Anda di halaman 1dari 6

Rehabilitasi Kesuburan Tanah dengan Agroforestri Sederhana

Studi Kasus Lahan Jagung Monokultur di Desa Junrejo, Batu *Novalia Kusumarini *Mahasiswa program studi Pengelolaan Tanah dan Air, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Abstract: Lahan pertanian jagung monokultur di desa Junrejo, Batu telah mengalami penurunan kesuburan tanah yang diindikasikan oleh kenampakan tanaman yang buruk. Salah satu alternatif solusi adalah dengan menerapkan sistem agroforestri. Agroforestri dapat memperbaiki kesuburan tanah karena memiliki siklus yang hampir menyerupai hutan meskipun tetap terjadi kebocoran sistem. Selain itu, agroforestri memberikan sumbangan bahan organik tanah tinggi dari seresah tanaman multistrata. Agroforestri juga mampu mengendalikan pencucian kation tanah melalui perbaikan agregat tanah. Agar agroforestri dapat menguntungkan secara ekonomi dan ekologis perlu dilakukan pemilihan tanaman berdasarkan daya adaptasi tanaman terhadap tanah, persaingan dengan tanaman lain, sistem tajuk dan sistem perakaran. Agar menghasilkan keuntungan maka perlu dilakukan kajian pemilihan tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi berdasarkan kebutuhan petani dan masyarakat konsumen serta cara penanaman tegakan pohon.

Pendahuluan Konversi hutan menjadi lahan pertanian seringkali dimanfaatkan untuk budidaya secara monokultur. Hal ini karena kesuburan lahan hutan sangat tinggi akibat adanya siklus hara tertutup. Siklus tersebut memungkinkan tanah memperbaiki kondisinya sendiri, sehingga keseimbangan didalamnya terjaga. Namun, lambat laun kesuburan tanah semakin menurun terlebih bila dimanfaatkan secara intensif untuk budidaya monokultur tanpa pengembalian residu panen. Akibatnya, bahan organik tanah menurun diikuti penurunan kelimpahan organisme, kualitas fisik tanah juga menurun, serta kandungan unsur hara juga semakin menurun. Sehingga, secara keseluruhan tanah tidak lagi mampu mendukung kehidupan tanaman yang ada di atasnya.

Seperti halnya yang terjadi pada lahan jagung monokultur di Desa Junrejo, Batu. Tanah sepertinya tidak memberikan daya dukung yang layak terhadap pertumbuhan jagung. Terbukti bahwa keragaan tanaman sangat buruk. Tanaman tumbuh kerdil dan layu, serta bonggol jagung kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman ini mengalami defisiensi unsur hara sehingga tidak dapat tumbuh normal. Terlebih pada lahan juga ditemukan alur-alur bekas erosi yang mengindikasikan lahan tersebut juga mengalami erosi. Dengan semakin menurunnya kesuburan tanah akibat pertanian intensif, maka diperlukan suatu strategi pemecahan masalah yang terintegrasi antara beberapa aspek.

*Coresponding Author Email : novakusuma8@gmail.com Tel : +6285649798558

All Right Reserved

Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang dapat mengatasi masalah penurunan kesuburan tanah sekaligus mengatasi masalah ketersediaan pangan. Makalah ini bertujuan untuk mengkaji peranan agroforestri dalam merehabilitasi kesuburan tanah yang menurun akibat pertanian monokultur yang intensif. Disamping itu, perlu dilakukan analisis terhadap jenis agroforestri yang direkomendasikan sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani disamping memperbaiki kesuburan tanah. Metodologi Teori dan data tentang kesuburan tanah dan agroforestri diperoleh dari data sekunder. Sedangkan pengamatan terhadap lokasi studi dilakukan dengan mengamati gejala defisiensi unsure hara pada tanaman serta bahaya erosi pada tanah didasarkan pada kemiringan lereng. Hasil dan pembahasan Identifikasi permasalahan Pada lokasi studi dimungkinkan dilakukan pertanian monokultur intensif yang menyebabkan penurunan kesuburan tanah. Penurununan kesuburan tanah tersebut dapat terjadi karena rendahnya masukan bahan organik dan residu agrokimia. Sehingga, tanaman menampakkan gejala gangguan metabolisme berupa kekerdilan dan layu. buruk. Tanaman ini tumbuh kerdil. Daunnya menguning dan berwarna kecoklatan pada tulang daun, serta bonggol jagung kecil (Gambar 1, 2, 3).

