Anda di halaman 1dari 42

Oleh: Mohd Safwan bin Mohd Noor

PENDAHULUAN
Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Angka kesakitan menurut Nasional Hasil Survei

Morbiditas Diare 2010 adalah 411 per 1.000 penduduk. Antara penyebab kematian utama pada bayi dan balita (RISKESDAS 2007) yaitu 42% pada bayi dan 25,2% pada balita. Terjadi KLB Diare tahun 2010 di 33 lokasi yang terbesar di 13 propinsi dengan jumlah penderita 4204 orang meninggal 73 orang dengan CFR 1,74%

Pada tingkat provinsi Jawa Barat, diare masih merupakan penyakit yang berpotensial wabah.

Angka kesakitan diare pada tingkat provinsi Jawa Barat masih berfluktuasi dengan nilai CFR berkisar antar 0,5 1,36 % pada tahun 2005 hingga 2009. Pada tingkat kabupaten Karawang, penemuan penderita diare pada tahun 2010 meningkat kepada 79.522 orang berbanding tahun 2009 yaitu 73.857 orang. Di wilayah kerja Puskesmas Medangasem, penemuan penderita diare pada tahun 2010 meningkat kepada 1.333 orang berbanding tahun 2009 yaitu 1.156 orang.

MASALAH
Angka kesakitan diare menunjukkan angka 411 per 1000 penduduk pada semua golongan umur pada tahun 2010. Penyakit diare sering menimbulkan KLB dengan CFR yang masih tinggi. Penemuan kasus baru diare semakin meningkat di wilayah kerja UPTD Medangasem.

TUJUAN UMUM
Untuk menilai keberhasilan program

pemberantasan penyakit diare di Puskesmas Medangasem periode Juni 2010 sampai dengan Mei 2011.

TUJUAN KHUSUS
Diketahui adanya penemuan kasus diare secara pasif. Diketahui adanya diagnosa penyakit diare yang sesuai

Standar Operasional Prosedur (SOP). Diketahui adanya pengobatan terhadap penyakit diare yang sesuai SOP. Diketahui adanya Survailans diare.

Diketahui adanya distribusi logistik oralit, zinc

dan obat antibiotik. Diketahui frekuensi penyuluhan perorangan atau kelompok yang dilaksanakan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Diketahui adanya pelatihan para kader . Diketahuinya pelaksanaan pojok URO (Upara Rehidrasi Oral) . Diketahui adanya pencatatan dan pelaporan .

SASARAN
Sasaran dalam program pembanterasan diare adalah seluruh penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem pada semua umur dengan mengutamakan pelayanan bagi golongan balita.

MATERI
Penemuan kasus penderita diare secara pasif
Penetapan diagnosis penyakit diare Pengobatan kasus diare

Surveilans
Distribusi logistik Penyuluhan baik perorangan maupun kelompok

Pelatihan kader
Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral) Pencatatan dan pelaporan

METODE
Membandingkan cakupan program pemberantasan diare di Puskesmas Medangasem periode Juni 2010 sampai dengan Mei 2011 terhadap tolak ukur yang ditetapkan dengan melakukan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan intepretasi data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah pada program pemberantasan diare kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah yang ditemukan berdasarkan penyebab dari masingmasing unsur keluaran pada pendekatan sistem.

KERANGKA TEORI

SUMBER DATA
Wawancara dengan dokter, Koordinator P2M dan perawat Puskesmas Medangasem. Laporan Bulanan Puskesmas Medangasem periode Juni 2010 sampai dengan Mei 2011.

Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Medangasem (PKP) tahun 2009 dan 2010.
Laporan Pembangunan Kesehatan Puskesmas

Medangasem tahun 2009 dan 2010. Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat Puskesmas Medangasem (LPLPO) periode Juni 2010 sampai dengan Mei 2011.

