Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Pemenuhan kecukupan pangan bukan hanya merupakan kewajiban, baik secara moral, sosial maupun hukum (termasuk pemenuhan HAM), tetapi juga merupakan investasi pembentukan SDM yang lebih baik dimasa datang Pemenuhan kecukupan pangan merupakan prasyarat bagi pemenuhan hak-hak dasar lainnya (pendidikan, pekerjaan, dsb) Pengalaman berbagai negara menunjukkan bahwa pemenuhan kecukupan pangan merupakan basis bagi pemantapan ketahanan nasional
PENDAHULUAN (Lanjutan)
APA PENGERTIAN KETAHANAN PANGAN? Berdasarkan UU No. 7/1996 tentang Pangan, Ketahanan Pangan:
Kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau
1. Ketersediaan pangan:
1.Ketersediaan pangan: Sejumlah kebutuhan pangan yang tersedia secara fisik di rumah tangga, baik yang berasal dari produksi sendiri (ketersediaan di rumah tangga), membeli di pasar maupun bantuan pangan (ketersediaan di wilayah).
MAKRO/ AGGREGAT
Indonesia meupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar (lebih dari 200 juta jiwa) Sebagian besar penduduknya menggantungkan sebagian atau seluruh sumber kehidupannya dari sektor pertanian dan pangan
2. Aksesibiltas terhadap pangan: Kemampuan rumah tangga dalam memperoleh sejumlah pangan yang dibutuhkan
3. Pemanfaatan/Konsumsi (biologis) pangan: (a) Pemanfaatan pangan oleh rumah tangga (b) Kemampuan individual dalam mengabsorbsi nutrisi
MIKRO/ INDIVIDU
2.
Apabila rumah tangga (anggota rumah tangga) mengalami kurang gizi sebagai akibat tidak cukupnya ketersediaan pangan (physical unavailability of food), dan/atau ketidak mampuan rumah tangga dalam mengakses pangan yang cukup (lack of social and economic access to adequate food). Apabila konsumsi makanannya (food intake) berada dibawah jumlah kalori minimum yang dibutuhkan.
Kondisi kerawanan pangan yang akut akan menyebabkan kelaparan: yaitu kondisi dimana individu tidak mampu memenuhi 70 % kebutuhan pangan dan gizinya berturut-turut selama dua bulan, dan diikuti dengan penurunan berat badan.
Kondisi yang menunjukkan ketidak-mampuan masyarakat atau individu untuk menghadapi GEJOLAK (shocks atau stress) berbagai aspek yang mempengaruhi tingkat kehidupan/kesejahteraan dan/atau tingkat ketahanan pangannya.
Tidak hanya bergantung kepada kemampuannya dalam menangani masalah yang menyebabkan penurunan ketahanan pangannya saja, tetapi juga mencakup kemampuannya untuk mengantisipasi ketidakpastian yang dapat menyebabkan 6 penurunan tingkat ketahanan pangan.
Peningkatan ketersediaan pangan (physical availability of food), baik di tingkatan wilayah maupun rumah tangga Peningkatan akses rumah tangga terhadap pangan Peningkatan konsumsi pangan (food intake), baik jumlah maupun kualitasnya, terutama yang berada dibawah jumlah kalori minimum yang dibutuhkan. Peningkatan kemampuan dalam menangani masalah yang menyebabkan penurunan ketahanan pangannya. Peningkatan kemampuan dalam mengantisipasi ketidakpastian yang dapat menyebabkan penurunan tingkat ketahanan pangan.
7
2. 3.
4.
5.
PADA TAHUN 2003, BADAN KETAHANAN PANGAN BERSAMA WOLD FOOD PROGRAM (WFP) MENYUSUN INDIKATOR KERAWANAN (VULNERABILITAS) PANGAN FIA (FOOD INSECURITY ATLAS):
1. KETERSEDIAAN PANGAN a. Konsumsi normatif per kapita terhadap rasio ketersediaan bersih padi+jagung+ubi kayu+ubi jalar AKSES PANGAN DAN MATA PENCAHARIAN a. Persentase penduduk dibawah garis kemiskinan b. Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai c. Persentase penduduk tanpa akses listrik KESEHATAN DAN GIZI a. Angka harapan hidup pada saat lahir b. Berat badan balita dibawah standar c. Perempuan buta huruf d. Angka kematian bayi e. Penduduk tanpa akses air bersih f. Persentase penduduk yang tinggal lebih dari 5 Km dari puskesmas KERENTANAN TERHADAP BENCANA a. Persentase daerah tidak berhutan b. Persenatse daerah puso c. Persentase daerah rawan longsor dan banjir d. Fluktuasi curah hujan
2.
