Anda di halaman 1dari 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Tinjauan umum Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat

dan menambatkan kapal yang akan melakukan bongkar muat barang dan menaikturunkan penumpang yang merupakan suatu struktur yang dibuat di laut yang menghubungkan bagian darat dan terdiri dari bangunan atas yang terbuat dari balok, pelat lantai dan tiang pancang yang mendukung bangunan diatasnya. Konstruksi dermaga diperlukan untuk menahan gaya-gaya akibat tumbukkan kapal dan beban selama bongkar muat. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang akan merapat dan bertambat pada dermaga tersebut. Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat dan meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat dengan aman, cepat dan lancar. Dermaga dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu wharf atau quai dan jetty atau pier. Wharf adalah dermaga yang pararel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai. Wharf juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang ada dibelakangnya. Sedangkan jetty atau pier adalah dermaga yang menjorok ke laut. Berbeda dengan wharf yang digunakan untuk merapat satu sisinya, jetty dapat digunakan pada satu sisi atau dua sisinya, yang biasanya sejajar dengan pantai dan dihubungkan dengan daratan oleh jembatan yang biasanya membentuk sudut tegak lurus dengan jetty, sehingga jetty dapat berbentuk T, L atau Jari.

Gambar II.1. Stuktur Jetty 4

5 2.1.1 Struktur Jetty

2.1.2

Breasting Dolphin dan Mooring Dolphin Dolphin adalah konstruksi yang digunakan untuk menambat kapal tanker

berukuran besar yang biasanya digunakan besama sama dengan pier dan wharf untuk memperpendek panjang bangunan tersebut. Alat penambat ini direncanakan untuk bisa menahan gaya horizontal yang ditimbulkan oleh benturan kapal, tiupan angin, dorongan arus yang mengenai badan kapal pada waktu ditambatkan. Gayagaya tersebut dapat dihitung dengan cara yang sama seperti dalam perencanaan dermaga. Dolphin dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dolphin penahan (breasting dolphin) dan dolphin penambat (mooring dolphin). Dolphin penahan mempunyai ukuran lebih besar, karena dia direncanakan untuk menahan benturan kapal ketikah berlabuh dan menahan tarikan kapal karena tiupan angin, arus dan gelombang. Alat ini dilengkapi dengan fender untuk menahan benturan kapal dan boler untuk menempatkan tali kapal, guna menggerakkan kapal di sepanjang dermagadan menahan tarika kapal. Dolphin penambat tidak digunakan untuk menahan benturan, tetapi hanya sebagai penambat.

Gambar II.1. Stuktur breasting dan mooring dolphin jetty pulau laut Pengaturan mooring dan breasting dolphin adalah sebagai berikut : penambatan kapal pada MD dalam harus tegak lurus dengan sisi kapal. Pada MD bagian tengah dan luar seharusnya membentuk sudut < 150 terhadap garis tegak

6 lurus bidang kapal, sudut yang terbentuk saat menambat tali pada boulder tidak boleh lebih dari 100. Untuk seluruh MD sebaiknya digunakan pengait yang mudah dilepaskan. Struktur MD di tempatkan dengan jarak tertentu di belakang berthing line. Jarak MD sebesar 35-50 m dari BD. Letak MD biasanya dengan mensejajarkan sumbu tali dengan arah arus. Jika arah arus perairan lemah, letak tambatannya dibuat parallel dengan arah angin. Catwalk menhubungkan antara struktur MD dan struktur utama jetty.

