Pendahuluan
Banyak orang-orang normal yang sehat mempunyai mikroorganisme pada beberapa bagian tubuh lainnya, diperkirakan tubuh manusia normal merupakan pejamu dari kira-kira 150 jenis virus. Semuanya tidak menimbulkan penyakit. Keadaan hidup berdampingan yang tidak saling merugikan antara pejamu dan organisme disebut KOMENSALISME, dalam hal hal mikroorganisme mendapat keuntungan dengan merugikan pejamu disebut PARASITISME. Hubungan yang saling menguntungkan antara pejamu dan organisme disebut SIMBIOSIS.
Organisme serupa itu dapat berupa menjadi patogen oportunistik jika mekanisme pertahanan pejamu menurun.
2.
3. 4. 5.
6.
Kulit yang utuh dan selaput lendir merupakan barier fisik terhadap mikroorganisme Pengeringan permukaan kulit mengakibatkan terjadinya penumpukan mikroorganisme Permukaan selaput lendir menangkap bakteri dan rambut getar pada saluran napas bagian bawah menghalau mereka keluar (eskalator mukosilia) Aliran cairan (misalnya saliva, lakrimasi) akan menghalau mikroorganisme sedangkan dan refleks bersin juga mempunyai efek yang serupa. Keringat dan sekresi kelenjar sebaceamengandung zat-zat anti mikroba (misalnya asam laktat, asam urat) serta pH yang rendah (5,5) mempengaruhi daya hidup dari berbagai mikroorganisme. Sekresi selaput lendir juga mengandung faktor-faktor anti mikroba, misalnya lisozim laktoferin, alfa-1 anti tripsin dan IgA.
4. Bermacam-macam protein basah yang berasal dari sel-sel yang rusak pada respon peradangan misalnya protamin, histon, juga mempunyai daya antimikroba. 5. Laktoferin pada cairan sekresi mengikat zat besi dan menghilangkan sebagian nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri. Air susu manusia mengandung lipasa yang menghambat pertumbuhan beberapa protozoa patogen. Asam lambung juga bersifat mikrobisidal.
Fagositosis
1. Sel-sel fagosit, baik dari segi granulosit polimorf ( misalnya netrofil ) maupun dari seri monosit ( misalnya makrofag ) mempunyai peran sangat penting dalam usaha mengenyahkan mikroorganisme yang memasuki jaringan dan cairan tubuh. 2. Sistem mikrobisidal yang tergantung oksigen maupun yang tidak tergantung oksigen, akan membunuh dan mengancurkan mikroorganisme. 3. Netrofil akan melarutkan dan mengeluarkan sisa-sisa sel yang rusak di tempat terjadinya respon peradangan. 4. Makrofag sangat berperan dalam memacu terjadinya respon imun dengan memaparkan antigen mikroorganisme kepada limfosit-T penolong. 5. Makrofag membuat beraneka ragam zat perantara ( misalnya IL-1 ), faktor perangsang koloni dan prostaglandin yang mengatur respon imun.
Sistem Komplemen
1. Pengaktifan jalur klasik oleh kompleks antigenantibodi maupun jalur alternatif oleh polisakarida ( misalnya endotoksin bakteri atau dinding sel ragi ) merangsang pembuatan zat-zat kemotaktik terhadap fagosit dan faktor litik yang menghancurkan mikroorganisme. 2. Komponen komplemen dapat mengaktifkan daya kerja antimikroba dari fagosit dan mungkin juga merangsang pembuatan kinin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga faktorfaktor antimikroba dan sel-sel dapat berpindah ke tempat terjadinya infeksi.
INFEKSI
1. Perlekatan Syarat terjadinya infeksi pada permukaan selaput lendir ialah terjadinya perlekatan pada sel-sel epitel. Bakteri tertentu telah menyesuaikan diri untuk hal semacam ini. Contohnya Streptococcus pada gigi dan selaput lendir pipi. Mekanisme Perlekatan a. Tempat reseptor pada sel mungkin berupa karobohidrat. b. Beberapa bakteri memiliki molekul lesitin ( gula pengenal pada dinding selnya ). c. Rambut-rambut spertifimbria bakteri penolong . d. Banyak virus yang mempunyai komponen-komponen permukaan yang memungkinkan untuk melekat pada sel sasarannya. Misalnya virus HTLV 3 ( AIDS ) melekat pada antigen T4 dari limfosit-T penolong.
