Anda di halaman 1dari 7

Date of Birth : February 21, 1921 in Baltimore, Maryland Date of Death : November 24, 2002 in Lexington, Massachussets

."

John Rawls merupakan seorang ilmuwan filsafat dari AS. Meraih gelar Phd di Princeton University pada 1950, kemudian menjadi pengajar moral and political philosophy di beberapa universitas terkemuka di AS, seperti Harvard University Beliau adalah salah satu ilmuwan filsuf yang pemikirannya sangat berpengaruh, khususnya di dalam menelaah moral and political philosophy; Karyanya yang terkenal adalah A Theory of Justice, yang memaparkan keadilan dan kesetaraan di dalam masyrakat.

The Original Position: ide yang menekankan pada masyarakat agar mampu memutuskan sendiri prinsip-prinsip dengan masyarakat lain yang memperhatikan moralitas dan mencapai keadilan dalam konteks distribusi hak, posisi, dan sumber daya (principles of justice) karena Rawls meyakini setiap individu tidak mengetahui posisi, kemampuan dan kapabilitas alami yang dimilikinya masing-masing di dalam masyarakat dan juga masyrakat itu teredukasi serta terlepas dari aspek sosial, karakteristik personal, dan historis. Veil of Ignorance: suatu tabir yang memungkinkan adanya originial position. Tabir ini bertujuan untuk menjadikan manusia tidak mudah dipengaruhi oleh suatu fakta-fakta yang tidak relevan (historis, karakteristik personal, sosial), sehingga menutup kemungkinan prasangka miring di dalam menilai dan beropini terhadap suatu fenomena tertentu secara adil. Justice as Fairness: menggabungkan dua prinsip utama, yaitu liberality (The First Principle of Justice dan equality/wealth (The Second Principle of Justice):
The first principle of justice: Pada prinsip liberality, Rawls menekankan bahwa setiap individu

berhak atas hak kemerdekaan dasar (basic liberty) yang setara dan adil. Hak ini tidak dapat dicabut atau dilanggar oleh pemerintah. The second principle of justice : Rawls menekankan pada keadilan distributif, seperti alokasi barang atau sumber daya yang dimiliki, khususnya dalam sektor sosial dan ekonomi yang teratur agar setara. Terdiri dari dua prinsip: perolehan keuntungan sosial, ekonomi, dan distribusi goods kepada pihak yang paling dirugikan dan perolehan kesempatan yang setara di dalam meraih pekerjaan dan posisinya tanpa memerlukan suatu prasyarat khusus.

The Law of Peoples: Terdiri dari dua ide utama yang memotivasi Rawls di dalam membangun ide ini, antara lain:
Aspek historis manusia (The great evils of human history)sebagai bentuk ketidakadilan dalam perpolitikan karena adanya sifat kejam yang tidak berperikemanusiaan, seperti peperangan yang tidak teratur (unjust war), tindakan opresi, penganiayaan atas dasar agama, penolakan atas prinsip kebebasan, bencana kelaparan dan kemiskinan, genosida serta pembunuhan secara massal. Maka dari itu, Rawls berupaya untuk menciptakan perpolitikan yang stabil dan adil dengan membangun kebijakan-kebijakan sosial serta institusi-institusi dasar yang komprehensif untuk mengeliminasi bentuk dari The great evils itu tadi. The Law of Peoples terdiri dari 8 prinsip yang bertujuan untuk mengatur struktur dasar internasional, antara lain: Peoples are free and independent, and their freedom and independence are to be respected by other peoples. Peoples are to observe treaties and undertakings. Peoples are equal and are parties to the agreements that bind them. Peoples are to observe the duty of nonintervention (except to address grave violations of human rights). Peoples have a right of self-defense, but no right to instigate war for reasons other than self defense. Peoples are to honor human rights. Peoples are to observe certain specified restrictions in the conduct of war. Peoples have a duty to assist other peoples living under unfavorable conditions that prevent their having a just or decent political and social regime

Rawls memandang bahwa masyarakat merupakan aktor utama di dalam tatanan politik internasional, bukan individu (citizens) - People is a moralized concept, and not all states currently on the world map qualify as such. Rawls beranggapan bahwa masyarakat itu bebas dan merdeka, serta harus ada pengakuan dalam konteks politik. Masyarakat memilliki pertimbangan di dalam menghargai adanya aturan yang adil dalam bekerjasama dengan masyrakat lainnya, sejajar dengan kerugian atas kepentingan masingmasing anggota masyrakat di dalamnya. Masyrakat juga sangat meyakini adanya parameter resiprositas dan penghargaan atas kerjasama dengan masyarakat lainnya. Kepentingan-kepentingan fundamental dari manusiasendiri antara lain: Melindungi kebebasan berpolitik, teritorinya, dan keamanan atas warga negaranya Memelihara institusi-institusi sosial-politik dan budaya yang mementingkan kepentingan masyrakatnya Melindungi aspek self-respect sebagai manusia, seperti pengakuan atas kewarganegaraan melalui dasar pencapaian historis dan kulturalnya. Masyrakat terdiri dari dua macam, antara lain:
Liberal : meyakini syarat-syarat atas liberalisme politik: memiliki konstitusi yang legitimate, dengan pemerintah yang dikuasai aktor populer serta tidak diatur oleh kekuatan ekonomi private yang besar dan terkonsentrasi . Decent : Institusi dasarnya menolak perspektif liberal, seperti tidak mengakui aspek pluralism yang layak atau menyadari adanya ide-ide liberal akan warga negara yang bebas dan setara dapat bekerjasama secara adil.

Masyarakat yang Decent ini berada di dalam institus-institusi yang dikuasai oleh satu doktrin yang dominan, seperti doktrin agama tertentu. Sifatnya tidak demokratis dan diskriminatif atas gender, serta kelompok minoritas.

Rawls kemudian mengembangkan satu tipe kelompok masyrakat decent, yaitu:


A decent hierarchical society: mengemukakan sistem kooperasi sosial yang terdiri dari perlindungan atas inti-inti dari HAM dan sistem politik yang mewadahi kepentingan fundamental seluruh masyrakatnya melalui decent consultation hierarchy, artinya pemerintah berkonsultasi dengan seluruh perwakilan dari seluruh kelompok masyrakat serta pemerintah juga menjustifikasi kebijakan-kebijakan dan hukum-hukumnya kepada seluruh kelompok masyrakat tersebut untuk mengaturnya. Rawls memandang negara sebagai aktor yang berhasrat untuk memperluas teritorinya, mempengaruhi kelompok masyrakat lain untuk mengikuti ajaran agamnya, mengatur pihak-pihak lain melalui kekuasaannya, atau meningkatkan kekuatan ekonominya.

http://plato.stanford.edu/entries/rawls/#LawPeoLibForPol http://www.ohio.edu/people/piccard/entropy/rawls.html

Anda mungkin juga menyukai