1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama: Andini Wulandari Irra Wiryani Citra Hafilah S Naelul Dina Avera Beningtyas KB Wafi Nubli izazi
Tujuan Presentasi
1. Mahasiswa mengerti penyebab gagal jantung 2. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami hubungan hipertensi dengan gagal jantung 3. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami asuhan keperawatan yang sesuai pada pasien gagal jantung.
preload
Preload
kontraktilitas
Jantung normal
kontraktilitas
afterload
Kelainan otot jantung arterosklerosis Factor sistemik Peradangan dan penyakit miokardium hipertensi Obat-obatan
afterload
Gagal Jantung
gagal jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer,2001) ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung (Kabo & Karim, 2002) ketidak mampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat (smeltzer & bare, 2001) J antung tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolism jaringan (Anderson, 2006)
Aritma
Alcohol
Terdapat 3 faktor yang jika salah satunya tidak terpenuhi dapat menyebabkan berkurangnya curah jantung, yaitu : (Smeltzer & Bare, 2002)
Preload
Kontraktilitas
After Load
Respon tubuh
Gagal Jantung
PEMBAHASAN KASUS
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas. Keluhan tersebut dirasakan sejak 6 hari yang lalu dan timbul saat malam hari saat pasien tidur dengan posisi terlentang dan saat beraktivitas ringan. Pasien dengan riwayat hipertensi 7 tahun yang lalu dengan pengobatan yang tidak teratur. Pemeriksaan fisik: TD 160/100 mmHg, N 110x/menit, RR: 28, tempak adanya retraksi dada, kesadaran compos mentis, tekanan vena jugularis 5+3 cm H2O dan ditemukan adanya udem tungkai. Hasil auskultasi didapatkan ronchi di kedua basal paru, BJ I dan II, irama irreguler dan murmur. Pasien seorang sopir agkot, istrinya adalah seorang ibu rumah tangga denga 2 orang putri dan satu orang putra, 11, 7 dan 3 tahun. Pasien berasal dari suku sumatra. Berdasarkan hasil pemerikasaan X-ray dada didapatkan CTR 70 % dengan kongesti pulmonal. Pada pemeriksaan echocardiografi didapatkan ejeksi fraksi 45 %. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Natrium 140 mmol/L, Clorida 100 mmol/L, magnesium 2,4 mmol/L dan Calsium 4 liter/menit dan diberikan obat captopril 3 x 6,25 mg, lasix 2 X 1 amp dan pembatasan cairan.
Sopir Angkot
Suku Sumatera
Stress
Hipertensi
Makanan Bersantan
Hipertensi
Kesulitan bernafas
Suara ronchi
Lanjt...
Pasien mengeluh sesak napas sejak 5 hari lalu, timbul saat malam hari saat pasien tidur dengan posisi terlentang dan saat beraktivitas ringan.
Menandai
Orthopnoea
Lanjt....
Pada pemeriksaan echocardiografi didapatkan ejeksi fraksi 45% dengan mitral regurgitasi moderate dan aorta insufisiensi.
Ejeksi fraksi menunjukkan disfungsi ventrikel kiri ringan-sedang. Mitral regurgitasi: Ventrikel kiri mengejeksikan darah secara antegrade ke aorta dan retrograde (mundur) ke atrium kiri. Dapat dilakukan mitral valve repair atau mitral valve replacement.
Lanjt...
Berdasarkan pemeriksaan x-ray dada, didapatkan CTR 70% dengan kongesti pulmonar. Klien diberikan oksigen melalui nasal kanula 3 liter/ menit.
Nasal kanul merupakan cara pemberian oksigen aliran rendah, yang diberikan sebanyak 2-6 L/ menit atau 24-44% oksigen. Oksigen yang diberikan melalui nasal kanula 3 L/ menit sebanyak 3x4%+20= 32% oksigen. Diberikan untuk mengurangi sesak napas dan membantu sistem pernapasan yang menurun akibat kongesti pulmonar.
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama Usia Status Jenis kelamin Pekerjaan Asal suku :: 55 tahun : Menikah dan punya anak : Laki laki : Sopir angkot : Sumatra
B. Riwayat kesehatan
Nafas sesak saat alam hari saat tidur dengan posisi telentang, dan pada saat beraktivitas berat , 6 hari yang lalu.