Gambar 1. Kenampakan tanaman jagung pada lokasi studi

Gambar 2. Kenampakan daun dan bonggol jagung Selain keragaan tanaman yang buruk, terdapat bekas erosi berupa alur-alur di antara bedengan. Hal tersebut mengindikasikan adanya erosi di lahan karena kelerengan lahan agak datar. Rekomendasi solusi Pemecahan masalah terkait kondisi di atas sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah pemupukan, penambahan bahan organik, inokulasi mikroorganisme, pembuatan terasering, dan agroforestri. Namun, agroforestri dipilih sebagai rekomendasi solusi karena memiliki banyak manfaat sekaligus. Secara sederhana agroforestri adalah menanam pohon dan tanaman budidaya atau ternak pada satu petak lahan yang sama (Martin, 1992). Agroforestri harus memenuhi kriteria berikut: (1)Terdapat komponen lahan, pohon dan tanaman budidaya, (2) Memiliki interaksi antara fungsi ekologis dan ekonomis. Agroforestri diduga memiliki berbagai manfaat, antara lain: (1) Melalui proses dalam

*Coresponding Author Email : novakusuma8@gmail.com Tel : +6285649798558

All Right Reserved

tanah, diantaranya adalah: mengendalikan erosi tanah, menjaga bahan organik tanah (dan meningkatkan kesuburan tanah), menjaga dan meningkatkan sifat fisik tanah, menambah kandungan nitrogen melalui tanaman penambat N, menyerap unsur hara dari lapisan tanah yang lebih dalam dan mendaur ulang di lapisan atas tanah; (2) Membentuk sistem ekologi yang tertutup, diantaranya adalah: mengurangi kemasaman tanah (melalui seresah daun), mereklamasi degradasi lahan, meningkatkan kesuburan tanah melalui biomasa dari sistem perakaran poron sebanyak bagian di atas tanah, meningkatkan aktivitas biota tanah dan mineralisasi nitrogen melalui naungan pohon, memperkaya asosiasi mikoriza melalui perpaduan pohon dan tanaman budidaya; (3)Melalui interaksi biofisik, diantaranya adalah: meningkatan penangkapan hujan, cahaya dan mineral hara, serta meningkatkan produksi biomasa, meningkatkan efisiensi penggunaan cahaya, air, dan unsur hara, menghalangi kerusakan tanaman oleh hama dan penyakit; (4) Keuntungan lingkungan yang lain dari pohon atau semak, antara lain: tanaman pemfiksasi N memiliki lebih banyak bintil akar bila berdekatan dengan tanaman yang bukan pemfiksasi N (mungkin akan terjadi transfer N secara langsung), kanopi pohon dapat melindungi permukaan tanah dari erosi, memberikan peneduh bagi tanaman yang membutuhkan naungan. Oleh karena itu, sistem agroforestri merupakan satu sistem yang dapat menjadi solusi berbagai macam masalah terkait penggunaan lahan. Salah satu manfaat agroforesti adalah memperbaiki kesuburan tanah. Sistem agroforestri yang direkomendasikan Sistem agroforestri yang direkomendasikan di lokasi studi adalah agroforestri sederhana. Hal ini karena luas lahan di lokasi studi sangat sempit, yaitu 0,5 ha. Sehingga agar dapat menghasilkan keuntungan ekonomi yang sebanding dengan sistem monokultur, maka *Coresponding Author Email : novakusuma8@gmail.com Tel : +6285649798558

direkomendasikan untuk menggunakan sistem agroforestri sederhana dengan mengkombinasikan jagung dengan dua atau tiga tanaman pohon. Pemilihan pohon dan tanaman semusim pada lokasi studi didasarkan pada luas lahan dan kemungkinan pengaruh merugikan pohon. Berdasarkan hal tersebut, maka tegakan pohon yang dapat digunakan adalah tegakan pohon yang dapat menambat N dari udara untuk menambah kandungan N-total tanah dan pohon yang menghasilkan buah untuk menambah pemasukan petani. Sedangkan tanaman semusim yang dapat digunakan adalah yang memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu jagung. Sedangkan sistem budidayanya adalah Alley cropping atau budidaya lorong, sehingga dapat meminimalkan kompetisi cahaya, air, dan unsur hara. Agroforestri dan kesuburan tanah 1. Siklus unsur hara Konsep siklus unsur hara dalam sistem agroforestri pada dasarnya tidak dapat dikatakan sebagai siklus tertutup karena pengangkutan ke luar sistem. Namun, siklus dalam agroforestri lebih baik daripada pertanian monokultur karena dalam agroforestri memiliki berbagai macam tanaman multistrata dimana residu tanaman dibiarkan kembali ke tanah. Residu tanaman terdiri dari tanaman pohon dan tanaman budidaya. Kehilangan unsur hara dalam sistem ini tejadi karena pengangkutan hasil panen dan pencucian. 2. Bahan organik tanah Bahan organik pada sistem agroforestri tebesar disumbang oleh seresah tanaman dan residu tanaman lainnya. Penambahan bahan organik sangat penting dilakukan mengingat bahan organik memiliki fungsi yang kompleks yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Secara fisik bahan organik mampu mereduksi pemadatan tanah khususnya yang bertekstur liat akibat kelebihan kapur. Hal tersebut karena bahan organik memiliki

