IV. PEMBAHASAN
Berikut ini adalah pembahasan mengenai uji asumsi Ordinary Least Square
(OLS):
Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan apakah data yang digunakan
mempunyai distribusi normal atau tidak. Data yang baik memiliki distribusi
normal atau mendekati normal. Dalam uji Jarque-Bera (JB), jika residual
terdistribusi secara normal maka diharapkan nilai statistik JB akan sama dengan
nol. Jika nilai probabilitas ρ dari statistik JB besar atau dengan kata lain jika nilai
statistik dari JB ini tidak signifikan maka menerima hipotesis bahwa residual
pengujian hipotesis:
dengan probabilitasnya cukup besar 0,806 atau 80,6%. Maka dapat diambil
Eviews 4.0 dan menggunakan uji White Heteroskedasticity Test. Untuk uji asumsi
Tabel 8. Hasil uji asumsi heteroskedastisitas untuk data variabel PPh, inflasi,
pertumbuhan ekonomi, dan harga minyak internasional.
Uji white dapat menjelaskan apabila nilai probabilitas obs*R-square lebih kecil
dari α (5%) maka data bersifat heteroskedastis. Sebaliknya bila nilai probabilitas
obs*R-square lebih besar dari α (5%) maka data bersifat tidak heteroskedastis.
Uji Breusch-Godfrey
dapat dilakukan dengan uji BG atau sering disebut LM test. Ada tidaknya
75
Hal ini berarti probability > α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa model
Tabel 10. Hasil uji asumsi multikolinieritas untuk variabel bebas (inflasi,
pertumbuhan ekonomi, dan harga minyak internasional)
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
1 INFLASI 0,926 1,080
PERTUMEK 0,916 1,092
HARGAMIN 0,988 1,012
Sumber: Output uji Autokorelasi
76
Berdasarkan data diatas, terlihat untuk semua variabel bebas inflasi, pertumbuhan
ekonomi, dan harga minyak internasional memiliki nilai VIF 1 atau dibawah 5,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terdapat
Hasil Perhitungan
PPh = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Keterangan :
X1 = inflasi
X2 = pertumbuhan ekonomi
e = error term
R² : 0,878618
F hitung : 43,43082
t hitung pe : -2,339811
LM test
variabel bebas terhadap variabel terikat secara partial. Pengujian ini dilakukan
t hitung > t tabel berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)
pengaruh secara keseluruhan variabel bebas dan variabel terikat. Pengujian ini
dilakukan pada tingkat kepercayaan 95 % atau α 0,05 dengan df1 = k-1 = 3-1 =2
78
dan derajat kebebasan df2 = n-k = 13-3 = 10. Apabila F hitung > Ftabel, maka
hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.Hasil perhitungan
Dari Tabel 12 di atas maka dapat diambil kesimpulan yang menyatakan bahwa Ho
ditolak Ha diterima. Hal tersebut secara statistik berarti bahwa secara keseluruhan
Indonesia.
4.3 Pembahasan
determinasi (R2) sebesar 0,878618 yang berarti bahwa variabel bebas inflasi,
Sementara sisanya 12,14 persen dipengaruhi oleh faktor lain diluar model
penelitian ini.
terikat Y akibat perubahan yang terjadi pada variabel bebas X, dengan asumsi
Xi
Ex = xbxi
Yi
(J supranto, 2002:211)
Keterangan:
X1
EX 1 = xbx1
Y
8,2173
EX 1 = X 4824,432 = 0,641852
61764,5545
X2
Ex 2 = xbx 2
Y
5,6750
Ex 2 = x − 7922,922 = -0,727967
61764,5545
80
X3
Ex3 = xbx 3
Y
28,7555
Ex3 = x3432,710 = 1,59815
61764,5545
a. Untuk variabel bebas inflasi, koefisien regresi (b1) yang bersifat positif
PPh sebesar 0,64 persen, dengan asumsi variabel lain tetap (ceteris
paribus).
pendapatan PPh sebesar 1,598 persen, dengan asumsi variabel lain tetap
(ceteris paribus).