3.
4.
Berdasarkan peta FIA, di Indonesia terdapat 100 Kabupaten Rawan Pangan, yang meliputi: - 30 Kabupaten Prioritas 1 (30 kabupaten) - 30 Kabupaten Prioritas 2 (30 kabupaten) - 40 Kabupaten Prioritas 3 (40 kabupaten)
Sumatra Utara
Riau
Kalimantan Barat
Maluku Utara
Kalimantan Tengah Kalimantan Jawa Selatan Tengah Jawa Timur Bali DI Yogyakarta
Sulawesi Selatan
Legenda/Legend
Prioritas/Priority 1 Kabupaten/District Prioritas/Priority 2 Kabupaten/District Prioritas/Priority 3 Kabupaten/District Prioritas/Priority 4 Kabupaten/District Prioritas/Priority 5 Kabupaten/District Prioritas/Priority 6 Kabupaten/District Daerah Perkotaan/Tidak ada Data Urban Area/No Data Batas Provinsi / Province Boundary Batas Kabupaten / District Boundary
400
800
kilometers
10
Prioritas 1
Akses thd listrik Akses thd jalan/sarana Akses thd puskesmas Kematian bayi msh tinggi Perempuan buta huruf msh tinggi
Prioritas 2
1. 2. 3. 4. 5.
Kematian bayi msh tinggi Angka harapan hidup rendah Akses thd listrik Balita kurang gizi msh tinggi Akses thd jalan/sarana
Angka kematian bayi tinggi Akses thd listrik Angka harapan hidup rendah Akses thd air bersih rendah Akse thd puskesmas
Prioritas 3
1. 2. 3. 4. 5.
11
Ketersediaan energi dan protein rata-rata per kapita/hari 2000-2005 telah melebihi AKG. Energi dari 2.966 menjadi 3.151 kkal/kap/hari (meningkat 1,53% per tahun). Protein dari 76,72 menjadi 75,31 gr/kap/hari (menurun 0,37% per tahun).
Protein nabati dari 65,14 menjadi 61,88 gr/kap/hari (menurun 1,15% per tahun). Protein hewani dari 11,58 menjadi 13,43 gr/kap/hari (meningkat 3,84% per tahun). Rekomendasi WNPG VIII, 2004, Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk ketersediaan energi 2.200 kkal/kapita/hari dan protein 57 gram/kapita/hari.
13
2.
DISTRIBUSI
Selama 2000-2005 stabilitas harga bahan pangan penting (gabah, beras, jagung, kedelai, gula, minyak goreng, kacang tanah) semakin baik, kecuali cabe merah, cabe keriting, daging ayam ras dan telur ayam ras yang lebih berfluktuasi.
14
Perkembangan Harga Pangan Pokok dan Strategis di Jawa dan Bali (2000-2005)
Harga Rata-rata (Rp/kg) Komoditas Gabah (GKP) tk. Petani Beras IR (medium) Jagung Kedelai Gula Pasir Minyak Goreng Cabe Merah Biasa Cabe Merah Keriting Bawang Merah Kacang Tanah Daging Sapi (murni) Daging Ayam (ras) Telur Ayam (ras) 2003 2004 2005
1.223
2.764 2.175 3.418 4.344 4.907 5.727 5.749 6.388 7.348 34.383 11.299 6.451
1.226
2.678 2.243 n.a. 4.233 5.308 7.856 8.644 5.967 7.238 34.344 12.324 7.152
1.519
3.131 2.353 4.861 5.523 4.896 9.008 10.087 7.667 8.062 39.712 13.244 7.608
2,89
3,49 0,03 0,02 8,41 5,74 33,46 36,31 20,23 3,37 1,28 5,91 5,69
4,73
1,36 0,08 n.a. 2,91 5,37 38,06 37,72 9,96 4,54 2,29 11,50 7,71
10.69
9,40 4,59 3,60 6,23 5,97 51,44 51.95 7,77 3,75 5,68 4,92 5,97
15
4.000
3.000
2.000
1.000
Mar-04
Mar-05
Sep-04
Nop-04
Sep-05
Nop-05
Mar-06
Mei-04
Jan-04
Jan-05
Mei-05
Jan-06
Jul-04
Jul-05
16
3.
Kondisi Makro :
o
Energi meningkat dari 1.851 menjadi 1.997 kkal/kap/hari. Protein meningkat dari 48,67 menjadi 55,27 gr/kap/hari
17
Rekomendasi WNPG VIII 2004, Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk konsumsi energi 2.000 kkal/kapita/hari dan protein 52 gram/kapita/hari.
Secara Nasional kualitas konsumsi membaik dengan skor PPH dari 66,3 (1999) menjadi 78,2 (2005).