DATA UMUM
Luas wilayah : 1.713.000 m2 Desa: 3 desa Jmlh pnddk: 32.363 orang 33,11% pendidikan rendah 99% beragama Islam 67,6% petani 13.709 pnddk miskin 41,2% akses air bersih 62,1% akses jamban sehat

DATA KHUSUS
MASUKAN
VARIABEL Tenaga Dokter Perawat Petugas P2M Petugas Administrasi Kader Bidan desa Dana APBD CAKUPAN 2 orang 3 orang 1 orang 1 orang 120 orang 5 orang Cukup

MASUKAN
VARIABEL Sarana Medis Tensimeter Stetoskop Termometer Timbangan berat badan bayi Timbangan berat badan dewasa CAKUPAN

2 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah

MASUKAN
VARIABEL Antibiotik : Kotrimosakzol Amoksisilin Kloramphenikol Tetrasiklin Ampisilin Oralit Zinc Cairan Infuse (NaCl) CAKUPAN Ada Ada Ada Ada Ada Ada, tidak mencukupi Ada Ada

MASUKAN
VARIABEL
Non-Medis Alat penyuluhan (poster, pamlet, brosur, papan tulis, mikrofon) Ruang tunggu Ruang periksa Tempat tidur Ruang obat Rak obat Kartu status, buku, alat tulis Tempat sampah, sabun, toilet. Ruang pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral) SOP penatalaksanaan diare

CAKUPAN
Cukup

Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

MASUKAN
VARIABEL
Metoda Penemuan kasus penderita diare secara pasif. Diagnosa

CAKUPAN
Penemuan kasus oleh dokter, paramedik dan kader terlatih di BPU setiap hari kerja (Senin Sabtu pukul 08.00 12.00 WIB), Posyandu, Posbindu dan Pusling. Berdasarkan SOP diare yang menjelaskan bahwa seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam atu hari. Dilaksanakan dengan tepat sesuai SOP mengenai penanganan diare: Diare tanpa dehidrasi (Rencana Terapi A) Diare dengan dehidrasi ringan dan sedang, (Rencana Terapi B) Diare dengan dehidrasi berat (Rencana Terapi C)

Pengobatan

MASUKAN
VARIABEL
Metoda Surveilans Distribusi logistik

CAKUPAN
Pengumpulan data epidemiologi diare secara terus menerus dan dilakukan analisa secara langsung untuk menentukan cara penyelesaian secara cepat dan tepat. Data didapat dari laporan harian setiap hari kerja dan dilaporkan setiap hari senin setiap minggunya. Tersedianya oralit, antibiotik dan Zinc di puskesmas. Tersedianya oralit pada setiap kader minimal 10 sachet. Ada pengisian LPLPO setiap bulan. Memberikan penyuluhan perorangan kepada penderita diare yang berobat di BPU Puskesmas tiap hari kerja. Ada penyuluhan kepada masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu setiap bulan mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Ada pelatihan kader 1 kali per tahun.

Penyuluhan perorangan/ kelompok Pelatihan kader

MASUKAN
VARIABEL CAKUPAN
Metoda Pojok URO Bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang (Upaya tunggu pasien) dengan 1-2 meja kecil dan seorang Rehidrasi Oral) petugas puskesmas dapat mempromosikan usaha rehidrasi oral (URO) kepada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk suatu pemeriksaan bila seseorang memerlukan URO, maka penderita tersebut dapat duduk di kursi dibantu oleh ibu/keluarganya untuk melarutkan dan meminum oralit selama waktu observasi 3 jam . Pencatatan Dijalankan oleh petugas kesehatan setiap hari kerja. dan pelaporan Adanya penjadwalan petugas kesehatan di pojok URO. Pencatatan: Pengisian Formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) setiap hari kerja. Pelaporan: Pelaporan kasus diare dilaporkan ke Dinas Kesehatan setiap hari senin tiap minggunya

PROSES
VARIABEL Perencanaan pemberantasan penyakit diare Pengorganisasian CAKUPAN Sesuai metode

Tidak terdapat struktur organisasi khusus dalam pemberantasan penyakit diare.

