Anda di halaman 1dari 5

Sifilis Sifilis merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang dapat mengenai berbagai system organ

sebagai komplikasinya. Mengenali sifilis sangat penting di dalam kedokteran gigi karena rongga mulut merupakan tempat lain selain genital yang sering menjadi lokasi dari lesi sifilis. Penyakit ini sangat menular, infeksi ini akan menular terhadap profesi kedokteran gigi jika tindakan pencegahan tidak dilakukan saat perawatan pasien. Sifilis disebabkan oleh fusospirochete, Treponema pallidum. Organisme ini bertahan hanya pada permukaan yang basah. Klasifikasi Sifilis : Dapatan : primer, sekunder, tersier Kongenital Sifilis Primer Periode inkubasi terjadi setelah 3 minggu sejak kontak pertama. Karakteristik lesi disebut chancre. Disebut juga Hunterian chancre atau primary chancre. Berbentuk kecil, batas jelas, macula berwanra merah muda pada glans penis atau vulva. Berubah menjadi papuladan membentuk ulser dengan margin yang timbul dan dasar yang berindurasi. Jika tidak diobati, lesi tersebut hilang dalam 3-8 minggu. Namun , tetap menular dan bagian limfadenopaty yang tidak nyeri. Lokasi tersering yang kena terkena ialah bibir dan lidah.

Diagnosa Pada eksudat yang dilihat melalui mikroskop terdapat dark field. Pemeriksaan serologi.

Th/ Dosis harian procaine penicillin 600,000 unit IM selama 10 hari Sebagai alternative, diberikan tetracycline atau erythromycin dapat diberikan selama 14 hari.

Sifilis sekunder Sifilis sekunder terjadi 6-8 minggu setelah lesi awal. Sepertiga pasien terlihat manifestasi nya dalam oral. Lesi oral pada sifilis sekunder sangat infeksius.

Tanda Klinis Sakit kepala, demam, lemah, maculopapular rashes pada telapak tangan, generalized painless lymphadenopathy, mucous patches atau snail track ulcer pada mukosa oral. Lesi ini merupakan lesi yang khas pada sifilis sekunder. Diagnosis Dark field microscopy, serological studies

Sifilis Tersier Sifilis tersier berkembang pada kasus yang tidak tertangani, 3-10 tahun setelah infeksi awal. Sifilis tersier terjadi pada 30 persen pasien yang terinfeksi. Sisanya berkembang menjadi seropisitive latent syphilis. Tanda Klinis Lesi khas nya disebut gumma. Merupakan granuloma yang terlokalisasi dengan ukuran yang bervariasi. Gumma dapat pecah dan membentuk ulcer. Gumma yang mengenai mukosa palatal dapat menyebabkan perforasi pada tulang. Gumma dapat juga mengenai lidah. Gumma dapat mengenai tulang panjang, terutama tibia yang menyebabkan sabre tibia. Gumma dapat juga mengenai tulang tengkorak dan menyebabkan lesi lisis dan periostitis dengan pembentukan tulang baru. Gumma tidak infeksius. Komplikasi sifilis Komplikasi yang terjadi pada sifilis yang sudah tahapan akhir : Cardiosyphilis, neurosyphilis Karakteristik dari cardiosyphilis ialah : Aortitis, coronary artery stenosis, arotic aneurysms Diagnosis : investigasi serologis Th/ Pemberian procaine penicillin dengan dosis perhari 600.000 unit selama 3 minggu. Jarisch-Herxheimer reaction merupakan reaksi febril yang berhubungan dengan eksaserbasi lesi local sifilis yg terjadi pada pasien saat perawatan dengan terapi antibiotic. Untuk meminimalisir kemungkinan reaksi ini, sebaiknya diperlukan pemberian kortikosteroid saat awal terapi antibiotic.

Sifilis Kongenital Sifilis yang didapatkan dari ibu hamil yang mengenai fetusnya. Sifilis congenital terjadi dengan tanda klinis : tuli, buta, deformitas wajah. Bayi dapat terinfeksi hingga usia 2 tahun. Perawatannya dengan menggunakan penicillin. Triad Hutcinsons Mulberry molar dan gigi insisiv seperti screwdriver (hipoplasia pada insisif dan molar),,nervus VIII tuli,,intersiial keratitis

Serological test sifilis: Tes non-spesifik : Tes VDRL (Veneral Disease Research Laboratory) akan memberikan hasil tes yang positif pada sifilis primer dan juga pada tahap sekunder maupun tersier. Rapid Plasma regain (RPR) Automated reagin test (ART) Reaksi Wasserman Test Kahn

Tes Spesifik: Reiter protein complement fixation test (RPCFT) Fluorscent treponemal antibody absorbed (FTA-Abs) tes Treponemal hemaglutination (TPHA) test Treponemal immobilization (TPI) test

Spesifik tes memberikan hasil positif saat sifilis primer seperti tahap sekunder dan tersier. Tes ini juga memperlihatkan hasil positif pada perawatan kasus sifilis.

