Anda di halaman 1dari 4

Anang Cahya Utama 06401241018

DISKUSI DEMOKRASI DELIBERATIF


Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Politik Indonesia

Disusun oleh :

Anang Cahya Utama

06401241018

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

Anang Cahya Utama 06401241018 ANALISI DEMOKRASI DELIBERATIF Demokrasi deliberatif merupakan sebuah bentuk demokrasi yang menempatkan Negara dan masyarakat sebagai subjek, bukan objek sebagaimana konsep demokrasi liberal. Jadi, antara Negara dan warganya tidak ada yang memiliki otoritas paling besar. Keduanya memiliki atau memegang porsi kekuasaan yang sama. Kebijakan politis yang diambil pun harus melalui tindakan komunikatif antar keduanya. Demokrasi deliberatif mengutamakan penggunaan tata cara pengambilan keputusan yang menekankan musyawarah dan penggalian masalah melalui dialog dan tukar pengalaman di antara para pihak dan warganegara. Tujuannya untuk mencapai musyawarah dan mufakat berdasarkan hasil-hasil diskusi dengan mempertimbangkan berbagai kriteria. Keterlibatan warga merupakan inti dari demokrasi deliberatif. Demokrasi deliberatif berbeda dengan demokrasi perwakilan, yang menekankan keterwakilan (representation), prosedur pemilihan perwakilan yang ketat, dan mengenal istilah mayoritas dan minoritas. Demokrasi deliberatif mengutamakan kerjasama antar-ide dan antarpihak, sedangkan kata kunci demokrasi perwakilan adalah kompetisi antar-ide dan antar-kelompok. Jika demokrasi perwakilan ditandai oleh kompetisi politik, kemenangan, dan kekalahan satu pihak, maka demokrasi deliberatif atau demokrasi musyawarah lebih menonjolkan argumentasi, dialog, saling menghormati, dan berupaya mencapai titik temu dan mufakat. Demokrasi langsung mengandalkan Pemilu, sistem keterwakilan (delegasi wewenang dan kekuasaan), dan elite-elite politik, sedangkan demokrasi deliberatif lebih menekankan partisipasi dan keterlibatan langsung warganegara. Ciri khas demokrasi deliberatif ditandai dengan adanya proses pemilihan pemimpin dan pembuatan keputusan yang dilakukan melalui proses partisipasi warga secara langsung, bukan melalui voting atau perwakilan, melainkan melalui dialog, musyawarah dan pengambilan kesepakatan. Kelebihan dari demokrasi deliberatif adalah: Memungkinkan partisipasi secara luas dan menghindari terjadinya oligarki elit dalam pengambilan keputusan; Menghindari kompetisi individual memperebutkan posisi pemimpin dalam proses pemilihan (voting) langsung; Mengurangi praktik-praktik intimidasi, kekerasan, politik uang, dan KKN. Demokrasi deliberatif muncul sebagai kritik dan upaya untuk memperbaiki demokrasi perwakilan yang selama ini berjalan di hampir semua negara demokratis, baik di negara maju

Anang Cahya Utama 06401241018 maupun berkembang, dan menjadi mekanisme utama dalam pengambilan keputusan. Kelemahan demokrasi perwakilan sudah banyak didokumentasikan oleh para ahli dan lembaga. Salah satu kelemahan demokrasi perwakilan adalah terjadinya apa yang disebut sebagai krisis legitimasi (legitimation crisis) oleh Jurgen Habermas, sebagai akibat dari tidak adanya partisipasi warganegara dalam sejumlah kebijakan penting. Akibatnya, banyak keputusan tentang kebijakan, peraturan, dan program publik yang tidak didukung, bahkan ditolak oleh warganegara.