2.2

Analisis Gaya-gaya yang berkerja pada dermaga Gaya-gaya yang bekerja pada dermaga adalah :

2.2.1

Gaya benturan kapal Dalam perencanaan, dianggap bahwa benturan maksimum terjadi apabila

kapal bermuatan penuh menghantam dermaga dengan sudut 10 terhadap sisi depan dermaga. Besarnya energi benturan yang diberikan oleh kapal adalah sesuai dengan rumus berikut :

dimana : E V W = energi kinetik yang timbul akibat benturan kapal (ton meter) = kecepatan kapal saat merapat (m/det) = displacement tonage (ton)

L B D g

= panjang kapal (ft) = lebar kapal (ft)C = draft (ft) = sudut penambatan kapal terhadap garis luar dermaga (10) = gaya gravitasi bumi = 9,81 m/det

Cm = koefisien massa

7 Ce Cs Cc = koefisien eksentrisitas = koefisien kekerasan (diambil 1) = koefisien bentuk dari tambatan ( diambil 1)

Koefisien massa tergantung pada gerakan air di sekeliling kapal yang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Cb d B Lpp

= koefisien blok kapal = draft kapal (m) = lebar kapal (m) = panjang garis air (m) = berat jenis air laut (t/m2)

Koefisien eksentrisitas adalah perbandingan antara energi sisa dan energi kinetik kapal yang merapat, dan dapat dihitung dengan rumus :

Gambar II.2. Jarak sandar kapal ke pusat berat kapal

Gambar II.2. Grafik koefisien blok ( ) dimana : l = jarak sepanjang permukaan air dari pusat berat kapal sampai titik sandar kapal (m) Dermaga Dolphin r : l = 1/4 Loa (m) : l = 1/6 Loa (m)

= jari jari putaran disekeliling pusat berat kapal pada permukaan air (m)

2.2.2

Gaya akibat angin Angin yang berhembus ke arah badan kapal yang ditambatkan akan

menyebabkan gerakan pada kapal yang bisa menimbulkan gaya terhadap dermaga. Apabila arah angin menuju ke dermaga, maka gaya tersebut akan berupa benturan kepada dermaga. Sedangkan apabila arah angin meninggalkan dermaga, maka gaya tersebut akan mengakibatkan gaya tarikan kepada alat penambat. Beban angin dihitung dengan persamaan :

9 2.3 Perencanaan pembebanan dermaga Dermaga menerima beban yang bekerja pada struktur terdiri dari beban vertikal dan beban horisontal. 2.3.1 Pembebanan arah vertikal

a. Beban mati/berat sendiri Berat sendiri merupakan berat dari beban-beban mati yang secara permanen dan konstan selama waktu hidup konstruksi yaitu beban pelat, balok memanjang dan melintang, serta poer. Untuk beban pelat, pertama dihitung beban terbagi ratanya pada setiap luasan pelat, kemudian dicari beban terbagi rata ekuivalensinya yang akan diterima pada balok. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pelaksanaan analisa strukturnya. Pada balok, beban terbagi ratanya tergantung dari beban yang direncanakan, dan begitu juga dengan poer. Dan akhirnya semua beban tersebut dijadikan satu dalam berat sendiri. Untuk sebagian besar beton bertulang, harga standar berat volume yang dipakai adalah 2.4 t/m3

b. Beban hidup Beban yang diakibatkan oleh beban hidup yang ada diatas dermaga, dipengaruhi oleh beban orang, beban truk, beban hujan, beban conveyor dan beban crane.

2.3.2

Pembebanan arah horizontal

a. Gaya fender Gaya fender yang terjadi saat kapal sedang merapat berupa gaya pukul kapal pada fender akibat kecepatan pada saat merapat, serta akibat pergoyangan kapal oleh gelombang dan angin. Tabel II.1. Kecepatan kapal Ukuran kapal Kecepatan merapat pelabuhan Laut ( m/dt ) 0,25 0,15 0,15 terbuka

