BS SMF/LAB. BEDAH RSD DR. SOEBANDI JEMBER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2013
Penimbunan darah di dalam rongga subdural (di antara duramater dan arakhnoid)
1. Kulit kepala Skin (kulit) Connective tissue (jaringan penghubung) Aponeurosis (galea aponeurotika) Loose of connective tissue Pericranium
3. Meningen a. Duramater Selaput yang keras; terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Terdiri dari 2 lapisan: endosteal dan meningeal, terdapat sinus vena diantara kedua lapisan tsb. b. Arachnoid Suatu membran fibrosa yang tipis, halus dan avaskular. c. Piamater Membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam.
KLASIFIKASI
AKUT a. Gejala defisit muncul a. Gejala defisit bermakna neurologis neurologis post trauma SUBAKUT KRONIS
a.
Gejala
defisit
terjadi
neurologis
EPIDEMIOLOGI
SDH akut 5-25% pasien trauma kepala berat. SDH kronik 1-3 kasus per 100.000 populasi. laki-laki : perempuan = 3:1. Mayoritas subdural hematoma berhubungan dengan faktor umur yang merupakan faktor resiko pada cedera kepala (blunt head injury).
ETIOLOGI
1. Trauma kepala a. Berat akibat benturan yang keras
d. Post operasi
Sumber perdarahan:
bridging veins di subdural
arteri kortikal
PATOFISIOLOGI
1, subfalcine; 2, herniation of the uncus and hippocampal gyrus of the temporal lobe into the tentorial notch, causing pressure on the third nerve and mid-brain; 3, brainstem caudally; 4, cerebellar tonsils through foramen magnum
GEJALA KLINIS
kesadaran
DIAGNOSIS
b. PEMERIKSAAN FISIK c.PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM FOTO KEPALA CT-Scan MRI
CT-SCAN
DIAGNOSIS BANDING
a. Stroke b. Encephalitis c. Abses otak d. Adverse drugs reactions e. Tumor otak f. Perdarahan subarachnoid g. Hydrocephalus
PENATALAKSANAAN
1. Non-operatif / Medikamentosa Intubasi dan oksigenasi Elevasi kepala 30 Cairan isotonis untuk resusitasi Manitol 0,25-1 g/kgBB Furosemid 0,3-0,5 mg/kgBB Antikonvulsan (Fenitoin) untuk mengatasi kejang 15-20 mg/kgBB Neurotropik Citicoline 1 g/hari Piracetam 24-30 mg/hari
2. Operatif, jika:
a. b.
c.
d. e.
Pasien SDH tanpa melihat GCS, dengan ketebalan > 10 mm atau pergeseran midline shift > 5 mm pada CT-scan Semua pasien SDH dengan GCS < 9 harus dilakukan monitoring TIK Pasien SDH dengan GCS < 9, dengan ketebalan perdarahan < 10 mm dan pergeeran struktur midline shift. Jika mengalami penurunan GCS > 2 poin antara saat kejadian sampai saat masuk rumah sakit Pasien SDH dengan GCS < 9, dan/atau didapatkan pupil dilatasi asimetris/fixed Pasien SDH dengan GCS < 9, dan/atau TIK > 20 mmHg.
Pasien di operasi/tidak berdasarkan pengamatan dari kondisi klinis pasien dengan foto radiologi nya (CT-Scan)
Teknik operasi:
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
a. Medis : kejang dan infeksi (16,9%) b. Operasi : massa subdural, hematom intraparenkim, atau tension pneumocephalus (2,3% ) c. Meningitis atau abses serebri (< 1 %)
a. Mortalitas 60-70 % b. SDH akut yang sedikit (diameter < 1 cm), prognosanya baik
kasus