PROSES
VARIABEL
Pelaksanaan Penemuan kasus pasif Diagnosa

CAKUPAN
Penemuan kasus oleh dokter, paramedik dan kader terlatih di BPU setiap hari kerja (Senin Sabtu pukul 08.00 12.00 WIB), Posyandu, Posbindu dan Pusling. Sesuai berdasarkan SOP. Untuk seluruh penderita diare : Diagnosa diare tepat. Penderita dinilai derajat dehidrasi secara tepat. Tidak berdasarkan SOP. Untuk seluruh penderita diare : Pemberian oralit sebanyak 3 bungkus. Pemberian Zinc pada balita. Pemberian antibiotik jika merupakan tersangka disentri atau kolera. Pengobatan tidak berdasarkan rencana terapi A, B dan C.

Pengobatan

PROSES
VARIABEL
Pelaksanaan Surveilans Distribusi logistik

CAKUPAN
Dilakukan setiap hari kerja dan dilaporkan setiap minggu. Persediaan: Persediaan oralit di Puskesmas tidak mencukupi, 51,7% dari kebutuhan oralit (lampiran 5) Persedian tablet zinc belum bisa dinilai (masukan tablet zinc bermula pada April 2011 (lampiran 5) Persediaan antibiotik mencukupi. Ada persediaan oralit di kader minimal 10 sachet Ada pengisian LPLPO setiap bulan (Lampiran 4) Perorangan: dilakukan kepada semua penderita diare yang berobat ke BPU. Kelompok: dilakukan 12 kali/tahun 0 x/tahun

Penyuluhan perorangan / kelompok Pelatihan kader

PROSES
VARIABEL
Pelaksanaan Pojok URO Pencatatan dan pelaporan

CAKUPAN
Tidak pernah dilaksanakan Tidak ada jadwal petugas kesehatan yang menjalankan pojok URO. Ada pengisian Formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) setiap hari kerja Ada pelaporan kasus diare dilaporkan ke Dinas Kesehatan setiap dari senin tiap minggunya.

Pengawasan Pertemuan bulanan

12 kali/tahun

KELUARAN
VARIABEL
Penemuan kasus pasif Diagnosa Pengobatan

CAKUPAN
100 % ditemukan oleh petugas kesehatan dan kader yang melaporkan tepat waktu setiap tanggal 10 setiap bulannya. 100 % Puskesmas mempunyai SOP diare 100 % Ketepatan diagnosa 100 % penderita tertangani 0 % diobati berdasarkan SOP 100 % dilakukan setiap hari kerja dan dilaporkan setiap minggu. 0 % KLB 51, 7 % cakupan kebutuhan oralit . Ketersediaan Zinc di puskesmas tidak bisa dinilai. Tersedia antibiotik di Puskesmas. Tersedia oralit pada masing-masing kader. Ada pengisian LPLPO setiap bulan.

Surveilans
Distribusi logistik

KELUARAN
VARIABEL CAKUPAN Penyuluhan 100% penyuluhan perorangan perorangan/kelompok dilakukan kepada semua penderita diare yang datang berobat ke BPU. 100% dilakukan penyuluhan kelompok (12 kali per tahun) Pelatihan kader 0 x/tahun Pojok URO Tidak Ada Pencatatan dan Pencatatan dan pelaporan lengkap pelaporan Angka kematian diare 0 / 1000 Angka kesakitan diare 43 / 1000

UMPAN BALIK
VARIABEL CAKUPAN

Sumber

Didapat dari pertemuan tahunan antara kepala Puskesmas, koordinator P2 diare dan pelaksanaan harian. Didapat dari hasil rapat tahunan di Dinas Kesehatan.