( GT ) Sampai 500 500-10.000 10.000-30.000

( m/dt ) 0,30 0,20 0,15

10 >30.000 0,12 0,15

Gaya benturan kapal yang bekerja secara horizontal dapat dihitung berdasarkan energi benturan kapal terhadap dermaga. Hasil perhitungan energi akibat benturan kapal kemudian dikalikan dengan dua untuk mendapatkan beban impak abnormal. Kemudian beban impak abnormal dikalikan dengan faktor reduksi produk fender yang ditentukan oleh supplier fender, dengan harga faktor reduksi 10% dari beban impak abnormal Jarak fender diatur sedemikian rupa sehingga kontak langsung antara kapal dan dinding dermaga dapat dihindari. Persamaan yang digunakan untuk menentukan jarak maksimum antara fender adalah : dimana: L r h = Jarak maksimum antar fender ( m ) = Jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m) = Tinggi fender ( )

b. Gaya Boulder Fungsi dari boulder adalah untuk penambat kapal agar tidak mengalami pergerakan yang dapat mengganggu baik pada aktivitas bongkar muat maupun lalu-lintas kapal yang lainnya. Boulder yang digunakan pada dermaga biasanya menggunakan bahan dari baja cor karena lebih tahan cuaca dan cukup kuat untuk menahan gaya-gaya yang bekerja, tinggi boulder tidak lebih dari 50 cm dengan ujung tertutup dan lebih besar untuk mencegah terlepasnya tali kapal yang diikat untuk jarak bolder dipakai. Tabel II.2. Gaya tarik boulder Bobot kapal GRT ) 200-500 501-1.000 1.001-2.000 2.001-3.000 3.001-5.000 5.001-10.000 ( Gaya tarik pada bollard Gaya tarik pada bitt (ton) (ton) 15 25 35 35 50 70 15 25 25 35 35 50(25)

11 10.001-15.000 15.001-20.000 20.001-50.000 50.001-100.000 100 100 150 200 70(25) 70(35) 100(35) 100(50)

c. Beban gempa Analisis pembebanan gempa yang digunakan adalah analisis dinamik yaitu menggunakan respon spektrum yang dihitung secara tiga dimensi dengan menggunakan program SAP 2000 versi 9. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya beban gempa antara lain: Faktor keutamaan struktur (I) Faktor reduksi gempa (R) Faktor respon gempa (C) yang ditentukan berdasarkan zona gempa dan jenis tanah. Beban vertikal struktur atau massa dari beban sendiri dan beban dari luar. 1. Faktor Keutamaan Struktur (I) Faktor keutamaan struktur (I) digunakan untuk memperbesar beban gempa rencana, agar sistem struktur mampu untuk memikul beban gempa dengan periode ulang yang lebih panjang. Faktor I adalah suatu koefisien yang diadakan untuk memperpanjang waktu ulang dari kerusakan bangunan yang lebih penting, untuk mengamankan penanaman modal. Bangunan dermaga adalah bangunan penting yang harus tetap berfungsi setelah terjadi gempa, jadi faktor keutamaan struktur bangunan dermaga yaitu 1,4. 2. Faktor Reduksi Beban Gempa (R) Sistem struktur dermaga ini pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap, dimana beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur. Biasanya untuk sistem rangka pemikul momen biasa dari beton bertulang harga Faktor Daktilitas Maksimum m = 2,1 dan Faktor Reduksi Gempa Maksimum Rm = 3,5. 3. Faktor Spektrum Respon Gempa (C)

12 Koefisien spektrum respon gempa (C) digunakan untuk menjamin agar struktur bangunan mampu untuk memikul beban gempa yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem struktur. Besarnya faktor respon gempa didapat dari diagram spektrum respon gempa. Pemilihan dan penggunaan diagram spektrum respon gempa didasarkan pada zona gempa dan jenis tanah. o Penentuan Zona Gempa Faktor wilayah kegempaan (Z) dimaksudkan untuk