TUBERCULOSIS Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang global yang disebabkan oleh organism yang infeksius dan mudah berinteraksi yaitu Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar dengan menghirupmenghirup dan biasanya terlihat pada jangka waktu yang lama. Replikasi pada bakteri ini dapat menyebabkan respon inflamasi pada inang dan respon granulomatos dan klasik pulmonary dan gejala sistemik.

Etiologi Genus Mycobacterium terdiri dari berbagai spesies, salah satunya yang menjadi penyebab penyakit TBC ialah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri tahan asam, nonmotil, batang dan aerob. Karena M.tuberculosis merupakan bakteri aerob, dia dapat hidup dengan baik dalam atmosfer dengan tekanan oksigen yang tinggi; oleh karena itu biasanya dia menginfeksi paru-paru. M.tuberculosis biasanya ditransmisikan melalui droplet2 yang terinfeksi atau saliva yang terdorong dari paru-paru, biasanya lewat batuk, bersin, maupun bicara. Transmisi melalui fomite jarang terjadi. Transmisi melalui penelanan (contohnya meminum susu yang terkontaminasi) terjadi namun jarang karena penggunaan susu yang dipasteurisasi. Modus sekunder transmisi dapat terjadi saat pasien batuk dengan sputum yang terinfeksi dan terinokulasi dalam jaringan mulut. Lesi oral TB terinisiasi melalui mekanisme ini. Rentang waktu dari terinfeksi hingga menjadi aktif TB bervariasi dari beberapa minggu hingga berpuluh2 tahun. Kebanyakan kasus TB dihasilkan dari aktivasi kembali tuberkel; hanya 5-10% kasus yang terjadi saat inisial awal. Jumlah organism yang terinhalasi dan tingkat immunocompetency makin besar penyakit ini contracted.

Patofisiologi dan Komplikasi TB dapat mengenai hamper seluruh organ dalam tubuh, tipe infeksi dari TB paru dimulai dari inhalasi droplet yang terinfeksi. Droplet2 tersebut dibawa ke alveoli, dimana bakteri tersebut ditelan oleh macrofag. Replikasi terjadi dalam macrofag alveolar, dan menyebarkan infeksi melalui local nodus limfatikus hingga regional nodus limfa. penyebaran jauh melalui aliran darah dapat terjadi jika infeksi tidak dikontrol secara lokal, namun sebagian besar bakteri yang menyebar dihancurkan oleh pertahanan alami inang. Sekitar 2 sampai 8 minggu setelah terjadinya infeksi, hipersensitivitas tertunda terhadap bakteri yang sedang berkembang yang dimediasi oleh limfosit T (CD4 +). Kondisi manifestasi ini berubah dari negative menjadi positif tuberculin skin test. kemudian, reaksi inflamasi granulomatosa kronis berkembang yang melibatkan aktivasi makrofag epithelioid dan pembentukan granuloma.

Pertahanan inang biasanya mengintrol dan menahan infeksi awal TB paru. Jika tidak tertahan granuloma akan menjadi tuberkel yang produktif dengan nekrosis sentral dan kaseasi. Kavitasi terjadi, menghasilkan organisme2 yang terbuang dari jalan udara yang diseminasi pada paru lain atau membuang nafas. keterbatasan dan lokal penahanan infeksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk resistensi host, tuan rumah kemampuan kekebalan tubuh, dan virulensi dari mycobacterium. saat infeksi berhasil diganggu , lesi secara spontan, kemudian mengalami inspissation, pengerasan, enkapsulasi, dan kalsifikasi. Saat infeksi sembuh, bakteri menjadi dorman. Jika infeksi tidak terganggu, penyebaran bacilli dapat terjadi melalui parenkim paru, menghasilkan lesi paru yang luas dan penyebaran limfohematogenus. Penyebaran Infeksi dengan keterlibatan berbagai organ disebut miliary tuberculosis. TB paru primer terlihat paling sering pada bayi dan anak-anak; namun, kavitasi jarang terjadi pada usia ini. Kebanyakan anak tidak memproduksi sputum; mereka biasanya menelan sputum jika bakteri bacil ada dalam bronkus. Penampakan penyakit ini berbeda pada remaja dan org dewasa dimana keterlibatan nodus limfatikus dan penyebaran limfohematogenus bukan yang paling menonjol. Tetapi, kavitasi biasanya terjadi. Bentuk dari penyakit ini biasanya terdapat pada org dewasa disebut TB sekunder atau reinfeksi TB. Alasan timbulnya kembali penyakit karena perawatan yang tidak tuntas saat infeksi awal dan pengaruh sakit, immunosuppressive agen, dan immunosupresi (AIDS), dan usia.

Anda mungkin juga menyukai