LINGKUNGAN
VARIABEL CAKUPAN Cukup strategis. Mudah dan murah Bekerja sama dengan Puskesmas untuk melakukan kegiatan P2 diare 41,2% keluarga memiliki akses air bersih 62,1% keluarga memiliki akses jamban

Fisik Lokasi Transportasi Fasilitas dana sarana kesehatan Sumber air bersih Pengguna jamban Non fisik Tingkat Pendidikan
Sosial Ekonomi

33,11 % berpendidikan rendah. Masih banyak penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Medangasem.

DAMPAK
VARIABEL CAKUPAN

Langsung Tidak langsung

Belum bisa dinilai. Belum bisa dinilai.

PEMBAHASAN
Variabel Penemuan kasus pasif Tolak ukur 100 % melaporkan tepat waktu setiap tanggal 10 setiap bulannya. Cakupan Mslh 100 % ditemukan oleh petugas kesehatan dan kader yang melaporkan tepat waktu. 100 % Puskesmas 100% Puskesmas mempunyai SOP diare mempunyai SOP diare 100 % Ketepatan diagnosa 100% ketepatan diagnosa 75 % penderita 100 % penderita tertangani tertangani 100 % diobati sesuai SOP 0 % diobati sesuai SOP. 100 % melaporkan tepat 100 % dilakukan setiap waktu tanggal 10 setiap hari kerja, dilaporkan bulannya. setiap minggu. 0% KLB 0% KLB.

Diagnosa

Pengobatan

+
-

Surveilans

Variabel Distribusi logistik

Tolak ukur 100 % oralit di kader masing-masing 10 sachet. Tersedia antibiotik dan Zinc di Puskesmas.

Cakupan 100 % oralit di kader masing-masing 10 sachet. Tidak tersedia oralit yang mencukupi di Puskesmas Ketersediaan Zinc di puskesmas tidak bisa dinilai. Tersedia antibiotik di Puskesmas. 100% pengisian LPLPO 100 % setiap penderita 100%(12 kali/tahun) 0% Tidak ada

Mslh + -

+ +

100% pengisian LPLPO Penyuluhan perorangan / kelompok Pelatihan kader Pojok URO 100 % setiap penderita 100%(12 kali/tahun) 100 % (1 kali/tahun) Ada

Variabel Pencatatan dan pelaporan Angka kematian diare Angka kesakitan diare

Tolak ukur

Cakupan

Mslh

0 /1000 < 50 per 1000 penduduk

0 /1000 43 per 1000 penduduk

PERUMUSAN MASALAH
Masalah menurut keluaran:
0 % pengobatan berdasarkan SOP diare. 0% pelatihan kader khusus penanganan diare. 48,3 % cakupan kebutuhan oralit tidak

terpenuhi. Tidak adanya Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral)

Penyebab masalah (dari unsur lain):. Penyebab 0 % pengobatan berdasarkan SOP diare:
Masukan: Persedian oralit di Puskesmas tidak mencukupi.
Proses pelaksanaan: Pemberian oralit sebanyak 3 bungkus. Proses pelaksanaan: Pengobatan tidak berdasarkan rencana terapi

A, B dan C.

0% pelatihan kader khusus penanganan diare.


Proses pelaksanaan: Pelatihan kader tidak dilaksanakan.

48,3 % cakupan kebutuhan oralit tidak terpenuhi.


Masukan: Persedian oralit di Puskesmas tidak mencukupi.

Tidak adanya Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral).


Proses pengorganisasian: Tidak terdapat struktur organisasi

khusus dalam pemberantasan penyakit diare. Proses pelaksanaan: Aktivitas pojok URO tidak dilaksanakan setaip hari kerja.