memperhitungkan pengaruh dari beban gempa pada suatu wilayah tertentu. Penentuan zona gempa menurut lokasi pembangunan dermaga yaitu di Cilacap dan berdasarkan peta wilayah kegempaan, Cilacap termasuk dalam zona 3. o Penentuan Jenis Tanah Gelombang gempa merambat melalui batuan dasar dibawah permukaan tanah dari kedalaman batuan dasar ini celombang gempa merambat ke permukaan tanah sambil mengalami pembesaran atau amplifikasi bergantung pada jenis lapisan tanah yang berada di atas batuan dasar tersebut. Ada tiga kriteria yang dipakai untuk mendefinisikan batuan dasar yaitu: 1. Standard penetrasi test (N) 2. Kecepatan rambat gelombang geser (Vs) 3. Kekuatan geser tanah (Su) Definisi dari jenis-jenis tanah tersebut ditentukan atas tiga (3) kriteria, yaitu Vs, N dan kekuatan geser tanah (Su). Untuk menetapkan jenis tanah minimal tersedia 2 dari 3 kriteria, dimana kriteria yang menghasilkan jenis tanah yang lebih lunak adalah yang menentukan.

2.4

Perencanaan Struktur Bawah (Lower Structure)

2.4.1

Pondasi Tiang Pancang Secara definitif, tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat

dari berbagai bahan bangunan (kayu, beton atau baja) yang digunakan untuk

13 mentransmisikan beban-beban permukaan ke tingkat-tingkat permukaan yang lebih rendah dalam massa tanah. Hal tersebut dapat merupakan distribusi vertikal dari beban sepanjang poros tiang pancang aau pemakaian beban secara langsung terhadap lapisan yang lebih rendah sepanjang ujung tiang pancang. Pondasi tiang pancang digunakan untuk mentransfer beban yang dipikul pondasi (struktur serta penggunanya) ke lapisan tanah yang dalam, dimana dapat dicapai daya dukung yang lebih baik. Pondasi tiang pancang ini juga berguna untuk menahan gaya angkat akibat tingginya muka air tanah dan gaya dinamis akibat gempa. Jika dilihat dari pemakaiannya, maka pondasi tiang pancang dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu tiang pancang tunggal dengan tiang pancang kelompok. Sedangkan, bila dilihat dari bahan yang dipakai menjadi tiang pancang, maka tiang pancang dapat dibedakan menjadi tiang pancang kayu, tiang pancang baja, tiang pancang beton pracetak, tiang pancamg beton prategang dan tiang pancang komposit.

2.4.2

Kegunaan Pondasi Tiang Pancang Secara terperinci, kegunaan dari pondasi tiang pancang ini meliputi beberapa

hal, yaitu diantaranya adalah : 1. Untuk membawa beban-beban konstruksi di atas permukaan tanah ke dalam tanah melalui lapisan tanah. Dalam hal ini, trasfer gaya yang terjadi tidak hanya menyangkut beban gaya vertikasl saja, namun juga meliputi gaya lateral. 2. Untuk menahan gaya desakan ke atas yang sering kali menyebabkan terjadinya kegagalan guling, seperti untuk telapak ruangan bawah tanah di bawah bidang batas air jenuh. Pondasi telapak dapat juga dipakai untuk menopang kaki-kaki menara terhadap kegagalan guling, dimana gaya momen yang dihasilkan dari beban horisontal (dalam hal ini beban angin) dapat ditahan oleh gaya friksi tanah terhadap permukaan pondasi tiang pancang. 3. Dapat memampatkan endapan tak berkohesi yang bebas lepas di dalam tanah dengan melalui kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan saat pemancangan. Dalam pelaksanaannya, pondasi tiang pancang tersebut dapat ditarik keluar kemudian.