Riwayat Hipertensi 7 tahun yang lalu dengan pengobatan tidak teratur .
C. Pemeriksaan TTV
D. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : compos mentis, Palpasi : retraksi dinding dada Perkusi : adanya edema tngkai Auskultasi : ronchi di kedua basal paru, BJ Idan II, irama ireguler dan murmur.
E. Pemeriksaan Dada X ray : CTR 70% kongesti pulmonal Echocardiografi : ejeksi fraksi 45 % G. Saat ini Terpasang : Nasal kanul 4L/menit Diberiakn obat : Cap topril 3x 6, 25 ma, Lasix 2 x 1 amp dan pembatasan cairan.
F. Pemeriksaan AGD Na : 140 mmol /L Cl : 100 mmol /L Mg : 2,4 mmol /L Ca : 1,9 mmol/ L
Apakah Bapak sering merokok ? Apakah Bapak sering mengonsumsi obat-obatan atau alkohol? Apakah Bapak sering mengonsumsi makanan-makanan yang pedas dan bersantan? Apakah Bapak sering mengnsumsi daging?
a.
Pengkajian
P : Kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas ringan sampai berat sesuai derajat gangguan pada jantung. Q : Seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah setiap bernafas klien merasakan sesak naf as ( dengan menggunakan otot bantu nafas/ alat bantu nafas). R : Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau memengaruhi keseluruhan sistem otot rangka. Apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan. S : Kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ. T : Sifat mulai timbulnya keluhan kelemahan beraktivitas biasanya timbul perlahan. Lama timbulnya kelemahan saat beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat istirahat maupun saat beraktivitas.
b. Mengkaji riwayat penyakit terdahulu Apakah mempunyai penyakit hipertensi sebelumnya? Apakah mempunyai penyakit diabetes melitus sebelumya? Apakah klien sering menderita nyeri dada sebelumnya? c. Mengkaji riwayat penyakit keluarga Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami hipertensi sebelumnya? Apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit diabetes melitus sebelumnya?
PEMERIKSAAN UMUM Pemeriksaan Fisik a. Pernapasan : Auskultasi adanya wheezing dan krekel pada paru-paru. Selainitu juga hitung frekuensi dan dalamya pernafasan. Kaji juga adanya Dispnea Noktural Paroksimal (DNP) adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat terbangun tengah malam dan mengalami nafas pendek. Dispnea nokturnal paroksimal diperkirakan disebabkan oleh perpindahan cairan dari jaringan ke dalam kompartemen intravaskuler sebagai akibat dari posisi telentang. Pada siang hari, saat klien melakukan aktivitas, tekanan hidrostatik vena meningkat, khususnya pada bagian bawah tubuh karena adanya gravitasi, peningkatan volume cairan, dan peningkatan tonus simpatetik. Dengan peningkatan tekanan hidroststik ini sejumlah cairan keluar masuk ke area jaringan secara normal dan cairan diserap kembali ke dalam sirkulasi akan memberikan jumlah tambahan darah yang dalirkan ke jantung untuk dipompa tiap menit (peningkatan beban awal) dan memberikan beban tambahan pada dasar vaskular pulmonal yang telah mengalami kongesti.
b. Jantung : Auskultasi adanya bunyi jantung yaitu S3 dan S4. Hal itu menunjukan adanya kegagalan jantung dalam memompa darah. Selain itu Catat pula adanya frekuensi dan irama yang ditimbulkan jantung. Bunyi jantung normal sebenarnya hanya ada S1 dan S2. Namun adanya bunyi Gallop yaitu bunyi jantung S3 dan S4 terjadi bila pengisian darah ke ventrikel terhambat selama diastolik, maka akan terjadi getaran sementara pada saat diastolik, serupa dengan bunyi jantung pertama dan kedua meskipun lebih halus. Sehingga bunyi jantung menjadi triplet dan menimbulkan efek akustik seperti gallop kuda. Bunyi ini dapat terjadi pada awal diastolik, selam fase pengisisn cepat siklus jantung atau pada akhir kontraksi atrium. Sedangkan S4 terdengar pada saat kontraksi atrium. S4 sering terdengar bila ventrikel membesar / hipertrovi sehingga ada tekanan pengisian karena hipertensi. Adanya suara murmur. Terjadi akibat adanya turbulensi aliran darah. Penyebab turbulensi dapat karena penyempitan kritis katup. Katup yang tidak berfungsi baik, yang menyebabkan regurgitasi aliran darah ; defek kongenital dinding ventrikel atau defek antara aorta dan arteri pulmonalis; atau peningkatan aliran darah melalui struktur yang normal.
c. Perifer : Kaji adanya edema dibagian tubu. Periksalah dengan menggunakan perkusi, kaki dan tungkai bawah apabila pasien duduk tegak. Namun, jika pasien berbaring ataupun telentang kaji sakrum dan punggung, serta jari dan tangan untuk melihat adanya edema, karena penyakit jantugang biasanya juga dibarengi dengan penyakit vaskuler perifer. Maka pada semua pasien jantung penting sekali dikaji sirkulasi perifer dan aliran balik vena. d. Hati : Amati adanya hepatojugular refluks (HJR). Minta pasien untuk bernafas secara normal saat dilakukan penekanan pada hati selama 30- 60 detik. Bila distensi vena leher meningkat lebih dari 1 cm, maka tes ini positif menunjukan adanya peningkatan vena.. e. Distensi Vena Jug, dan disritmaular : Kaji JVD, lakukan dengan mengangkat pasien dengan sudut sampai 45. Jarak antara sudut Louis dan tingginya distensi vena jugular ditentukan. ( Sudut Louis adalah hubungan antara korpus sternum dengan manubrium ). Jarak yang lebih dari 3cm dikatakan tidak normal atau disebut hepatojugular refluks.
Pengkajian diagnostik Hitung sel darah lengkap : anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera. Hitung sel darah putih : Leukositas ( endokarditis dan miokarditis ) atau keadaan infeksi lain. Analisa gas darah (AGD ) : menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa baik metabolik maupun respiratorik. Fraksi lemak :Peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, Low density Lippoprotein merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan. Kolesterol serum total 200mg/ml.Nilai kolesterol total relativ tetap stabil sampai 24 jam, namun pengukuran profil lemak total harus dilakukan setalah puasa 24 jam. Stress berkepanjangan dapat meningkatkan kolesterol total.
Serum ketokolamin : pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal. Sediemntasi : meningkat adanya inflamasi akut. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi hati atau ginjal. Tiroid : menilai peningkatan aktivitas tiroid. Echocardiogram : menilai stenosis/inkompetisi, pembesaran ruang jantung, hipertrofi ventrikel. Scan jantung : menilai underperfusion otot jantung yang menunjang penurunan kemampuan kontraksi. Rontgen toraks : untuk menilai pembesaran jantung ( Cardio Thorax Ratio/CTR). Bertujuan untuk menentukan ukuran, kontur, dan posisi jantung. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya perubahan fisiologis sirkulasi pulmonal. Pemeriksaan mampu menguatkan adanya komplikasi gagal jantung. Keteterisasi jantung : menilai fraksi ejeksi ventrikel. EKG : menilai hipertrofi atrium /ventrikel, iskhmia,infark, dan disritma.
Diagnosis
1.
Diagnosa: Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan frekuensi dan irama jantung, gangguan preload, dan gangguan kontraktilitas. Definisi: ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Ditandai oleh: takikardi (nadi: 110 x/menit), edema ekstremitas, distensi vena jugularis, murmur, irama ireguler, ortopnea atau dispnea nokturnal paroksimal, penurunan fraksi ejeksi (45 %), peningkatan tekanan darah ( 160/100 mmHg). Tujuan: dalam ...x 24 jam Penurunan curah jantung dapat teratasi. Tanda vital dalam rentang normal. (nadi, respiratory rate 12-20 kali/menit, tekanan darah120/80 mmHg, suhu < 37) Irama jantung normal. Kriteria hasil: Klien melaporkan penurunan episode dispnea Berperan dalam aktivitas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang). Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg, dan nadi 80 x /menit). Denyut jantung dan irama jantung teratur.
Intervensi:
Kaji dan lapor tanda penurunan curah jantung Periksa keadaan dengan mengauskultasi nadi; kaji frekuensi, irama jantung. Rasional: Biasanya terjadi takikardi meskipun pada saat istirahat untuk mengompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel. Catat bunyi jantung. Rasional: S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah yang mengalir ke dalam serambi yang mengalami distensi, murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis mitral. Palpasi nadi perifer Pantau adanya output urine, catat jumlah dan kepekatan /konsentrasi urine. Rasional: Ginjal berespons terhadap penurunan curah jantung dengan mengabsorbsi natrium dan cairan. Output urine biasanya menurun selama tiga hari karena perpindahan cairan ke jaringan, tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila klien tidur. Istirahatkan klien dengan tirah baring optimal. Rasional: Untuk menurunkan seluruh kebutuhan kerja pada jantung, dan menurunkan volume intravaskuler melalui induksi durasis berbaring. Atur posisi tirah baring yang ideal. Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20 sampai 30 cm (8-10 inci) atau klien didudukan di kursi. Rasional: Posisi tersebut mengurangi kesulitan bernapas dan mengurangi jumlah darah kembali ke jantung yang dapat mengurangi kongesti paru. Kaji perubahan pada sensorik, contoh letargi, cemas, dan depresi. Rasional: Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral akibat sekunder dari penurunan curah jantung. Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan dengan tenang. Rasional: Stres menghasilkan vasokonstriksi, yang meningkatkan TD dan meningkatkan frekuensi/kerja jantung. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai dengan indikasi. Rasional: Melawan efek hipoksia/iskemia. Hindari posisi jongkok sewaktu melakukan BAB. Rasional: Dapat meningkatkan aliran balik vena dan resistensi arteri sistemis secara simultan menyebabkan kenaikan volume sekuncup dan tekanan arterial. Kolaborasi untuk pemberian diet jantung. Rasional: kerja dan ketegangan otot jantung minimal, serta status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan klien. Kolaborasi untuk pemberian obat: diuretik, flurosemid (lasix), aldaxton, vasodilator (nitrat, digoxin, catopril, lisinopril, enapril), morfin sulfat, sedatif, antikoagulan. Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai dengan indikasi, hindari cairan garam. Rasional: peningkatan tekanan ventrikel kiri; klien tidak dapat mentoleransi peningkatan cairan (preload). Pantau rangkaian EKG dan perubahan foto rontgen toraks.
2.
Diagnosa : Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti paru akibat sekunder dari perubahan membran kapiler alveoli. Definisi: kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida di membran kapiler-alveolar. Ditandai oleh: dispnea, ketidaknormalan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan, takikardi. Tujuan: dalam waktu.. x 24 jam tidak ada keluhan sesak napas atau terdapat penurunan respon sesak napas. Kriteria hasil: secara subjektif klien menyatakan penurunan sesak napas, secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal (RR 16-20 x/menit), tidak ada bantuan otot bantu napas, analisa gas darah dalam batas normal.
Intervensi: Berikan tambahan oksigen 4 liter/menit. Rasional: untuk meningkatkan konsentrasi oksigen dalam proses pertukaran gas. Pantau saturasi, pH, BE, HCO3 dengan analisa gas darah. Rasional: untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak adekuat atau tidaknya proses pertukaran gas. Koreksi keseimbangan asam basa. Rasional: mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi pernapasan. Kolaborasi: RL 500 cc/24 jam; digoxin. Rasional: meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat mengurangi timbulnya edema sehingga dapat mencegah gangguan pertukaran gas. Kolaborasi: Furosemid. Rasional: membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH.
3.
Diagnosa: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan cairan sistemis, perembesan cairan intertisial di sistemis akibat sekunder dari penurunan curah jantung, gagal jantung.
Definisi: peningkatan retensi cairan isotonik. Ditandai oleh: dispnea, suara napas tidak normal, perubahan elektrolit, perubahan tekanan darah, edema, distensi vena jugularis, ortopnea, kongesti paru. Tujuan: dalam waktu .. x 24 jam tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemis. Kriteria hasil: klien tidak sesak napas, edema ekstremitas berkurang, produksi urine > 600 ml/hari.
Intervensi:
Kaji adanya edema ekstremitas. Rasional: dugaan adanya gagal jantung kongestif/kelebihan volume cairan. Kaji tekanan darah. Rasional: sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan jumlah cairan yang dapat meningkatkan beban kerja jantung. Kaji distensi vena jugularis. Rasional: peningkatan cairan dapat membebani fungsi ventrikel kanan Ukur intake dan output cairan. Rasional: penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/ air, penurunan output urine. Timbang berat badan. Rasional: perubahan berat badan yang tiba-tiba menunjukkan gangguan keseimbangan cairan. Beri posisi yang membantu drainase ekstremitas, lakukan latihan gerak pasif. Rasional: meningkatkan aliran balik vena dan mengurangi timbulnya edema perifer. Kolaborasi: berikan diet tanpa garam. Rasional: natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung, serta meningkatkan kebutuhan miokardium. Berikan diuretik. Rasional: untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan risiko terjadinya edema paru. Pantau data laboratorium eleltrolit kalium. Rasional: hipokalemia dapat membatasi efektivitas terapi.
4.
Diagnosa: Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan akibat sekunder dari penurunan curah jantung.
Definisi: ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan. Ditandai oleh: ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas, frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas. Tujuan: dalam waktu .. x 24 jam terdapat respons perbaikan dengan meningkatnya kemampuan beraktivitas klien. Kriteria hasil: klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur, klien tidak mengalami sesak napas akibat sekunder dari beraktivitas.
Intervensi:
Catat frekuensi jantung, irama, perubahan TD, selama dan sesudah aktivitas. Rasional: respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen di miokardium. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat. Rasional: menurunkan kerja miokardium dan konsumsi oksigen. Anjurkan menghindari perilaku yang meningkatkan tekanan abdomen seperti mengejan saat defekasi. Rasional: mengejan dapat mengakibatkan kontraksi otot dan vasokonstriksi pembuluh darah yang dapat meningkatkan preload, tahanan vaskuler sistemis, dan beban jantung. Pertahankan klien tirah baring sementara. Rasional: mengurangi beban jantung. Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi. Rasional: mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan dengan aktivitas. Pertahankan penambahan oksigen sesuai program. Rasional: meningkatkan oksigenasi jaringan. Selama aktivitas, kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja napas, dan frekuensi napas serta keluhan subjektif. Rasional: melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung. Berikan diet sesuai program (pembatasan air dan natrium). Rasional: mencegah retensi cairan dan edema akibat penurunan kontraktilitas jantung. Rujuk ke program rehabilitasi jantung. Rasional: meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk kebutuhan jantung sekaligus mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan terjadinya iskemia.
5.
Diagnosa: Ketidakpatuhan program pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan, aturan penanganan, dan kontrol proses penyakit.
Ditandai oleh: memiliki riwayat hipertensi 7 tahun lalu dengan pengobatan yang tidak teratur. Tujuan: tidak meningkatnya tekanan darah dan klien memiliki pengetahuan tentang pengobatan dan cara mengontrol penyakit. Kriteria hasil: klien mampu menjelaskan faktor yang meningkatkan tekanan darah.
Intervensi:
Diskusikan dengan klien mengenai tekanan darah normal. Rasional: diharapkan dapat mempermudah menjelaskan penyakitnya. Diskusikan farmakokinetik dan farmakodinamik obat-obat hipertensi yang dimiliki klien. Rasional: pemahaman yang baik tentang fungsi setiap obat dapat membantu proses interaksi obat-obatan yang diminum. Jelaskan mengenai manfaat diet rendah garam, rendah lemak, dan cara mempertahankan berat yang ideal. Rasional: diet rendah garam untuk mengurangi retensi cairan, rendah lemak untuk mengurangi kolesterol, dan berat badan ideal untuk mengurangi beban kerja jantung. Diskusi dengan klien mengenai jenis makanan rendah garam dan rendah lemak. Rasional: diharapkan agar klien dapat mengurangi konsumsi makanan tersebut untuk mengurangi risiko kambuh. Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kambuh seperti rokok, konsumsi garam yang berlebihan, dan stres. Rasional: agar klien dapat menghindari faktor yang meningkatkan risiko kambuh dan keluarga dapat memberikan lingkungan yang mendukung penyembuhan. Berikan dukungan pada klien dan keluarga tentang pentingnya program pemeliharaan tekanan darah. Rasional: dukungan yang baik akan meningkatkan kemauan klien dan keluarga untuk mendukung pemeliharaan tekanan darah. Jelaskan kepada klien bila berat badan meningkat, dan terdapat edema ekstremitas agar segera memeriksakan diri. Rasional: berat badan meningkat, merupakan indikasi yang memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah kembali. Menyarankan kepada keluarga agar memanfaatkan sarana kesehatan di masyarakat. Rasional: untuk mempermudah klien dalam memonitor status kesehatannya. Setelah meminum obat amtihipertensi maka pantau tanda vital terutama tekanan darah dan denyut nadi. Rasional: efektivitas terapi obat ditentukan dengan terpeliharanya tekanan darah dan denyut nadi.
Implementasi Keperawatan
Oksigenasi Memperbaiki kegiatan dan istirahat Ambulasi
Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap perencanaan. Untuk mengevaluasi secara objektif, evaluasi yang dapat dilakukan dengan pendekatan SOAPIER (subjektif, objektif, analisis, planning, implementation, evaluasi, pengkajian dan perencanaan kembali)
Transplantasi Jantung Op. Katup Jantung Revaskularisasi Koroner Reduksi Ventrikel Kiri
Prosedur Invasif
Operasi Jantung
Biventricular pacemakers
Pemasangan Alat-Alat
Kardiomioplasti
Transplantasi Jantung
Indikasi Gagal jantung berat tetapi tanpa kerusakan akhir organ atau pada klasifikasi gagal jantung New York Heart Association (NYHA) berada di kelas IV Terapi medis penuh Syok kardiogenik Kontraindikasi Penyalahguna obat dan alkohol Penyakit mental yang tidak terkontrol Kanker lima tahun lalu Penyakit sistematik yang melibatkan banyak organ Infeksi yang tidak terkontrol Gagal ginjal berat Resistensi pembuluh darah pulmonar yang tinggi Tromboemboli
Kelas II
Sedikit keluhan dalam melakukan aktivitas fisik Tidak ada keluhan pada waktu istirahat Kegiatan fisik yang biasa menimbulkan sesak napas, lelah, dan palpitasi
Kelas III
Tidak ada keluhan pada waktu istirahat Aktivitas fisik yang lebih ringan dari biasa menimbulkan sesak napas dan lelah
Kelas IV
Sesak napas pada waktu istirahat Aktivitas sedikit saja memperberat keluhan
Terapi Oksigen
Pada penanganan awal pasien dengan gagal jantung akut, perfusi oksigen harus adekuat (saturasi oksigen > 95%). Pada gagal jantung akut, jika pasien memiliki edema pulmonar, pasien mungkin hipoksia karena kongesti paru. Pada kondisi ini, oksigen dapat membantu.
Echocardiogram
Definisi: gambaran ultrasound jantung Fungsi: menyediakan detil fungsi dan struktur jantung, membedakan gagal jantung sistolik dgn diastolik, mencari penyebab gagal jantung. Transthoracic dan transoesophageal echocardiogram untuk melihat katup mitral. Pada echocardiogram, terdapat Left Ventricular Ejection Fraction (LVEF) untuk melihat perubahan fraksi ejeksi.
Ejeksi Fraksi
Definisi: persentasi darah yang meninggalkan ventrikel kiri menuju sirkulasi.
Pembatasan cairan
Dilakukan untuk mengurangi edema pada tungkai.
Diuretik
Penurunan beban kerja jantung Pengontrolan kelebihan cairan Menekan preload dan aftreload
Inotropik
Peningkatan kontraktilitas miokardial
ACE Inhibitor
Vasodilator
Vasodilator
Inotropik
Obat-obat inotropik positif meningkatkan kontraksi otot jantung dan meningkatkan curah jantung. Obat ini bekerja dengan mekanisme yang berbeda pada tiap-tiap kasus kerja inotropik Meningkatkan konsentrasi kalsium sitoplasma yang memacu kontraksi otot jantung.
Digoksin obat yang penting dan juga sering digunakan (J,Neal Michael,2006)
Peningkatan konsentrasi Ca sitoplasma
Diuretik
Mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolik Menurunkan volume cairan ekstraseluler Mengurangi beban jantung
Tujuan
Efek
Hemodinamika
Efek sbg venodilator, menurunkan volume darah dan cairan interstisial dg cara meningkatkan NaCl dan air
Nursing Point
Sebaiknya diberikan pada pagi hari. Perhatikan intake/output, berat badan pasien,tekanan darah, kadar elektrolit dan edema.
Dapat meningkatkan kadar kalium sehingga kadar kalium harus diawasi dengan hati-hati
Bumetadine (Bumex)
Dapat mendilatasi venula, sehingga kapasitas vena meningkat dan mengurangi preload. Digunakan bagi pasien yang tidak berespon terhadap diuretik thiasida, mempunyai cara kerja yang sangat cepat
Indikasi
Penanganan edema yang berhubungan dengan gagal jantung koroner dan penyakit hati, Diberikan tunggal atau dalam kombinasi dengan antihipertensi pada penanganan hipertensi
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap furosemid atau komponen lain dalam sediaan atau sulfonil urea, anuria, pasien koma hepatik atau keadaaan penurunan elektrolit parah sampai keadaannya membaik Hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortitis kronik, hipotensi akut, vertigo, pusing, sakit kepala, demam, tidak bisa istirahat, dll
Efek Samping
Dosis
Bayi dan Anak : oral 1-6 mg/kg/dosis, Injeksi 16 mg/kg/dosis Dewasa : Oral Dosis awal 20-80 mg/dosis,dengan peningkatan 20-40 mg/dosis, Untuk hipertensi : 20-80 mg/hari Lanjut usia: Dosis awal : 20 mg/hari, Penyesuaian dosis pada gangguan ginjal
Vasodilator
Gangguan fungsi kontraktilitas jantung pada gagal jantung kongestif diperberat oleh peningkatan preload dan afterload
Captopril
ACE Inhibitor paling sesuai dan sering digunakan pada gagal jantung
karena
Sering dijumpai pada kasus gagal jantung
Efek samping
Hipotensi, akan semakin berat jika dibarengi dengan penggunaan diuretik. Untuk diawal dosis yang diberikan dengan sekecil mungkin yang kemudian dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan pasien Insufisiensi ginjal pada pasien stenosis ginjal bilateral yang disebabkan pengurangan angiotension II Kulit memerah, indra pengecap terganggu/hilang sama sekali, vertigo, sakit kepala, gejala saluran cerna, proteinemia dan batuk kering
Kontra Indikasi Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril atau penghambat ACE lainnya Wanita hamil atau yang berpotensi hamil Wanita menyusui Gagal ginjal Stenosis aorta Dosis Hipertensi ringan sedang : Dosis awal 12,5 mg, Dosis maksimum 50 mg, 2 kali sehari Hipertensi berat: Dosis awal 12,5 mg, ditingkatkan bertahap menjadi maksimum 50 mg Gagal jantung: Dosis awal 6,25 mg atau 12,5 mg , Dosis maksimum 150 mg Usia lanjut: Dianjurkan penggunaan dosis awal yang rendah Anak-anak: Dosis awal 0,3 mg/kg berat badan sampai maksimum 6 mg/kg berat badan
Kesimpulan
Gagal jantung merupakan suatu kondisi dimana jantung tidak mampu untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen dan nutrisi seluruh tubuh. Pada kondisi gagal jantung, curah jantung akan lebih rendah dari curah jantung normal. Curah jantung ditentukan oleh frekuensi jantung dan volume sekuncup. Volume sekuncup dipengaruhi oleh preload, kontraktilitas, dan afterload. Jika terdapat salah satu dari ketiga faktor yang terganggu, maka volume sekuncup akan berkurang dan curah jantung pun akan ikut berkurang. Efek yang terjadi pada paru-paru, membuat klien kesulitan bernapas yang ditandai oleh klien yang mengalami dispnea, ortopnea, dan sesak saat beraktivitas ringan. Tanda dan gejala lain dari gagal jantung kongestif yaitu murmur, dan edema ekstrimitas. Klien dengan gagal jantung dapat diberikan penatalaksanaan medis baik farmakologi maupun non farmakologi. Selain itu terdapat beberapa intervensi keperawatan yang dapat diberikan berdasarkan diagnosis keperawatan yang diberikan kepada klien.
Daftar Pustaka
Nicholson, C. (2007). Heart failure. England: John Wiley & Sons Ltd. Setianto, B., & Firdaus, I. (2011). Buku saku jantung dasar. Bogor: Ghalia Indonesia. Setiati, S., Bawazier, L. A., Kasjmir, D., Syam, A. F., & Gustaviani, R. (2000). Current treatment in internal medicine 2000. Jakarta: FK UI.
Baradero, Mary., Dayrit, Mary., Siswandi, Yakobus. (2005). Klien gangguan kardiovaskular: seri asuhan keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Herdman, Heather. (2009). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2009-2011. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Muttaqin, Arif. Editor: Nurachmach, Elly. (2009). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Wilkinson, Judith., Ahern, Nancy. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.