Stadium Efektor 1. Interferon yang dibuat oleh makrofag dan merangsang sel-sel perusak alamiah yang kemudian menyerang sel-sel yang terinfeksi virus dan menghalangi infeksi virus pada sel lain. 2. Sel-sel B dirangsang oleh limfokin ( faktor pertumbuhan sel B ) untuk memproduksi antibodi. 3. Antibodi membunuh mikroorganisme bersama komplemen opsonisasi fagositosis serta menyelubungi sel-sel terinfeksi virus sehingga selsel makrofag dan sel-sel perusak dapat menghancurkan sel-sel terinfeksi virus ( IgG, IgM ). IgA menghalangi perlekatan mikroorganisme terhadap permukaan selaput lendir dan IgE menarik sel-sel radang.
Dewasa ini terdapat banyak alasan untuk menopang pandangan yang kabur ini :
1. AIDS merupakan pandemik di seluruh dunia
2. Diperkirakan virus AIDS ( HIV ) kemungkinan telah menyerang lebih dari sepuluh juta pria dan wanita di seluruh dunia. 3. Individu-individu yang terserang HIV dapat menularkan virus ini kepada pasangan seksnya (semen, cairan vagina), penularan melalui darah (jarum yang terkontaminasi, transfusi), atau melalui kelahiran (dari seorang ibu yang terkena infeksi)
4.
Orang-orang yang terinfeksi HIV sering tidak menunjukkan gejala-gejala untuk jangka waktu lama dan tidak menyadari diri sebagai yang terinfeksi atau sebagai si pembawa virus / carrier Sebagian besar individu dengan HIV positif terinfeksi seumur hidup, dapat berkembang menjadi AIDS. Masa inkubasi dapat berlangsung beberapa tahun, pengalaman terdahulu menunjukkan waktu kira-kira lebih dari 8 tahun. Infeksi HIV merupakan suatu penyakit yang melanjut secara berbeda. Beberapa dimulai dengan penyakit Retrovirus yang Self Limiting, pada yang lain terjadi tahap tanpa gejala. Hal ini akan diikuti gejala-gejala yang amat bervariasi (AIDS Related Complex, ARC) Mutasi gen virus, yang mendorong terjadinya variasi komposisi protein, sering terjadi pada Retrovirus. Angka mutasi tampaknya lebih besar dari pada virus lain yang menyerang umat manusia.
5.
6.
7.
Sampai sekarang semua yang mempengaruhi resiko penularan dan infeksi tidak benar-benar jelas. Bila seseorang tertular HIV, infeksinya tergantung dari banyak faktor yang diketahui dan beberapa yang diduga termasuk hal-hal sebagai berikut : 1. Konsentrasi dari virus 2. Berapa kali penularannya 3. Stimulasi dan efektifitas antibodi penetral yang dimiliki individu tersebut 4. Banyaknya reseptor permukaan sel, seperti protein CD4 dan co-factors ( yang membantu virus ) pada individu seperti infeksi mikrobial lain yang membantu perkembangan perkembangbiakan HIV. 5. Pemakaian halusinogen juga mengandung resiko, mungkin berdasarkan pengaruh tingkah laku ( hubungan seks dan tidak memuaskannya penggunaan teknik-teknik pencegahan )
Genome ( gen ) virus dari inti DNA individu-individu yang terinfeksi ( oleh Viral Reverse Transcriptase ), akan memulai mengcopy diri. Aktivitas memperbanyak diri dari virus ini menyebabkan eksaserbasi dari infeksi
Dengan virus memperbanyak dirinya sendiri, semakin banyak sel dari host yang terinfeksi, terutama Herper-Inducer Lymphosit ( T4 ) di mana sebagian besar berupa reseptor-reseptor permukaan sel yang memungkinkan sel lain diserang dan menambah parahnya infeksi. Hal ini amat penting karena Herper-Inducer Lymphosit T4 merupakan kunci modulator dari sistem kekebalan
DEMOGRAFI
Tersebarnya individu-individu yang terinfeksi HIV di seluruh dunia berbeda-beda tergantung kapan virus mulai terdapat setempat, kebiasaan, adat kebiasaan, keadaan sosial ekonomi dan sistem-sistem yang dilaporkan. Pada beberapa negara Afrika angka infeksi HIV ruparupanya tertinggi. Jumlah kasus-kasus AIDS terbanyak dilaporkan terjadi di Amerika Serikat. Umumnya ditemukan pada kaum pria homoseks dan biseks, tetapi lambat laun pola ini berubah.