PRIORITAS MASALAH
No Parameter A B C D

1
2 3 4 5

Besarnya masalah
Berat ringannya akibat yang ditimbulkan Keuntungan sosial yang diperoleh Teknologi yang tersedia Sumber daya yang tersedia Jumlah

5
5 2 3 4 19

5
3 4 2 2 16

5
4 2 4 4 17

5
2 5 4 2 18

Keterangan masalah : A. 0 % pengobatan berdasarkan SOP diare. B. 0 % pelatihan kader khusus penanganan diare C. 48,3 % cakupan kebutuhan oralit tidak terpenuhi. D. Tidak adanya Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral)

PRIORITAS MASALAH
Dua masalah yang menjadi prioritas adalah:
0 % pengobatan berdasarkan SOP diare.

Tidak adanya Pojok URO (Upaya Rehidrasi

Oral)

PENYELESAIAN MASALAH
Masalah I : 0% pengobatan berdasarkan SOP diare. Penyebab masalah: Masukan: Persedian oralit di Puskesmas tidak mencukupi.
Proses pelaksanaan: Pemberian oralit sebanyak 3 bungkus. Proses pelaksanaan: Pengobatan tidak berdasarkan rencana terapi A,

B dan C.

Penyelesaian masalah: SOP diare ditempel di dinding atas di meja supaya dijadikan pedoman untuk mengobati penderita diare. Melakukan pemantauan oleh dokter terhadap petugas kesehatan tentang pengobatan penderita diare. Mengajukan penambahan oralit yang kurang supaya sesuai dengan kebutuhan.

PENYELESAIAN MASALAH
Masalah I I: Tidak adanya pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral) Penyebab masalah: Tidak ada pembagian tugas yang jelas dan tertulis mengenai siapa yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pojok URO. Aktivitas pojok URO tidak dilakukan setiap hari kerja walaupun adanya sarana (ruang, meja, kerusi dan alat-alat lainnya). Penyelesaian masalah: Adanya penyusunan atau pembagian tugas secara tertulis mengenai petugas yang bertanggung dalam pelaksanaan pojok URO. Melakukan aktivitas pojok URO oleh petugas yang dipertanggungjawabkan dan dilakukan pemantauan terhadap berjalannya aktivitas pojok URO oleh Kepala Puskesmas atau koordinator P2M.

KESIMPULAN
Dari hasil penilaian program pemberantasan penyakit

diare yang dilakukan dengan pendekatan sistem di Puskesmas Medangasem periode Juni 2010 Mei 2011 didapatkan bahwa program pemberantasan penyakit diare kurang berhasil karena masih ditemukan beberapa masalah yang mempengaruhi keberhasilan program ini, yaitu:
0 % pengobatan berdasarkan SOP diare. 0 % pelatihan kader khusus penanganan diare

48,3 % cakupan kebutuhan oralit tidak terpenuhi.


Tidak adanya Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral)

Masalah tersebut disebabkan oleh : Tidak ada pemantauan dari dokter dan koordinator P2M terhadap petugas kesehatan dan kader dalam pengobatan menurut SOP diare. Tidak ada struktur organisasi yang jelas dan pembagian tugas yang jelas dan tertulis mengenai siapa yang bertanggung jawab dalam memberikan penyuluhan. Tidak ada pelatihan kader khusus penanganan diare setiap tahun. Tidak tersedianya oralit yang mencukupi. Masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan langkah-

langkah seperti yang telah dikemukakan di atas. Dampak positif yang diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan diare, angka kematian diare, serta terhindarnya Kejadian Luar Biasa penyakit Diare di Puskesmas Medangasem.

SARAN
Melakukan pemantauan terhadap penggunaan SOP

diare dalam mengobati penderita diare. Menyusun pembagian tugas secara jelas dan tertulis mengenai petugas yang bertanggung jawab dalam memilih dan motivasi kader untuk mengikuti pelatihan, pelaksanaan penyuluhan, rincian tugasnya masing-masing serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur. Mengadakan pelatihan-pelatihan kepada kader dalam hal penanganan diare. Mengadakan pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral). Mengajukan penambahan oralit supaya mencukupi.

SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai