Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009). Penyakit kronis Merupakan penyakit yang sudah berlangsung lama dan bisa menyebabkan kematian.
1. Progresif (bertambah parah) 2. Tetap (setelah kejadian menetap) 3. Kambuh (sering hilang timbul) Cacat tidak sama dengan penyakit kronis Ex amputasi karena kecelakaan
DAMPAK PENYAKIT
Fisik
Psikologis
Sosial
Spiritual
Ekonomi
PREVALENSI >29%
>22% >30% >31% >27% >33% >44% >46% 10%
WHO, 2003
Populasi umum
42 dari 62 pasien kanker yang dirawat mengalami depresi (Bukberg dkk, 1984) 20 50% pasien penyakit kronis mengalami depresi (Valcarolis & halter, 2010) 40 90% pasien kanker yang depresi tidak mendapatkan perawatan depresinya (John, 2010)
Dampak
Penyakit kronis kehilangan dan perubahan banyak dan beratnya Dipengaruhi kemampuan pasien dan keluarga untuk mencapai : 1.Fungsi yang optimal 2.Melanjutkan / menikmati hidup
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah : Dampak psikologis Dampak somatik
DAMPAK PSIKOLOGIS
dimanifestasikan dalam perilaku, yaitu : 1) Klien menjadi pasif 2) Tergantung 3) Kekanak-kanakan 4) Merasa tidak nyaman 5) Bingung 6) Merasa menderita perubahan
DAMPAK SOMATIK
dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan penyakitnya. Dampak terhadap gangguan seksual Dampak gangguan aktivitas
Proses keperawatan
Kaji Kemampuan dan kebutuhan Sosial Pengaturan kehidupan Peran keluarga Dukungan sosial Budaya dan kelompok sosial Pendidikan Kegiatan Vokasional
Diagnosa keperawatan
NO 1
DIAGNOSA MEDIK
ANSIETAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas 2. Gangguan citra tubuh 3. Harga diri rendah Situasional
DEPRESI
1. Ketidakberdayaan 2. keputusaan
Tindakan keperawatan : 1. Menerima perasaan pasien 2. Membantu menghadapi kehilangan 3. Mendorong ekspresi perasaan 4. Membantu mencari alternatif pemecahan masalah 5. Klarifikasi situasi : harapan yang realistis 6. Meningkatkan harga diri
Tindakan pada keluarga Biasanya klien datang sendiri : masalah akut yang ringan hal yang rutin sampai keterbatasan diri sendiri Pertemuan keluarga mulai diperlukan 1.Terapi untuk kegagalan atau sakit yang berulang 2.Pencegahan yang rutin atau pendidikan kesehatan
Ny. FE, 57 tahun dirawat diruang penyakit dalam RS sumber Urip, dengan kadar gula darah 245 mg %, sering kencing dan cepat lapar, mengeluh sering pusing, pandangan kabur sulit tidur dan sering terbangun, kadang menangis saat malam, mudah lupa dan sulit konsentrasi. Pada tungkai kanan bawah ada luka gangrene dengan diameter luas luka 5 cm, luka mengeluarkan pus, berbau dan jaringan sekitar luka kehitaman. Hasil pemeriksaan tanda vital: tekanan darah 140/80mmHg, Nadi 76x/menit, Suhu tubuh 37O.C, pernafasan 24x/menit. Ini merupakan perawatan klien yang ke 4 kalinya di Rumah Sakit, yang pertama pada 4 tahun yang lalu dengan alasan pingsan dikantor dan ternyata klien mengalami hipoglikemi. Dapat program terapi dari dokter. Klien mengatakan malu ikut dalam kegiatan di lingkungan rumah karena luka yang berbau, sering tidak menghadiri acara keluarga, menyatakan gagal sebagai istri dan ibu karena menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Mengungkapkan keadaan sedih dengan ketidakmampuannya kadang dengan nada suara tinggi namun dengan air mata berlinang dan sering menyatakan bahwa Tuhan memberikan cobaan yang sangat berat. Menurut suaminya seringkali klien menolak untuk mematuhi program dietnya dan menyatakan bahwasannya ia tidak sakit. Sejak sakit kegiatan di rumah sudah banyak dilakukan oleh dua anak perempuannya yang sudah kuliah.