PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik merupakan masalah
kesehatan global. Di Amerika Serikat: insidensi dan prevalensi penyakit ginjal kronik semakin meningkat, dengan prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi merupakan penyebab kematian nomor 9.
Levey AS, dkk. Chronic Kidney Disease as a Global Public Health Problem: Approaches and Initiatives a Position Statement from Kidney Disease Improving Global Outcomes. Kidney International; 2007 Perhimpunan Nefrologi Indonesia (2008)
PENDAHULUAN
Di Indonesia: berdasarkan Pusat Data dan
Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia tahun 2000, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk
Levey AS, dkk. Chronic Kidney Disease as a Global Public Health Problem: Approaches and Initiatives a Position Statement from Kidney Disease Improving Global Outcomes. Kidney International; 2007 Perhimpunan Nefrologi Indonesia (2008)
ANATOMI GINJAL
GINJAL Berjumlah dua buah Berwarna kemerahan Berbentuk seperti kacang merah Terletak retroperitoneal di bagian abdomen posterior, lateral kolumna vertebra, setinggi TXIILIII (dalam posisi supine), dengan ginjal kanan sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri Sebagian sisi ginjal terlindung oleh iga 11 dan 12 Ukuran: panjang 10-12 cm; lebar 5-7cm; tebal 3 cm (dewasa)
FISIOLOGI GINJAL
Ginjal normal membantu
mempertahankan milieu interieur (homeostasis) melalui fungsi regulatori, ekskretori, sintesis, dan metabolik.
FISIOLOGI GINJAL
Regulasi dari:
Volume cairan ekstraselular, dengan ekskresi atau
retensi sodium dan air. Osmolalitas plasma, melalui diuresis dan antidiuresis. Keseimbangan asam-basa, melalui produksi dan ekskresi dari amonia, ekskresi dari asam, dan reabsorpsi atau ekskresi bikarbonat. Keseimbangan potassium, khususnya melalui sekresi cepat potassium pada tubulus distal. Keseimbangan kalsium, fosfat, dan magnesium.
FISIOLOGI GINJAL
Ekskresi dari:
Bahan terlarut dengan berat molekul rendah
(< 500 dalton), seperti urea dan kreatinin. Bahan terlarut dengan berat molekul sedang (500-20.000 dalton) Senyawa nitrogen dan racun uremik lainnya.
FISIOLOGI GINJAL
Metabolisme dari protein yang terfiltrasi,
NEFRON
Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal. Terdiri dari:
Korpuskel renal Glomerulus Kapsul Bowman Tubulus renal Tubulus kontortus proksimal Lengkung Henle Tubulus kontortus distal
NEFRON
Nefron dan tubulus kolektivus melakukan 3
proses dasar:
Filtrasi glomerulus
Reabsorpsi tubular Sekresi tubular
patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis 2002; 39: S1-S266.
GAGAL GINJAL
Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis 2002; 39: S1-S266.
kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi:
Kelainan patologis. Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis 2002; 39: S1-S266.
KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal, yaitu derajat (stage) penyakit dan
diagnosis etiologi. Berdasarkan derajat, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan Mempergunakan rumus Kockcroft-Gault, sebagai berikut:
KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat (stage)
Derajat 1 2 Penjelasan Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan LFG (ml/menit/1,73m2) 90 60-89
3
4 5
30-59
15-29 < 15 atau dialisis
KLASIFIKASI
Berdasarkan diagnosis etiologi
Penyakit Penyakit ginjal diabetes Penyakit ginjal non-diabetes Diabetes tipe 1 dan 2 Penyakit glomerular (penyakit autoimun, infeksi Contoh
sistemik, obat, neoplasia) Penyakit vaskular (penyakit pembuluh darah besar, hipertensi, mikroangiopati) Penyakit tubulointerstisial (infeksi saluran kemih, batu, obstruksi, keracunan obat) Penyakit kistik (ginjal polikistik)
Rejeksi kronik
Keracunan obat (siklosporin atau takrolimus) Penyakit berulang (penyakit glomerular) Transplant glomerulopathy
FAKTOR RISIKO
Definisi Susceptibility factors Meningkatkan Contoh kerentanan Usia tua, riwayat keluarga
kerusakan ginjal
kerusakan ginjal dan penurunan tingginya tekanan darah, kontrol fungsi ginjal yang lebih cepat gula darah yang buruk pada setelah inisiasi kerusakan ginjal diabetes mellitus, merokok
ETIOLOGI
Penyebab utama penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat
Penyebab Diabetes Mellitus - Tipe 1 - Tipe 2 Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar Glomerulonefritis Nefritis interstitialis Kista dan penyakit bawaan lain Insidensi 44,9% 3,9% 41% 27,2% 8,2% 3,6% 3,1%
2,1%
2,1% 5,2% 4,6%
ETIOLOGI
Penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia
Penyebab Glomerulonefritis Diabetes Melitus Obstruksi dan Infeksi Hipertensi Insidensi 46,39% 18,65% 12,85% 8,46%
Sebab lain
13,65%
PATOFISIOLOGI
Terdapat 2 mekanisme dasar penyakit ginjal
kronik, yaitu:
Kerusakan ginjal sesuai dengan penyakit yang mendasari
Kerusakan ginjal lebih lanjut (dalam proses yang kurang lebih sama)
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Sesuai penyakit yang mendasari (seperti
diabetes melitus, hipertensi, infeksi traktus urinarius, dan lainnya) Sindrom uremia: lemah, letargi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, neuropati perifer, uremi frost, kejang, sampai koma. Gejala dari komplikasi (misalnya hipertensi, anemia, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit, dan lainnya)
MANIFESTASI KLINIS
Umum: Fatique, malaise, gagal tumbuh Kulit: Pucat, kering, mudah lecet, rapuh Kepala dan leher: Frost uremik, lidah kering dan berselaput Mata: Fundus hipersensitif Kardiovaskular: Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, perikarditis uremik, penyakit vaskular Paru: asidosis, edema paru, efusi pleura Gastrointestinal: Anoreksia, nausea, kolitis uremik
MANIFESTASI KLINIS
Urinari: Nokturia, poliuria, oliguria-anuria,
proteinuria, penyakit ginjal yang mendasarinya Reproduksi: Penurunan libido, impotensi, amenore, infertilitas, ginekomastia, galaktore Saraf: Letargi, melaise, anoreksia, tremor, mengantuk, kebingungan, mioklonus, kejang, koma Tulang: Hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D Sendi: Gout, pseudogout Hematologi: Anemia, defisiensi imun, mudah mengalami pendarahan Endokrin: Multipel
MANIFESTASI KLINIS
Renal reserve Stage Tidak ada gejala (asimptomatik) atau sesuai dengan penyakit dasar
Tidak ada gejala (asimptomatik) Stage Kadar urea dan kreatinin meningkat
Gejala dan tanda uremia: nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang penurunan berat badan
Gejala dan tanda uremia nyata, misalnya anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah, gangguan keseimbangan air dan elektrolit, dan lainnya).
Gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy), yaitu dialysis atau transplantasi ginjal
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
GAMBARAN LABORATORIS
Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Penurunan fungsi ginjal:
Peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum Penurunan LFG.
GAMBARAN RADIOLOGIS
Foto polos abdomen: bisa tampak batu radio-
opak. Ultrasonografi ginjal: bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, dan kalsifikasi. Pielografi intravena (jarang dikerjakan) Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai indikasi.
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal
dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakan. Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Kontra-indikasi biopsi ginjal: pada keadaan dimana ukuran ginjal sudah mengecil (contracted kidney), ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal napas, dan obesitas.
TATA LAKSANA
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi:
Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
(comorbid condition) Memperlambat perburukan (progression) fungsi ginjal Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi Persiapan terhadap gagal ginjal dan terapi pengganti ginjal Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis 2002; 39: S1-S266.
TATA LAKSANA
Tata laksana sesuai derajat
LFG Derajat Rencana tatalaksana
3
4 5
30 59
15 29 < 15
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis 2002; 39: S1-S266.