14 4. Mengontrol penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi. 5. Membuat tanah di bawah pondasi sebuah mesin menjadi kaku untuk mengontrol amplitudo getaran dan frekwensi alamiah dari sistem mesin tersebut bila dijalankan. Dalam hal ini, transfer beban dinamis akibat getaran (vibrasi) sebuah mesin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa harus mengubah struktur tanah, dimana tanah menjadi kaku dan teredam dari vibrasi mesin. 6. Sebagai faktor keamanan tambahan di bawah tumpuan jembatan dan tiang khususnya, jika erosi merupakan persoalan yang potensial. Dengan adanya pondasi tiang pancang, kegagalan gelincir yang dapat disebabkan oleh erosi dan beban horisontal akan dapat diatasi. 7. Dalam konstruksi yang didirikan pada lepas pantai, pondasi tiang pancang digunakan untuk meneruskan beben-beban yang terjadi di atas permukaan air pada struktur ke dalam air dan ke dalam dasar tanah yang mendasari air tersebut. Hal ini berlaku pada pondasi tiang pancang yang ditanamkan sebagian ke dalam tanah pada dasar air dan yang terpengaruh oleh beban vertikal dan tekuk serta beban lateral. Dengan demikian, dengan dipakainya pondasi tiang pancang pada suatu struktur pada lepas pantai, selain memanfaatkan daya dukung tanah seperti pondasi pada umumnya, juga memanfaatkan daya dukung air untuk menjaga kestabilan struktur. 2.4.3 Jenis Jenis Tiang Pancang Pada pekerjaan di lapangan ataupun saat desain dapat digunakan berbagai macam jenis pondasi. Pemilihan kriteria pondasi biasanya didasarkan pada beban yang akan dipikul, kondisi tanah, dan juga kondisi dari muka air tanah. Beberapa jenis pondasi tersebut dibedakan berdasarkan dari materialnya. Beberapa jenis pondasi tiang pancang antara lain : 1. Pondasi tiang kayu. Pondasi tiang kayu lebih cocok digunakan sebagai tiang gesekan. Pada umumnya tiang pancang kayu didesain untuk memikul beban aksial antata 5

15 30 ton. Tiang ini biasanya mengalami kerusakan ringan saat pemancangan, oleh sebab itu tidak disarankan untuk tiang tahanan ujung pada tanah pasir padat atau tanah berbatu. Material kayu mempunyai kelemahan yaitu dapat lapuk akibat serangga, jamur, atau zat-zat kimia lainnya. Dan kelemahan lainnya adalah karena panjangnya terbatas dan diameternya kecil, sehingga lebih tepat untuk beban ringan dan konstruksi sementara.

Gambar 2.1 Tiang Pancang Kayu (Coduto,1994)

2. Pondasi tiang baja. Tiang baja umumnya berbentuk pipa atau profil H. Pada umumnya tiang jenis ini ringan, kuat, dan dapat menahan beban yang berat dan penyambungan tiang dapat dilakukan dengan mudah, yaitu dengan las.

16

Gambar 2.2 Tiang Pancang Baja (Coduto,1994)

3. Pondasi tiang beton pracetak. Sesuai dengan namanya, pencetakan, proses curing dan penyimpanan tiang pancang beton pracetak dilakukan di lapangan atau di pabrik sebelum dipancang. Bentuk penampang yang umum digunakan adalah lingkaran, persegi, segi tiga dan oktagonal. 4. Pondasi tiang beton pratekan. Tiang beton pratekan memiliki kekuatan yang lebih tinggi dan memperkecil kemungkinan kerusakan saat pengangkatan dan pemancangan.

Gambar 2.3 Tiang Pancang Beton (Coduto,1994)

17

Gambar 2.4 Sambungan pada Tiang Pancang Beton (Coduto,1994)

5. Pondasi tiang komposit. Pondasi tiang komposit merupakan gabungan antara dua material yang berbeda, misalnya material baja dengan beton. Tiang komposit dapat berupa segmen-segmen yang menyambung, tetapi juga dapat berupa material beton yang dicor dalam pipa baja.

18

2.5 2.5.1.