Analisis Permasalahan Di Indonesia yang Dikaitkan dengan Demokrasi Deliberatif Setelah Orde Baru, 21 Mei 1998, Indonesia segera memasuki fase yang disebut dengan liberalisasi politik awal. Inilah fase yang ditandai oleh serba ketidakpastian. Ternyata penerapan sistem Demokrasi liberal (liberalisasi politik) pasca lengsernya Orde Baru belum juga mampu menuntaskan berbagai problem kebangsaan yang kini melanda bangsa kita. Di samping itu, aspirasi rakyat pun tidak tersalurkan secara utuh. Sebab, prinsip dasar demokrasi liberal sebagaimana yang diandaikan konsep negara hukum klasik adalah individu, masyarakat, ekonomi, dan kebudayaan harus berada di bawah kekuasaan negara. Jadi, kebebasan mereka masih terbelenggu oleh dominasi Negara. Mulai dari krisis moneter 1997, gesekan antar golongan/agama/suku, kenaikan BBM, bencana alam, pemanasan global, dan lain-lain. Semua persoalan itu mengindikasikan bahwa demokrasi liberal telah gagal untuk memecahkan persoalan bangsa dalam masyarakat yang plural dan majemuk seperti Indonesia sekarang ini. Jika demokrasi liberatif sudah tidak mampu lagi memecah persoalan kebangsaan, maka demokrasi deliberatiflah yang mampu untuk memecahkan masalah yang ada di negara ini. Pada realitasnya, belakangan ini Indonesia mengalami begitu banyak persoalan yang sangat kompleks. Berbagai pesoalan tersebut, secara tidak langsung mengancam keutuhan NKRI. Bangsa Indonesia kini tengah berada di tengah-tengah badai krisis multidimensi yang berakibat pada terciptanya disintegrasi bangsa. Oleh sebab itulah sudah saatnya bangsa Indonesia menggeser filosofi hukum negara, dari demokrasi liberalis ke demokrasi deliberatif. Menurut Habermas, demokrasi deliberatif adalah proses demokratisasi politis yang melibatkan semua pihak dalam mengambil kebijakan. Deliberasi yang diinginkan Habermas adalah rasionalitas publik. Dengan model demokrasi deliberatif bagi negara hukum demokratis modern ini, Habermas telah menyumbangkan suatu model pemerintahan demokratis, yang legitimasinya diraih dari penggunaan rasio secara publik oleh seluruh warga negara. Bagi Habermas, negara

Anang Cahya Utama 06401241018 tidak hanya bertugas sebagai pengontrol hak-hak warga negaranya, tetapi negara dan rakyat adalah dua elemen yang mempunyai hubungan erat. Di mana kebijakan dihasilkan dari proses komunikatif antar keduanya (demokrasi deliberatif). Dalam filsafat politik dan hukumnya, Habermas lebih menekankan pada tindakan komunikatif. Artinya, pemerintah dan masyarakat harus bermusyawarah untuk menentukan suatu kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan umum. Dengan begitu, kemajemukan dalam suatu bangsa tidak lagi menjadi hambatan bagi terciptanya integrasi sosial. Adanya fenomena runtuhnya bangunan demokrasi dalam partai politik yang lebih memuja figur sentral ketimbang mekanisme dan aturan main organisasi, ini yang menjadi sandungan tegaknya demokrasi di Indonesia. Kecenderungan partai politik belakangan ini adalah membangun kekuasaan baru, bahkan menjadi semacam partai home industri dengan munculnya nama-nama keluarga besar tokoh partai dalam daftar calegnya. Untuk itu perlu adanya demokratisasi internal partai-partai, bahwa pendirian partai hendaknya didasarkan pada cita-cita besar bersama, yaitu kesejahteraan warga. Jika tidak, partai politik hanyalah alat merebut kekuasaan dengan mengabaikan kepentingan warganya. Sebagai pilar demokrasi, partai politik, perlu membangun demokratisasi internal, sehingga dari situ kita bisa mengajak rakyat untuk membangun kekuatan bersama. Dalam demokrasi deliberatif, tidak hendak menganjurkan sebuah revolusi, melainkan reformasi negara hukum dengan melakukan gerakan wacana publik di berbagai bidang sosial, politik, dan kultural untuk meningkatkan partisipasi demokratis para warganegara. Dengan cara ini, jurang yang selama ini menganga antara komunitas masyarakat, eksekutif dan yudikatif dapat dijembatani melalui saluran-saluran komunikasi politis yang sehat dan terbuka.

Anda mungkin juga menyukai