TATA LAKSANA
Tata laksana multidisiplin (dokter (termasuk ahli gizi, ahli kesehatan jiwa), perawat, dinas sosial,
dan lainnya) Perilaku tata laksana mandiri harus selalu ditanamkan dalam setiap rencana tata laksana penyakit ginjal kronik pada semua stadium. Fungsi ginjal harus dipantau secara berkala (setiap 1-3 bulan, bergantung kepada kecepatan perjalanan penyakit), dengan pemeriksaan secara periodik terhadap laju filtrasi glomerulus (LFG).
TATA LAKSANA
Pasien dengan penyakit ginjal kronik harus
dirujuk kepada dokter spesialis untuk konsultasi dan tata laksana, jika rencana tata laksana klinis tidak dapat dipersiapkan, evaluasi yang disarankan tidak dapat dilakukan, atau tata laksana yang direkomendasikan tidak dapat dilakukan Secara umum, pasien dengan LFG < 30 ml/menit/1,73 m2 harus dirujuk kepada dokter ahli nefrologi.
penyakit dasar adalah sebelum terjadinya penurunan LFG sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak terjadi bila LFG sudah menurun sampai 20-30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak bermanfaat.
ginjal kronik mengetahui kondisi komorbid (superimposed factors) Faktor-faktor komorbid ini antara lain: gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat-obatan nefrotoksik (misalnya antibiotik dan obat antiinflamasi non-steroidal), bahan radiokontras, atau peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.
kontrol terhadap hipertensi sistemik menghambat perburukan penyakit baik pada pasien dengan diabetes mellitus maupun tanpa diabetes mellitus. Pilihan obat:
Angiotensin Converting Enzymes (ACE) Inhibitors atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) first line Beta-blocker Calcium Channel Blocker Loop diuretic
Pembatasan asupan garam Rekomendasi target tekanan darah: < 130/80 mmHg pada
perburukan kerusakan struktural ginjal. Pilihan obat: ACE inhibitors atau ARB Pembatasan asupan protein
10 g
9g
dengan meningkatnya risiko terhadap nefropati dan komplikasi kardiovaskular. Meskipun data dari penelitian secara acak menunjukkan kontrol ketat terhadap kadar gula darah dapat mencegah perkembangan nefropati diabetes dan menghambat progresi mikroalbuniuria menjadi proteinuria namun, tidak ada penelitian secara acak yang menilai efek dari kontrol kadar gula darah terhadap perburukan fungsi ginjal pada pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium lanjut.
Abboud H dan Henrich WL. Stage IV Chronic Kidney Disease. N Engl J Med 2010; 362: 56-65
kardiovaskular merupakan hal yang penting 40-45% kematian pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Komplikasi kardiovaskular yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronik: angina pektoris, infark miokardium, gagal jantung, stroke, penyakit vaskular perifer, aritmia, dan kematian mendadak.
Pengendalian diabetes Pengendalian hipertensi Pengendalian dislipidemia Pengendalian anemia Pengendalian hiperfosfatemia Terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit. ( Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi penyakit ginjal kronik secara keseluruhan)
kronik memiliki dislipidemia Rekomendasi target kolestrol Low Density Lipoprotein (LDL): < 100 mg/dl (2,6 mmol/L) Pilihan obat: Statin
Abboud H dan Henrich WL. Stage IV Chronic Kidney Disease. N Engl J Med 2010; 362: 56-65
kronik > 50% ditemukan pada pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium 4 dan 5. Anemia pada penyakit ginjal kronik terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoetin. Hal-hal lain yang ikut berperan dalam terjadinya anemia adalah defisiensi besi, kehilangan darah (misalnya perdarahan saluran cerna, hematuria, dan lainnya), masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang akibat substansi uremik, dan proses inflamasi akut maupun kronik.
hemoglobin 10 gr% atau hematokrit 30% meliputi evaluasi terhadap status besi (serum iron, total iron binding capacity, serum ferritin), mencari sumber perdarahan, morfologi eritrosit, kemungkinan adanya hemolisis dan sebagainya. Tatalaksana ditujukan terhadap penyebab utama dan penyebab lain jika ditemukan. Pilihan obat: eritropoietin, suplementasi besi secara oral ataupun parenteral
kronik dan terapi pengganti ginjal Usaha harus dilakukan dalam menjaga sirkulasi vena pada ekstremitas atas untuk menjaga akses vaskular pada pasien yang akan melakukan hemodialisis Memulai pembuatan akses vaskular permanen (AV fistula/ AV graft)
Transplantasi ginjal
TERAPI KONSERVATIF
Terapi konservatif dari penyakit ginjal kronik
stadium lanjut merupakan salah satu pilihan terapi yang positif pada pasien yang mana dialisis tidak dapat memperpanjang atau meningkatkan kualitas hidup.
