tersebut. Walaupun jarang terjadi, reaksi dapat meluas bahkan secara eritrodermal. Penyebabnya, misalnya nikel, formaldehid, balsam Peru.

DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesa yang cermatdan pemeriksaan klinis yang teliti. Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit yang ditemukan.

Misalnya, ada kelainan kulit berukuran numular disekitar umbilicus nerupa hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat pinggang yangterbuat dari lagam (nikel). Data yang berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika,bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, riwayat atopi, baik dari yangbersangkutan maupun keluarganya. Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan kulit sering kali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodorant, di 10

pergelangan tangan oleh jam tangan, di kedua kaki oleh sepatu/sandal. Pemeriksaan hendaknya dilakukan di tempat yang cukup terang, pada seluruh kulit untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.

DIAGNOSA BANDING
Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang khas,dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis banding yang terutama ialah dengan DKI. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji temple perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi.

PENGOBATAN
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul. Medikamentosa : Antihistamin Kortikosteroid topikal Kortikosteroid sistemik Antibiotik oral/topikal jika terdapat infeksi sekunder

Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel atau bula, serta eksudatif (madidans), misalnya prednison 30 mg/hr. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Sedangkan kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal atau larutan air salisil 1:1000.

11

Non medikamentosa : Kenali dan hindari bahan alergen Mencegah terjadinya kontak dengan bahan alergen

Untuk DKA ringan atau DKA akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid atau makrolaktam (pimecrolimus atau tacrolimus) secara topikal.

PROGNOSIS
Prognosis DKA umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurangbaik dan menjadi kronis bila terjadi nersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau terpajan oleh alergen yang tidak mungkin dihindari, misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yangterdapat di lingkungan penderita.

12

ANALISA KASUS

Pasien anak laki-laki, usia 11 tahun, datang ke Poliklinik Kulit RS Husada dengan keluhan gatal terutama pada bagian punggung sejak 3 hari yang lalu. Selain itu gatal juga dirasakan pada bagian wajah, dada, perut, lengan, tangan, dan kaki. Pada pergelangan tangan kiri kelainan kulit dirasakan sejak + 1 tahun yang lalu. Dari hasil pemeriksaan yang di lakukan, didapatkan pasien ini menderita dermatitis kontak alergi yang disertai dengan atopisasi. Dasar diagnosis adalah adanya riwayat kontak dg suatu bahan, terdapat tanda dermatitis di tempat kontak, terdapat tanda dermatitis di sekitar tempat kontak tetapi lebih ringan, namun karena pasien mempunyai bakat atopi maka tanda dermatitis ditemukan generalisata, dan adanya rasa gatal amat sangat. Garukan disebabkan oleh sensasi gatal yang disebabkan karena kontak dengan jam tangan dari bahan karet. Menurut pasien, gatal lebih dirasakan menggangu pada bagian punggung, sedangkan pada pergelangan tangan kiri terkadang tidak terasa gatal. Faktor pencetus dari diagnosis dermatitis kontak alergi ini diketahui karena memakai jam tangan dari bahan karet. Os mengaku pernah merasakan gejala yang sama namun tidak seberat sekarang, terdapat riwayat alergi debu. Namun, untuk menegakkan diagnosis dermatitis kontak alergi ini dianjurkan pemeriksaan Patch Test untuk mencari dan membuktikan penyebab dermatitis konntak alergi. Dilakukan juga pemeriksaan darah dan tes alergi untuk memastikan kemungkinan alergi sebagai pemicu terjadinya kelainan ini. Terapi dermatitis kontak alergi dengan atopisasi adalah dengan pemberian injeksi steroid dan oral saat di poli tuk mengurangi efek dari bakat atopik pada pasien. Obat anti pruritus Loratadine, yaitu golongan antihistamin untuk menghilangkan sensasi gatal. Selain itu, diberikan juga kortikosteroid oral dan topikal, yaitu Prednisolone untuk mengatasi peradangan pada lesi, serta antibiotik Kotrimoksazol untuk mencegah dan mengatasi infeksi sekunder. Untuk pergelangan tangan kiri diberikan salep Garamycin kombinasi steroid. Disarankan pada pasien supaya menjaga kebersihan dan menghindari paparan bahan yang mencetuskan alergi.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Adhi,Prof.Dr.dr. : ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN, Balai Penerbit FKUI Jakarta 2005, 4 ed, hal:133-138. 2. Harahap, Mawali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta. 3. Hogan, D. 2010. Alergic Contact Dermatitis. http://emedicine.medscape.com/artcle/1049216-overview. 4. www.scribd.com : dermatitis kontak alergi

14

Anda mungkin juga menyukai