Pengangkuran Tanah (Ground Ancored) Umum Metode pengangkuran tanah disebut juga dengan nama Alluvian Anchor,

Ground Anchor atau Tieback Anchor. Dalam metode ini, pengeboran dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri dari lapisan berpasir, lapisan kerikil, lapisan berbutir halus ataupun batuan yang lapuk, serta suatu bagian yang menahan gaya tarik seperti campuran semen dengan kabel baja atau semen dengan batang baja dimasukkan ke dalam lubang hasil pemboran tersebut, kemudian disertai suatu gaya tarik setelahnya untuk memperkuat konstruksinya. Penggunaan angkur tanah pada teknik sipil adalah salah satu pengembangan terbaru dalam ilmu sipil yang sangat diperlukan dalam pembangunan yang berhubungan dengan batuan dan tanah sebagai materi pondasi struktur. Kapasitas menerima beban pada angkur dihasilkan ketika terjadi gaya tahan pada saat stresing sepanjang zona pengangkuran dibentuk. Pengaturan ini ditunjukan secara skematis pada gambar.

19

Gambar 2.14 Komponen komponen Ground Anchor (Xanthakos, 1990)

Komponen pada gambar 2.14 meliputi head anchor, free length anchor, bond length anchor. Bond length untuk membungkus material tanah dalam rangka memindahkan beban dari struktur ke tanah yang diangkur, dimana free length tidak terikat dan bebas bergerak di dalam tanah. Di dalam tendon terdapat bagian yang terbuat dari baja berkekuatan tinggi (bar, wire atau strand) yang dikelilingi cement grout (material semen untuk grouting). Fixed length anchor / bond length adalah bagian dari tendon yang terjauh dari struktur dimana gaya tarik (tensile force) dipindahkan ke tanah disekitar angkur. Free anchor length adalah bagian dari tendon antara bagian atas fixed length anchor dan struktur tidak ada gaya tarik yang dipindahkan ke tanah sekitarnya. Tendon pada angkur dipasang pada lubang bor pada berbagai jenis tanah atau batuan. Hal ini membutuhkan perakitan dan pemuatan tendon secara seksama. Peningkatan teknik konstruksi pada teknologi bahan material membuat material grout (semen) yang digrouting dapat mencapai kekuatan tinggi dalam beberapa jam setelah injeksi. Sebagai bagian dari struktur, suatu angkur tanah berperan pada keseluruhan stabilitas dan interaksi antara sistem struktur dengan tanah.

20 Ground anchor dapat berfungsi untuk menahan beban lateral dari timbunan tanah di belakang dinding penahan tanah, seperti abutment pada jembatan sehingga abutment tidak patah. Di daerah lereng tetap terjaga dari bahaya pergerakan tanah. Dalam metode angkur, faktor geologis juga sangat menentukan seperti batuan dan tanah tempat jangklar dipasang. Prinsip pengangkuran pada tanah merupakan proses konstruksi dimana jangkar dimasukan ke dalam tanah. Angkur dimasukan ke dalam lubang hasil pengeboran dan dijepit ujungnya. Setelah di jepit angkur biasanya diberi gaya prategang dan bagian atasnya ditahan oleh kepala angkur. Penangkuran pada tanah memiliki 3 fungsi dasar yaitu: 1. Menimbulkan gaya-gaya yang merupakan interaksi antara struktur dengan tanah. 2. Menimbulkan tegangan pada dasar tanah. 3. Membuat gaya prategang (presstress) pada struktur angkur tersebut. Gambar Gambaran Umum Pengangkuran Tanah 2.5.2. Tipe Jangkar Beberapa tipe jangkar antaralain : 1. Penjangkaran dengan tahanan geser Jenis ini memakai batang jangkar yang silindris yang digrout di dalam lubang bor dan gaya tarik ditimbulkan dari tahanan geser yang bekerja sekelilingnya. 2. Penjangkaran dengan plat pemikul. Jenis ini menggunakan suatu plat massif yang dipasang di dalam tanah sehingga tekanan tanah pasipnya yang bekerja dapat menahan gaya tarik. 3. Penjangkaran gabungan. Di mana ada bagian-bagian yang diperbesar dan tekanan pasip bersamasama tahanan geser batangnya yang menahan gaya tarik, sehingga dapat

21 disebut sebagai gabungan dari kedua metode terdahulu. Untuk membuat penjangkaran dengan diameter besar pembuatan lubangnya perlu menggunakan mata bor khusus atau semburan air bertekanan tinggi.