18
Kondisi Mikro :
Penduduk miskin naik dari 38,4 juta (18,1%) tahun 2002 menjadi 41,12 juta (18,76 %) tahun 2005
Jumlah pengangguran bertambah dari 9,13 juta (2002) menjadi 910,85 juta jiwa (2005).
19
Ketahanan pangan 20002004 di tingkat rumah tangga pada sebagian masyarakat masih lemah
KONDISI KETAHANAN PANGAN DI 100 KABUPATEN RENTAN TERJADI KERAWANAN PANGAN: 23 propinsi dari 30 propinsi yang dianalisis FIA memiliki minimal satu kabupaten rawan pangan
20
21
Lanjutan ..
c)
d)
Berkurangnya jumlah penduduk yang rawan pangan kronis, yang mengkonsumsi kurang dari 80% AKG menjadi 1 persen, Tertanganinya secara cepat penduduk yang mengalami rawan pangan transien di daerah karena bencana alam dan bencana sosial serta
22
Lanjutan
Makro/Nasional : a) Pemantapan swasembada beras berkelanjutan; swasembada jagung pada 2007; swasembada kedele pada 2015; swasembada gula pada 2009 dan swasembada daging sapi pada 2010 ; serta membatasi impor pangan utama di bawah 10 persen dari kebutuhan pangan nasional, b) Peningkatnya land-man rasio melalui penetapan lahan abadi beririgasi minimal 15 juta Ha, dan lahan kering minimal 15 juta Ha,
23
Lanjutan
c)
d)
e)
Meningkatnya kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat, Meningkatnya jangkauan jaringan distribusi dan pemasaran pangan yang berkeadilan ke seluruh daerah bagi produsen dan konsumen, serta Meningkatnya kemampuan pemerintah dalam mengenali, mengantisipasi dan menangani secara dini serta dalam melakukan tanggap darurat terhadap masalah kerawanan pangan dan gizi.
24
APA UPAYA-UPAYA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN? 1. Menghapuskan penyebab rawan pangan sesuai sumber masalahnya
Masalah Kesehatan
Pelayanman Kesehatan
- Angka harapan hidup yang masih rendah - Angka kematian bayi masih tinggi
Masalah Ketersediaan
Meningkatkan status gizi dan kesehatan rumah tangga, ibu hamil, dan bayi Meningkatkan pelayanan puskesmas dan posyandu
Pangan
Meningkatkan kapasitas produksi pangan kabupaten Menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha Membangun infrastruktur dasar (jalan, pasar, listrik, air bersih)
Masalah Kemiskinan - Banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan Masalah Sarana - Ketiadaan akses jalan - Ketiadaan akses listrik - Ketiadaan akses ke air bersih - Akses penduduk ke puskesmas cukup jauh
25
Telah ditetapkan Kebijakan Umum Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2009 pada bulan Maret 2006 Juga merupakan tindak lanjut Pencanangan RPPK
3. Tanggal 18 Okt 2006 telah dilaksanakan rapat DKP, Presdien memberikan arahan: 1. Melaksanakan KUKP secara sungguh-sungguh 2. DKP berkordinasi dengan para Gubernur untuk menetapkan sasaran produksi 3. Melakukan revitalisasi DKP Propinsi dan kab/kota 4. Mengembangkan lumbung-lumbung pangan, termasuk mengembangkan sentra-sentra pangan baru 5. Melaksanakan peningkatan ketahanan pangan ecara terpadu 6. Memprioritaskan penanganan masyarakat di daerah rawan pangan dan gizi 7. Melaksanakan pengelolaan ketersediaan, distribusi dan konsumsi 8. Meneruskan peningkatan ketahanan pangan, termasuk diversifikasi pangan 9. Mendayagunakan lahan terlantar.
26
STRATEGI?
Melalui jalur ganda (twin-track strategy) yaitu :
1.
2.
Membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaaan untuk menyediakan lapangan kerja dan pendapatan Memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan melalui pemberian bantuan langsung agar tidak semakin terpuruk serta pemberdayaan agar mereka semakin mampu mewujudkan ketahanan pangannya secara mandiri dengan melibatkan partisipasi dan peran aktif seluruh stakeholders.
27
Kebijakan?