All Right Reserved

sifat yang dapat memperbaiki agregat tanah sehingga mempengaruhi kemantapan agregat dan porositas tanah. Pada dasarnya hubungan bahan organik dengan liat sangat kompleks tidak hanya menyangkut sifat fisik tetapi juga kimia dan biologi. Hal ini karena asam humat dan fulvic dan polimernya dijerap di permukaan mineral oleh grup fungsional, yang paling penting adalah karboksil (-COOH) dan karbonil (-C=O), hidroksil (-OH), amino (=NH), dan amina (-NH2). Banyak polimer tersebut yang berikatan dengan hidrogen, yang juga berfungsi sebagai agen pengikat antar mineral. Hal tersebut yang menyebabkan bahan organik mampu menstabilkan agergat. Secara kimia, bahan organik memiliki muatan negatif (-), yang memungkinkan mengikat basa-basa yang bermuatan positif (+) agar tidak ikut tercuci. Selain itu, bahan organik dapat bertindak sebagai buffer pH yang dapat mengikat Al3+ dan Fe3+ pada tanah masam dan mengikat Ca2+ dan Mg2+ pada tanah basa sehingga dapat menjaga keseimbangan reaksi koloid tanah. Hasil penelitian Mayadewi (2007) pupuk kandang ayam meningkatkan pertumbuhan hasil tanaman jagung manis sebesar 47,03% bila dikombinasikan dengan jarak tanam 50 x 40 cm. Hasil penelitian Hasanudin et al (2007) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang pada berbagai dosis mampu menurunkan Al-dd sekaligus meningkatkan pH tanah walaupun peningkatan pH tanah tidak sedrastis penurunan Al-dd. Peningkatan pH diikuti dengan peningkatan P tersedia tanah. Pemberian bahan organik pada tanah masam dapat meningkatkan serapan P dan hasil tanaman jagung karena setelah bahan organik terdekomposisi akan menghasilkan beberapa unsur hara seperti N, P dan K serta menghasilkan asam humat dan fulvat yang memegang peranan penting dalam pengikatan Fe dan Al yang larut dalam tanah sehingga ketersediaan P akan meningkat. 3. Pencucian *Coresponding Author Email : novakusuma8@gmail.com Tel : +6285649798558

Akar pohon berkontribusi terhadap sistem makropori yang sangat penting dalam menjaga drainase dan aerasi tanah. Ion-ion berikatan dengan partikel liat dan bahan organik tanah. Banyaknya ion yang dapat diikat tergantung dari besarnya luas permukaan partikel liat dan BOT yang dicirikan oleh besarnya agregat yang terbentuk. Dengan dasar ikatan ion, pergerakan air, dan agregasi tanah dapat diketahui bahwa agroforestri akan menekan laju pencucian. Hal ini dikarenakan sistem agroforestri yang dibuat serupa dengan hutan memberikan masukan bahan organik tinggi. Bahan organik tersebut kemudian mampu memperbaiki agregat tanah sehingga menjadi stabil dan memiliki luas permukaan tinggi (berstruktur granuler). Hal ini menyebabkan ion-ion banyak berikatan dengan partikel liat, selain itu BOT juga memiliki muatan negatif yang dapat mengikat basa-basa yang bermuatan positif. Banyaknya ion yang berikatan dengan liat dan bahan organik berdampak pada menurunnya ikatan senyawa dalamn koloid tanah yang larut, sehingga pergerakan air ke bawah tidak turut membawa material tersebut, pencucian pun dapat diminimalkan. Selain itu, agroforestri yang memiliki tutupan tanah sempurna mampu menjaga kelembaban tanah. Hal ini memiliki konsekuensi pergerakan air tanah stabil karena evaporasi tidak terlalu tinggi. Penguapan yang membawa serta garam-garam mineral untuk bertumpuk di bawah permukaan tanah dapat dihindari. Skenario penyelesaian masalah Kombinasi tanaman yang diekomendasikan adalah Jagung lamtoro petaian.Pemilihan tanaman ini didasarkan pada aspek ekologis, khususnya kesuburan tanah dan ekonomis. Dari aspek kesuburan tanah, lamtoro dan petaian merupakan tanaman legume yang berarti dapat memfiksasi nitrogen bebas dari udara. Selain itu seresah petaian dan lamtoro dapat memberikan masukan bahan organik. Secara ekonomis, jagung dapat dijadikan tanaman budidaya utama dimana diharapkan penghasilan tertinggi didapat dari jagung. Selain itu, tanaman petaian dapat dipanen

