KASUS
Seorang ibu 25 tahun, P1 A0, datang ke tempat praktek dr.Budi untuk menggunakan KB. Riwayat persalinannya normal, dan ingin menyusui anaknya secara eksklusif. Pasien tersebut post partum 40 hari, hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan obstetri, riwayat masa nifasnya baik dan envolusi uterus normal. Dia bekerja sebagai seorang sekretaris suatu perusahaan asing. Berangkat kerja di pagi hari dan pulang kerja waktu malam hari, oleh karena itu pasien ingin menggunakan KB dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Sejarah AKDR
Beberapa abad lalu penggembala-pengembala unta bangsa Arab dan Turki memasukkan batu kecil yang bulat dan licin ke dalam alat genital unta mereka dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh. Richter dari Polandia (1909) membuat tulisan ilmiah tentang AKDR untuk pertama kalinya mengenai benang sutera sebagai bahannya . Gravenberg (1928) melaporkan pembuatan AKDR dari benang sutera yang dipilin dan diikat satu sama lain, sehingga berbentuk bintang bersegi enam. Kemudian bahan pengikatnya ditukar dengan benang perak yang halus agar dapat dengan mudah dikenali dengan sonde uterus atau dengan sinar Roentgen. Oleh karena AKDR bentuk segi enam ini mudah sekali keluar, maka kemudian ia membuatnya dalam cincin perak. Ota dari Jepang (1934) untuk pertama kalinya membuat AKDR dari plastik yang berbentuk cincin.
Oppenheimer dari Israel dan Ishihama dari Jepang (1959) menerbitkan tulisan tentang pengguanaan AKDR bersama antibiotika yang dapat mengecilkan risiko infeksi. Antara tahun 1955 dan 1964 bermacam-macam AKDR diciptakan, antara lain Marguillies spiral, Zipper, Lippes loop, Birnberg bow, cincin HallStone. Di Indonesia AKDR telah digunakan secara umum dalam program keluarga berencana. AKDR yang mula-mula dipakai adalah jenis Lippes Loop, yang pada waktu itu disponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Pada tahun enam puluhan mulai dilakukan penyelidikan terhadap AKDR yang mengandung bahan-bahan seperti tembaga, seng, magnesium, timah, dan progesteron. Maksud penambahan ini ialah untuk mempertinggi efektivitas AKDR. Penyelidikan AKDR jenis ini, yang diberi nama AKDR bioaktif, sampai sekarang masih terus berlangsung.
Waktu yang tepat untuk pemasangan IUD: Sewaktu haid sedang berlangsung Pasca persalinan Pasca keguguran Beberapa hari setelah haid terakhir After morning Sebelum terjadi implantasi blastokista
Kontraindikasi relatif: 1. Tumor ovarium 2. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus. 3. Gonorhea, servisitis, kelainan haid, dismenorhea. 4. Insufisiensi serviks uteri. 5. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi mioma. 6. Kelainan yang jinak serviks uteri, seperti erosio poriones uteri 7. Panjang kavum uteri yang kurang dari 6,5 cm
2. AKDR bisa saja sudah expulsi, terlepas sendiri. Namun apabila bila benang tak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan dengan mikrokuret, yang kadang-kadang diperlukan anastesia paraservikal untuk mengeluarkan rasa nyeri.
2.Alat-alat lain Meja Ginekolog Bak instrument yang berisi:alat-alat steril seperti:sarung tangan,kain,kasa,speculum vagina,cunam porsio,sonde rahim,dilatatpr heger no.4-7,klem,gunting Kapas lisol atau kapas savlon Jodium tincture dengan kapas lidi
3.Persiapan operator Kenakan sarung tangan Lakukan periksa salam sebelum memasang IUD Masukkan alat alat menurut hasil pemeriksaan dengan hati-hati
Cara pemasangan
1. Sebelum periksa dalam dan pemasangan IUD sebaiknya telah disiapkan dan dimasukkan dalam tabung penyalurnya 2. Bilas kemaluan dengan kapas air lisol 3. Pasang speculum secara Lege artis 4. Jepit porsio depan dengan cunam,bersihkan serviks dan vagina dengan larutan antiseptic 5. tariklah pelan pelan cunam porsio sehingga canalis servikalis jadi lurus.jangan ditarik terlalu kuat 6. Masukkan sonde sesuai arah letak rahim untuk mengukur dalamnya rahim
Cara pemasangan
7 . Kalau canalis servikali membuka sempit dapat diberikan dilatators herger no4-7 8. buat ancang ancang bagaimana menyalurkan nya 9. selagi serviks ditahan dengan cunam,tabung penyalur berisi IUD dimasukkan ke dalam rahim 10. setelah dipastikan posisisnya baik,IUD didorong dengan alat pendoromg perlahan lahan sampai keluar dari tabungnya 11. keluarkan pendorong terlebih dulu agar benang tidak terjepit baru kemudian tabungpenyalurnya 12. akhirnya lepaskan cunam porsio,olesi bekas jepitan,dengan iodium tincture dan lepaskan speculum
Efektivitas AKDR Menurut penelitian tingkat keberhasilan AKDR Adalah 98 persen dengan tingkat kegagalan untuk cegah kehamilan hanya sebesar 2 persen.oleh karena itu AKDR lebih disukai dan lebih efektif Jika terjadi kehamilan Bila benang masih terlihat maka dianjurkan untuK mecabut IUD(Benang masih terlihat pada saat kehamilan kurang dari 12 minggu) Bila benang tak terlihat biarkan IUD insitu Jika bahan IUD adalah dari tembaga makal dianjurkan untuk diexplorasi dan dilepas IUD nya karena nersifat teratogenik pada janin Jika bahan IUD bukan logam,maka kehamilan diteruskan,IUD dibiarkan,tidak pernah dilaporkan IUD mengakibatkan kecacatan janin.Ketika partus maka IUD akan keluar sendiri bersama plasent