Pada negara-negara sedang berkembang AIDS umumnya terdapat pada wanita, mungkin karena : pelacuran, rendahnya penggunaan dengan jelas terdapat pada populasi heteroseks, terutama pada pecandu obat bius
Terdapat pengaruh etnis : kulit putih, kulit hitam dan Hispanic yang berhubungan dengan dasar-dasar sosial ekonomis dan pendidikan. Di Amerika Serikat kira-kira 60 persen penderita dewasa adalah kulit putih terutama antara usia 20 sampai 40 tahun,
Penyebab kematian biasanya karena infeksi oportunistik atau keganasan. Infeksi yang paling sering pada AIDS dan juga penyebab dari kematian ialah Pneumocystis Carinii pneumonia dan kegagalan pernapasan Yang bertahan hidup amat bervariasi, tergantung penyakit pada diagnosa, usia, suku bangsa, golongan yang beresiko, lamanya infeksi HIV, perawatan yang dapat diperoleh dan berbagai faktor biologis dari host yang tidak diketahui
Hampir semua penderita yang terinfeksi meninggal dalam waktu dua tahun setelah diagnosa AIDS
Terdapat beberapa korban yang tetap hidup selama beberapa tahun dengan kualitas hidup yang bervariasi. Beberapa faktor biologis tertentu seperti jumlah Lymphosit T4 yang menurun, bertambahnya P24 ( inti protein ) antigenemia, meningkatnya beta-2 mikroglobulin, tampaknya sebagai faktor-faktor yang bebas berperan dalam perkembangan AIDS maka hanya terdapat pada mereka yang bertahan hidup dan terbatas. Tidak diragukan lagi, faktor-faktor tingkah laku berperanan penting
Peranan dan keperluan untuk mengkombinasi pendidikan dengan pengertian berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Individu-individu yang terinfeksi HIV secara aktif berkonsultasi dan mengusahakan perawatan kesehatan mulut. 2. Berulang-ulang keluhan-keluhan dan penemuan-penemuan oral merupakan tanda-tanda pertama dan / atau gejala-gejala infeksi HIV atau bahkan AIDS.
3. Seringkali lesi-lesi oral yang menyertai infeksi HIV cukup mengganggu kesejahteraan, sehingga perlu dirawat. 4. Menetap atau timbul kembalinya penyakit-penyakit mulut menggambarkan resistensi terhadap pengobatan dan melanjutnya penyakit secara umum. 5. Kemungkinan penularan pada mereka yang berkontak dengan penderita, petugas-petugas dinas kesehatan dan para penderita telah menimbulkan kerisauan besar. 6. Etika dan petunjuk resmi dari yang berwenang dalam menanggulangi diskriminasi dan penyimpangan dalam hal kemungkinan memperoleh pelayanan. 7. Etika dan petunjuk resmi dari yang berwenang dalam menanggulangi diskriminasi dan penyimpangan dalam hal kemungkinan memperoleh pelayanan.
DIAGNOSA BANDING DARI MANIFESTASI ORAL Lesi-lesi oral berperanan penting sebagai kepastian dari tanda dan / atau gejala pertama terserang HIV, perkembangan penyakit HIV, atau penyebab disfungsi, rasa sakit dan penampilan yang tidak dapat diterima. Karena itu, mengenali, mendiagnosa dan menanggulangi penyakit mulut yang menyertai AIDS merupakan komponen yang amat penting pada pendidikan, perawatan dan riset dari epidemi AIDS.