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa inflasi berpengaruh nyata dan
memiliki efek negatif bagi perekonomian. Secara umum rumah tangga dan
perusahaan akan memiliki kinerja yang buruk ketika terjadi inflasi tinggi dan
dalam kategori inflasi rendah hingga sedang, yaitu antara 5 hingga 17 persen.oleh
kareana itu tak ada permasalahan dalam daya beli masyarakat. Hal ini tercermin
pajak penghasilan lebih tinggi. Dalam teori, menurut Lipsey (1998), Ada
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada
pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang
yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian
dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi. Atau mereka yang
mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan presentase yang
lebih besar dari laju inflasi. Adanya serikat buruh yang kuat kadangkala
berhasil dalam menuntut kenaikkan upah dengan presentase yang lebih besar
stabil). Dan apabila kita melihat data tahunan konsumsi masyarakat, ternyata
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini
dapat terjadi melalui kenaikkan permintaan akan berbagai macam barang yang
mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian
mendorong kenaikkan produksi. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi
Dan di indonesia, inflasi tahunan masih dapat digolongkan inflasi yang tidak
terlalu tinggi. Apabila produksi barang ikut naik, maka kenaikkan produksi ini
sedikit banyak dapat mengerem laju inflasi, di saat yang sama ketika produksi
barang pada perusahaan meningkat, dan dianggap bahwa daya beli masyarakat
berpengaruh nyata dan negatif terhadap pendapatan PPh Indonesia periode 1986-
permasalahan yang mungkin juga dialami negara lain, khususnya negara sedang
Mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, bila kita analisa dengan penelitian ini
namun daya serap akan lapangan kerja masih beluh mencukupi. Terbukti dengan
masih tingginya angka pengangguran. Seperti teori yang dikemukakan oleh A.W.
Phillips, pada saat terjadinya depresi ekonomi Amerika Serikat tahun 1929, terjadi
inflasi yang tinggi dan diikuti dengan pengangguran yang tinggi pula. Didasarkan
pada fakta itulah A.W. Phillips mengamati hubungan antara tingkat inflasi dan
erat antara inflasi dengan tingkat pengangguran, dalam arti jika inflasi tinggi,
maka pengangguran akan rendah. Hasil pengamatan Phillips ini dikenal dengan
kurva Phillip. Bila kita kaitkan dengan yang terjadi di Indonesia, inflasi di
85
Indonesia masih dalam taraf rendah hingga sedang, berarti pengangguran masih
tinggi. Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan
lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang (gap) yang terus
adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal
tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar
tetapi masih terkendala dengan adanya angka pengangguran yang cukup tinggi,
serta masih terbatasnya lapangan kerja di indonesia belum cukup menyerap angka
pengangguran (hal ini berhubungan dengan jumlah perusahaan yang ada serta
investasi) Pada sisi lain, kegiatan investasi tidak mengalami perbaikan signifikan,
86
berarti sebagai indikasi tingkat investasi yang rendah. Dengan demikian, ekspansi
Bila kita kaitkan dengan penulisan ini, mengapa terjadi hubungan yang negatif
antara pertumbuhan ekonomi dan penerimaan PPh, hal ini dikarenakan masih
masih tinggi, investasi yang belum mencukupi menjadi faktor yang belum
pajak.
parsisten dan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Aktivitas
demikian, kinerja ekspor secara nominal sangat terbantu oleh meningkatnya harga
yang terkait dengan minyak bumi. Apakah inustri pengolahan minyak bumi,
penjualan hasil olahan minyak bumi (BBM) yang mana dalam hal ini ketika harga
BBM meningkat, seperti yang kita ketahui bahwa BBM merupakan kebutuhan
kebutuhan akan BBM kita asumsikan tetap sehingga ketika harga hasil olahan
dan perusahaan penjual minyak bumi dan hasil olahannya akan mendapatkan