All Right Reserved

buahnya sebagai tambahan penghasilan selain sebagai jasa lingkungan. Untuk mengeliminasi kompetisi air, cahaya, dan unsur hara maka sistem tanam yang digunakan adalah budidaya lorong. Jagung dijadikan tanaman utama dan lamtoro serta petaian merupakan tanaman pagar. Kesimpulan Lahan pertanian jagung monokultur di desa Junrejo, Batu telah mengalami penurunan kesuburan tanah yang diindikasikan oleh kenampakan tanaman yang buruk. Salah satu alternatif solusi adalah dengan menerapkan sistem agroforestri. Agroforestri dapat memperbaiki kesuburan tanah karena memiliki siklus yang hampir menyerupai hutan meskipun tetap terjadi kebocoran sistem. Siklus unsur hara dalam agroforestri dimulai dari unsur hara yang diserap tanaman seresah tanaman dekomposisi menjadi BOT mineralisasi unsur hara tersedia diserap tanaman. Selain itu, agroforestri memberikan sumbangan bahan organik tanah tinggi dari seresah tanaman multistrata. Agroforestri juga mampu mengendalikan pencucian kation tanah melalui perbaikan agregat tanah. Agar agroforestri dapat menguntungkan secara ekonomi dan ekologis perlu dilakukan pemilihan tanaman berdasarkan daya adaptasi tanaman terhadap tanah, persaingan dengan tanaman lain, sistem tajuk dan sistem perakaran. Agar menghasilkan keuntungan maka perlu dilakukan kajian pemilihan tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi berdasarkan kebutuhan petani dan masyarakat konsumen serta cara penanaman tegakan pohon. Skenario penerapan agroforestri untuk pemecahan solusi adalah agroforestri sederhana dengan interaksi jagung lamtoro petaian. Sisem tanam yang digunakan adalah budidaya lorong. *Coresponding Author Email : novakusuma8@gmail.com Tel : +6285649798558

Daftar Pustaka Abdurrahman, A et al. 2008. Strategi dan Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. Dlam Jurnal Litbang Pertanian , 27(2) 2008 Anonymous. 2012. Soil Organic Matter. Available at http://www.soils.wisc.edu/courses/SS325.htm. Tanggal akses 30 Januari 2012 H de Foresta, A Kusworo dan WA Djatmiko. 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan-Agroforest khas Indonesia-Sumbangan bagi Pembangunan Berkelanjutan. ICRAF, Bogor, Indonesia; IRD, France; dan Ford Foundation, Jakarta, Indonesia

Hairiah et al. 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. ICRAF. Bogor Hairiah, Kurniatun et al. Agroforestri Tanah Masam di Daerah Tropikal Basah. ICRAFSEA. Bogor Hairiah, Kurniatun et al. Neraca Hara dan Karbon dalam Sistem Agroforestri. ICRAFSEA. Bogor Hasanudin, Mitriani dan Barchia F.2007. Pengaruh pengapuran dan pupuk kandang terhadap ketersediaan hara P pada timbunan tanah pasca tambang batubara. Dalam Jurnal Akta Agrosia. Edisi khusus No 1: 1-4. Huxley, Peter. 1999. Tropical Agroforestry. Blackweel Science. United Kingdom Madjid, A. R. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online untuk mata kuliah: (1) Dasar-Dasar Ilmu Tanah, (2) Kesuburan Tanah, dan (3) Pengelolaan Kesuburan Tanah Lanjut. Fakultas Pertanian Unsri & Program Pascasarjana Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.

All Right Reserved

Martin, Franklin W dan Scott Sherman. 1992. Agroforestry Principle. Dalam Echo Technical Note 1998. Mayadewi, NA. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. Dalam Jurnal Agritrop. 28(4): 163-169

*Coresponding Author Email : novakusuma8@gmail.com Tel : +6285649798558

All Right Reserved

Anda mungkin juga menyukai