Gambar II.2. Jarak sandar kapal ke pusat berat kapal

2.5.3. Metode Penjangkaran Beberapa metode penjangkaran yang dipakai dapat dijelaskan berikut ini : 1. Metode penjangkaran dengan grouting : Setelah suatu batang PC baja atau kabel baja terpasang sebagai batang tarik di dalam lubang hasil pemboran, dilaksanakan grouting dan batang tarik ini dijangkar. Untuk menghindari mengalir keluarnya adukan semen dari lubang waktu sedang digrouting, perlu dipasang alat khusus didalam lubang tersebut yaitu packer untuk menahan tekanan tinggi. Cara ini dimaksudkan untuk mengeraskan dinding lubang secukupnya, yang agak urai karena adanya grouting dengan suatu kekuatan leleh yang besar. 2. Metode penjangkaran dengan lubang bertekanan (jangkar PS) : Adalah metode dimana suatu tabung yang dapat mengembang dimasukkan ke dalam lubang hasil pemboran dan adukan mengisi bagian luar dari dinding tabung dan kemudian air bertekanan dimasukkan kedalam tabung tersebut agar mengembang, sehingga bagian luar tabung tertekan dan dapat menjadi

22 keras. Setelah mengeras tabung tersebut dikeluarkan dan batang tarik dimasukkan mengganti tempat tabung tadi dan diberi tambahan adukan.

Gambar II.2. Jarak sandar kapal ke pusat berat kapal 3. Metode penjangkaran dengan penekanan (jangkar baji): Suatu batang PC baja dimasukkan kelubangnya dan adukan diisikan ke dalam dasar lubang, lalu beton bertulang yang berlubang ditengahnya sebagai inti dari jangkar ini dengan batang baja tadi sebagai pengarahnya dipukul masuk ke dalam adukkannya menyebabkan adukan ini memperbesar dinding lubangnya, sehingga tahanan cabut dari jangkar tersebut diperbesar.

Gambar II.2. Jarak sandar kapal ke pusat berat kapal

4. Metode penjangkaran plat : Metode ini disebut metode penjangkaran mekanis, terdiri dari batang baja dan bagian jangkar yang terbuat dari plat

23 baja dan dimasukkan kedalam tanah dengan dipukul. Setelah dimasukkan batang-batang baja itu ditarik sehingga plat tadi berputar dan menjadi plat penahan. Dalam metode penjangkaran mekanis ini ada juga suatu jenis yang jangkarnya dimasukkan kedalam lubang bor, sebagai tambahan dari jenis jangkar yang dipukul seperti metode jangkar dengan plat tadi. Jenis jangkar yang dipukul biasanya dipergunakan untuk beban rencana yang agak kecil dimana gaya tarik kurang dari 20 ton. Hal ini ditandai dari cara pelaksanaannya yang mudah dan prinsipnya sederhana.

Gambar II.2. Jarak sandar kapal ke pusat berat kapal

5. Metode jangkar UAC : Metode ini adalah dengan pembesaran lubang. Telah dikembangkan di Inggris dan banyak digunakan disana. Caranya berdasarkan bahwa setelah dibor sampai kedalaman yang diperlukan, suatu mata bor khusus dipakai untuk memperbesar bagian dasar lubang yang mengakibatkan meningkatnya tahanan cabut jangkar tersebut. Metode pelaksanaannya setelah dasar lubang dibesarkan adalah seperti metode jangkar gabungan.