TERAPI KONSERVATIF
Terapi konservatif meliputi:
Menghindari nefrotoxin (seperti, obat-obatan, kontras,
dan lainnya) Mengevaluasi medikasi secara berkala untuk menghindari polifarmasi, nefrotoksisitas (misalnya, obat anti inflamasi non-steroid, ACE inhibitor, ARB, kelebihan vitamin D), pemberian dosis yang tidak tepat dari obat-obatan yang disekresi ginjal (misalnya allopurinol, digoksin), dan obat-obatan yang dikontraindikasikan (metfoformin) Menghindari atau segera mengatasi kondisi yang dapat memicu terjadinya disfungsi renal secara akut, meliputi abnormalitas volume ekstraseluler dan tekanan darah.
TERAPI KONSERVATIF
Terapi konservatif meliputi:
Terapi non-dialisis untuk gejala-gejala penyakit
ginjal kronik:
Restriksi diet protein untuk anoreksia, mual, dan muntah Koreksi abnormalitas volume ekstraseluler, khususnya diuretik loop untuk kelebihan cairan Eritropoietin dan analognya untuk anemia Antidepressant Carbamazepine untuk disestesia, chlorpromazine untuk cegukan, dan clonazepam untuk myoklonus uremik Pengikat fosfat, antihistamin, dan terapi ultraviolet (UV) untuk gatal
TERAPI KONSERVATIF
Terapi konservatif meliputi:
Koreksi dari abnormalitas elektrolit yang
berbahaya:
Restriksi diet untuk hiperkalemia Pengikat fosfat untuk hiperfosfatemia Kalsium dan kalsitriol untuk hipokalsemia Sodium bikarbonat untuk asidosis metabolic
PERAWATAN PALIATIF
Kematian dari pasien dengan penyakit ginjal
kronik umumnya meliputi penurunan fungsi mental yang progresif. Rencanakan kematian dengan tenang, damai, dan hormat, dengan penderitaan minimal. Analgesik harus digunakan jika diperlukan.
PROGNOSIS
Pasien dengan penyakit ginjal kronik umumnya berlanjut kepada penyakit ginjal stadium akhir
Kecepatan perubahan tersebut bergantung kepada: diagnosis dasar, keberhasilan mengimplementasikan upaya pencegahan sekunder, dan bergantung kepada setiap individu. Inisiasi terapi pengganti ginjal kronik imperatif untuk mencegah komplikasi uremia dari penyakit ginjal kronik mengarah kepada penurunan tingkat morbiditas dan mortalitas yang nyata.
KESIMPULAN
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
KESIMPULAN
Penyakit ginjal kronik stadium IV adalah
kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat, yaitu 15-30 ml/menit/1,73 m2; Penyakit ginjal kronik stadium V adalah gagal ginjal, yaitu LFG < 15 ml/menit/1,73 m2 atau dialisis.
KESIMPULAN
Tata laksana penyakit ginjal kronik pada umumnya terdiri dari:
Terapi spesifik terhadap penyakit dasar Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid Memperlambat perburukan fungsi ginjal Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi Persiapan terhadap gagal ginjal dan terapi pengganti ginjal stadium IV Terapi pengganti ginjal, baik dialisis atau transplantasi ginjal stadium V.
KESIMPULAN
Terapi konservatif terhadap penyakit ginjal kronik
stadium lanjut merupakan salah satu pilihan terapi lainnya, terutama pada pasien yang mana dialisis sudah tidak dapat memperpanjang atau memperbaiki kualitas hidupnya.
TERIMA KASIH