Anda di halaman 1dari 18

STUDI KASUS CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT.

FREEPORT INDONESIA

Latar Belakang
Saham PT. Freeport Indonesia (PTFI) dimiliki Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.. PTFI menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Provinsi Papua, Indonesia. PTFI telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-masing tambang Erstberg (sejak 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Tambang milik PTFI di Grasberg merupakan salah satu penghasil tunggal tembaga dan emas terbesar di dunia, Grasberg berada di jantung suatu wilayah mineral yang sangat melimpah. PTFI memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.

Gejala-gejala
a. Keamanan
Keinginan merdeka dari warga minoritas (Gerakan Papua Merdeka) sangat keras gaungnya, seakan-akan suara mayoritas menginginkan hal tersebut. Berbagai tindak kriminal terjadi di Papua. 21 Oktober 2011 menewaskan seorang anggota POLRI yaitu Briptu Marcelianus. Tindakan yang diduga kuat dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka ini membuat PTFI mengalami gangguan dalam proses bisnisnya, bahkan propaganda yang dilakukan hingga ke manajemen PTFI

Gejala-gejala
b. Lingkungan SosPolBud
Kehadiran perusahaan asal AS bernama Freeport di Papua tidak lepas dari campur tangan orde baru. Kehadiran Freeport yang dirasakan tidak mendukung kehidupan rakyat Papua inilah yang membuat masalah masalah lain muncul di Papua. pengaruh budaya barat sudah sangat merasuki kehidupan warga Papua. Pada 18 April 2007, sekitar 9.000 karyawan PTFI mogok kerja untuk menuntut perbaikan kesejahteraan.

Gejala-gejala
b. Lingkungan SosPolBud
PTFI menghentikan sementara operasional tambangnya, sejak 23 Febuari 2012, akibat perselisihan di antara karyawan perusahaan tersebut. tahun 1997 Kementrian lingkungan hidup memperingatkan PTFI karena telah melanggar peraturan perundangan tentang lingkungan hidup.

Gejala-gejala
c. Kebijakan Pemerintah
UU no 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA), disahkan tahun 1967, maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Suharto adalah Freeport. Kontrak 30 tahun dengan PTFI, enam tahun sebelum masa kontrak habis, PTFI sudah minta perpanjangan. Akan tetapi pejabat yang berkuasa saat itu melayani dengan baik dan memberikan keistimewaan kepada PTFI. kenyataan bahwa Freeport tak perlu bayar PBB, land rent, bea balik nama kendaraan dan pajak lain yang menjadi pemasukan bagi Daerah.

Permasalahan Utama
kurang kondusifnya lingkungan di sekitar PTFI dan Manajemen PTFI, terkait dengan penanganan kesejahteraan karyawan dan penanganan limbah. Kondisi lingkungan yang kurang kondusif ini sulit untuk dipisahkan dengan kenyataan bahwa manajemen PTFI yang kurang berpihak kepada warga asli sekitar, karyawan ataupun lingkungan.

Permasalahan Utama
Lingkungan yang kurang kondusif dimulai dengan peristiwa: 21 Februari 2006, dimana terjadi pengusiran terhadap penduduk setempat yang melakukan pendulangan emas dari sisa-sisa limbah produksi Freeport di Kali Kabur Wanamon. Yang terus menerus beruntun pada peristiwaperistiwa: 22 Februari 2006, sekelompok mahasiswa asal Papua merusak gedung Plasa 89, gedung tempat PTFI berkantor. 23 Februari 2006, masyarakat Papua Barat yang tergabung dalam Solidaritas Tragedi Freeport menggelar unjuk rasa di depan Istana.

Permasalahan Utama
27 Februari 2006, Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat menduduki kantor PTFI di Plasa 89. 28 Februari 2006, Demonstran di Plasa 89, bentrok dengan polisi. 8 orang polisi terluka. 1 Maret 2006, demonstrasi selama 3 hari di Plasa 89 berakhir. 8 aktivis LSM yang mendampingi mahasiswa Papua ditangkap dengan tuduhan menyusup ke dalam aksi mahasiswa Papua. 3 Maret 2006, masyarakat Papua di Solo berdemonstrasi menentang Freeport. 7 Maret 2006, demonstrasi di Mil 28, Timika di dekat bandar udara Moses Kilangin.

Permasalahan Utama
14 Maret 2006, massa yang membawa anak panah dan tombak menutup checkpoint 28 di Timika. 15 Maret 2006, Polisi membubarkan massa di Mil 28 dan menangkap delapan orang yang dituduh merusak Hotel Sheraton. 16 Maret 2006, aksi pemblokiran jalan di depan Kampus Universitas Cendrawasih. 3 orang anggota Brimob dan 1 intelijen TNI tewas. 17 Maret 2006, Tiga warga Abepura, Papua, terluka. Beberapa wartawan televisi yang meliput dianiaya dan dirusak alat kerjanya oleh Brimob.

Permasalahan Utama
23 Maret 2006, lereng gunung di kawasan pertambangan terbuka PT Freeport Indonesia di Grasberg, longsor. 3 orang meninggal dan puluhan lainnya cedera. Pada tanggal yang sama, Kementerian Lingkungan Hidup menilai PTFI tak memenuhi batas air limbah dan telah mencemari air laut dan biota laut. 18 April 2007, sekitar 9.000 karyawan PTFI mogok kerja untuk menuntut perbaikan kesejahteraan.

Teori
Corporate Social Resposibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum

Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting

Teori
CSR dan Lingkungan Disclosure lingkungan dalam praktik seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kepedulian lingkungan dan semakin diaturnya masalah lingkungan dalam bentuk undang-undang, maka jumlah disclosure lingkungan dalam annual reports meningkat sejak 1989 Dari sisi manajemen, luasnya disclose kewajiban lingkungan berhubungan dengan 4 faktor, yaitu 1. peraturan, termasuk tindakan pemaksaan 2. peradilan dan negosiasi 3. implikasi pasar modal 4. pengaruh peraturan yang lain.

Teori
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa seiring dengan semakin banyaknya peraturan-peraturan dan pemaksaan hukum, jumlah disclose isu lingkungan semakin meningkat, tetapi karena pedomannya belum jelas dan kepada siapa disclose tersebut ditujukan, maka disclose isu lingkungan masih sangat variatif.

Solusi Alternatif
Peningkatan pendidikan umum bagi rakyat Papua PTFI harus meningkatkan program CSR (Corporate Sosial Responsibility) yang langsung dapat menyentuh sendi-sendi masyarakat Papua. PTFI harus memberdayakan masyarakat Papua dalam semua unit produksinya, sehingga masyakat Papua mempunyai rasa memiliki terhadap PTFI. Pemerintah RI harus berani melakukan renegosiasi dengan PTFI.

Solusi
meningkatkan program CSR yang secara langsung dapat menjangkau seluruh aspek operasional perusahaan a) Dari segi karyawan Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan memperjakan masyarakat sekitar perusahaan. b) Dari segi lingkungan CSR dapat menjadi menjadi kontrol untuk melestarikan lingkungan, PTFI dituntut untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan sekitar dan memperhatikan pengolahan limbahnya.

Anda mungkin juga menyukai