24

Gambar II.2. Metode Jangkar UAC

2.5.4. Metode Penjangkaran Prategang Pratekan dengan Grouting 1. Umum Metode penjangkaran pratekan prategang dengan grouting (prestressed grouted ground anchor) adalah komponen konstruksi yang ditanam pada tanah atau batu (rock) yang digunakan untuk menyalurkan gaya ke bumi. Grouting diisi ke lubang hasil pengeboran. Penjangkaran dengan grouting terdiri dari 3 (tiga) bagian penting yaitu : a) Anchorage b) Free stressing (unbonded) length c) Bond lengthseperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar33 - Metode Jangkar UAC

25

Anchorage merupakan kombinasi dari anchor head, bearing plate dan trumpet yang mempunyai kapasitas mentransfer gaya prategang dari baja prategang (bar atau strand) ke bumi atau konstruksi pendukung. Unbonded length adalah bagian baja prategang yang bebas untuk mengalami perpanjangan atau pemuluran secara elastis (elongate elastically) dan mentransfer gaya perlawanan dari bond length ke struktur. Sebuah bondbreaker dari plastik ditempatkan pada tendon di bagian unbonded length untuk mencegah baja prategang tersebut dari pengikatan akibat rembesan grouting. Hal tersebut memungkinkan baja prategang pada unbonded length untuk mengalami perpanjangan tanpa hambatan saat testing dan stressing dan tetap dalam keadaan unbonded setelah lock-off. Tendon bond length adalah panjang baja prategang yang diikat oleh grouting dan mempunyai kemampuan mentransfer tegangan yang terjadi akibat beban yang bekerja ke bumi. Untuk selanjutnya istilah Tendon berarti termasuk baja prategang (strand atau bar), perlindungan terhadap karat, sheaths (sheatings), centralizer, spacer dan dalam hal ini tidak termasuk anchorage dan grouting. Sheats adalah lapisan pembungkus bergelombang yang melindungi baja prategang dari karat pada unbonded length. Posisi tendon harus ditengah pada lubang bor agar minimum grouting yang menutupinya tercapai. Spacer digunakan untuk menyekat antar baja prategang atau bar agar masing-masing terikat dengan cukup terhadap anchor grout.

2. Grouting

26 Grouting untuk soil dan rock adalah jenis grouting murni atau tanpa agregat dan mengacu pada ASTM C150, dengan water cement ratio antara 0,4 0,55 terhadap berat dan semen yang dipakai type I dan semen grouting harus mencapai kekuatan 21 Mpa pada saat akan stressing serta dapat pula memakai additive untuk mengatasi masalah panas yang timbul dan jauhnya jarak pompa saat dilakukan penekanan grouting. Grouting ini adalah suatu campuran portland cement yang menyalurkan gaya dari tendon ke bumi dan juga memberikan perlindungan terhadap karat.

3. Material Tendon Spesifikasi steel bar dan strand tendons mengacu pada ASTM A722 dan ASTM A416 sedangkan strand yang digunakan seven wire diameter 15,2 mm (0,6 in) grade 270, sedangkan bar tendon umumnya diameter 26 mm, 32 mm, 36 mm, 45 mm dan 64 mm dengan panjang tanpa sambungan 18 m. Desain angker dengan beban 2077 kN dapat digunakan bar tendon dengan diameter 64 mm single. Apabila digunakan sambungan maka harus diperhatikan perlindungan karatnya.

4. Spacers and Centralizers Unit spacer/centralizers ditempatkan secara teratur dengan interval biasanya 3 m sepanjang daerah anchor bond. Untuk strand tendon, spacer biasanya dipasang untuk memberikan jarak/spasi antar strand minimum 6 13 mm dan terhadap bagian terluar grouting minimum 13 mm. Spacer dan Centralizer dibuat dari bahan anti karat dan mudah untuk mengalirkan bahan grouting.

27

Anda mungkin juga menyukai