1. Menjamin ketersediaan pangan
Pengembangan lahan abadi 15 juta ha beririgasi dan 15 juta ha lahan kering Pengembangan konservasi dan rahabilitasi lahan Pelestarian sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai Pengembangan dan penyediaan benih, bibit unggul dan alsintan Pengaturan pasokan gas untuk produksi pupuk Pengembangan Skim permodalan yang kondusif bagi petani dan nelayan
28
Peningkatan produktivitas melalui perbaikan Genetis dan teknologi tepat budidaya Peningkatan efisiensi penanganan pasca panen dan pengolahan Penyediaan insentif investasi di bidang pangan Penguatan penyuluh, kelembagaan petani/nelayan dan kemitraan
29
Pengembangan Reforma agraria Penyusunan tata ruang daerah dan wilayah Perbaikan administrasi pertanahan dan sertifikasi lahan Penerapan sistem perpajakan progresif bagi pelaku konversi lahan pertanian subur dan pembiaran lahan pertanian terlantar Pengembangan cadangan pangan pemerintah Pengembangan lumbung pangan masyarakat
30
4.
Pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana distribusi Penghapusan retribusi produk pertanian dan perikanan Pemberian subsidi transportasi bagi daerah sangat rawan dan daerah terpencil Pengawasan sistem persaingan perdagangan yang tidak sehat
31
6.
Pemantauan harga pangan pokok secara berkala Pengelolaan pasokan pangan dan cadangan penyangga untuk stabilitasi harga
Pemberdayaan masyarakat miskin dan rawan pangan Peningkatan efektifitas program raskin Penguatan lembaga pengelolaan pangan dipedesaaan
32
7. Melaksanakan Diversifikasi Pangan Meningkatkan diversifikasi konsumsi pangan dan gizi seimbang Pengembangan teknologi pangan Diversifikasi usaha tani dan pengembangan pangan lokal 8. Meningkatkan Mutu dan Keamanan Pangan Pengembangan dan penerapan sistem mutu pada proses produksi, olahan dan perdagangan pangan Meningkatkan kesadaran mutu dan keamanan pangan pada konsumen Pencegahan dini dan penegakan hukum terhadap pelanggaran aturan mutu dan keamanan pangan
33
Pengembangan isyarat dini dan penanggulangan keadaan rawan pangan dan gizi (SKPG) Peningkatan keluarga sadar gizi Pemanfaatan lahan pekarangan untuk peningkatan gizi keluarga Pemanfaatan cadangan pangan pemerintah untuk penanggulangan keadaan rawan pangan dan gizi
34
Kebijakan fiskal yang memberikan insentif bagi usaha pertanian Alokasi APBN dan APBD yang memadai untuk pengembangan sektor pertanian dan pangan Kebijakan perdagangan yang memberikan proteksi dan promosi bagi produk pertanian strategis
35
Padi/beras: Mempertahankan swasembada berkelanjutan. Jagung: Menuju swasembada tahun 2007 dan daya saing ekspor tahun 2008 dan seterusnya. Kedelai: Akselerasi peningkatan produksi untuk mengurangi ketergantungan impor (2010 rasio produksi terhadap kebutuhan 65%, swasembada dicapai tahun 2015). Gula: Menuju swasembada berkelanjutan mulai tahun 2009. Daging sapi: Akselerasi peningkatan produksi untuk mengurangi ketergantungan impor dan pencapaian swasembada tahun 2010.
36
Kebijakan Eksternal:
Merumuskan Strategic Product (SP)/Special Safeguard Mechanism (SSM) untuk beberapa komoditi pangan strategis yaitu beras, jagung, kedele, gula. World Trade Organization (WTO) dapat menerima konsep tersebut, dan Indonesia menjadi leader kelompok G-33, untuk
Kebijakan Internal:
a)
b)
c)
Melakukan penyesuaian tarif bea masuk beras dari Rp 430 menjadi Rp 450/kg, jagung dari 0% menjadi 5%, kedele dari 0% menjadi 10%, dan gula dari Rp 700 menjadi Rp 790/kg, dan terakhir menjadi Rp 530/kg; Penerapan kebijakan non tariff barrier (tata niaga, karantina, kehalalan, dsb), termasuk pengaturan impor (beras) pada periode tertentu Pemberian insentif produksi lainnya (subsidi pupuk dan benih serta penetapan harga pembelian pemerintah/HPP).
37
Merupakan implementasi salah satu strategi dalam satrtegi jalur ganda membangun partisipasi stakeholders Merupakan struktur keperintahan yang berhubungan langsung dengan masyarakat program yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat Merupakan implementasi demokratisasi masyarakat implementasi semangat reformasi
39
Kemitraan Penanganan rawan pangan kerjasama Pondok Pesantren, LSM dan Pemerintah
LSM
LKM/LUEP
Simpangan Jaringan dgn kel masy Masyarakat mampu yang dermawan
Pegembangan kelembagaan LKM/LUEP Pengembangan potensi masy Pengembangan jaringan antar kel masy Pengembangan partisipasi masy
40
TERIMA KASIH
41