Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KORBAN BENCANA ALAM DAN BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH KLPK 7 : AINIL AZIZAH YON PRIMA YOGI SATRIA PUTRI JULFIKA RIA FITRIA ANDRITA DIEN HAMAMA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KORBAN BENCANA ALAM

PENGERTIAN
Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembanguan nasional yang memerlukan bantuan dan pertolongan

Bencana dibagi dalam 4 tingkatan :

Tingkat I : Korban < 50 orang Tingkat II : Korban 51 - 100 orang Tingkat III : Korban 101 - 300 orang Tingkat IV : Korban >300 orang

Triage
Suatu sistem seleksi penderita yang menjamin supaya tidak ada penderita yang tidak mendapat perawatan Klasifikasi korban menurut perlukaan yang diderita : Golongan I (Label Hijau) : Penderita tidak luka / menderita gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan tindakan bedah. Golongan II (Label Kuning) : Penderita dengan luka ringan dan memerlukan tindakan bedah minor Golongan III (Label Merah) : Penderita keadaan luka berat / syok. Golongan IV (Label Putih) : Penderita dengan luka berat tetapi sulit ditolon Golongan V (Label Hitam) : Penderita meninggal dunia

Disaster plan (Perencanaan Musibah)


RS daerah atau kota dapat memanfaatkan tenaga dan fasilitas yang ada secara efisien. Problem disaster plan:
Bencana datang secara tiba-tiba Jumlah korban lebih banyak dari pada petugas

Faktor penghambat disaster plan :


Anggapan bahwa bencana tidak akan terjadi disini Semoga tidak terjadi disini

Bantuan hidup Dasar / Basic Life Support


Tujuan BLS : Mencegah henti nafas dan henti jantung Membantu pernafasan dan atau sirkulasi dengan cara resusitasi jantung dan paru dengan langkah A.B.C Indikasi : Henti nafas
Penyebab : tenggelam, stroke, sumbatan benda asing, inhalasi asap, keracunan obat, syock listrik, tercekik, trauma, AMI, tersambar petir, coma.

Henti jantung

LANGKAH - LANGKAH BLS/BHD

A. Air Way Control (bebaskan jalan nafas) Posisi telentang Permukaan rata Buka jalan nafas dengan ekstensi kepala dengan mengangkat dagu (head tilt, chine lift manuver), kalau perlu mengangkat mandibula (jaw trust manuver) dan ketiganya dikenal dengan triple air way manuver. Bila ada muntahan bisa dibersihkan dengan cara manual.

B. Breathing Support ( bantuan nafas )


Menilai ada nafas/ tidak dengan cara : melihat, mendengar, dan merasakan. Bila bernafas dan tidak sadar posisikan penderita stabil lateral dan pelihara jalan nafas Bila tidak bernafas dan tidak sadar : mulai pernafasan buatan dengan meniup 2 kali secara lambat Bila nadi ada, lanjutan pernafasan buatan 10-12 x/ mnt tanpa kompresi dada Tindakan pada sumbatan jalan nafas : Manuver helmich (hentakan pada perut) Chest thrusts (hentakan dada): penderita gemuk, hamil, bayi < 1 thn Penyapuan dengan jari : hanya pada penderita tidak sadar

C. Circulation Support (bantuan sirkulasi )


Nilai adanya nadi besar, bila teraba lanjutkan nafas buatan 10 - 12 kali per menit kalau perlu , jika nadi tidak teraba lakukan kompresi jantung luar Kompresi pada bayi dan anak : 100x/mnt, lokasi 1/3 bawah sternum (1 jari dibawah garis antara kedua putting susu) dengan perbandingan 5:1
Neonatus: 2 jari (kedua jempol atau telujuk dan tangah dengan perbandingan 3:1 atau 5:1 RJP dg 1 penolong: perbandingan 15: 2 RJP dg 2 penolong , perbandingan 15 : 1

ASUHAN KEPERAWTAN DENGAN KASUS BUNUH DIRI

PENGERTIAN
Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998)

Etiologi

Penyebab perilaku bunuh diri dapat dikategorikan sebagai berikut : Faktor genetic Faktor kepribadian

Faktor psikologis Faktor ekonomi Gangguan mental dan kecanduan

3. Jenis Tentamen Suicide a. Ancaman Bunuh Diri b. Upaya bunuuh diri c. Bunuh diri

Prinsip-Prinsip Pengobatan
Kenali dan obati kondisi-kondisi psikiatrik dan medis Kembangkan ikatan terapeutik dengan klien Klien yang ingin bunuh diri biasanya bersikap ambivalen tentang kematian. Klien sering bingung dan memiliki fokus pikir yang sempit-hadapkan pada halhal realita Jangan mengecilkan keseriusan klien dalam usaha bunuh diri Jangan pernah setuju untuk merahasiakan rencana bunuh diri Bantulah klien melewati masa berduka dan kehilangan Jangan memberi alasan untuk membenarkan gejala-gejala yang dialami klien Potensi untuk bunuh diri dapat berubah dengan cepat. Gunakan sumber daya dari komunitas Jangan kehilangan kontak dengan klien. Pantaulah dengan teliti selama musim liburan di rumah Bersikap aktif, tetapi tetap menuntut klien bertanggung jawab atas hidupnya

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN - Wawancara - Pemeriksaan fisik - Catatan atau status pasien - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain - Pengkajian Primer meliputi

a. Airway Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Apakah klien dapat berbicara dan bernafas dengan mudah, nilai kemampuan klien untuk bernafas secara normal. Pada klien dengan kasus percobaan bunuh diri secara penenggelaman, mungkin akan ditemukan adanya timbunan cairan di paru-paru yang ditandai dengan muntah dan sesak nafas hebat.

b. Breathing Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa frekuensi pernafasan klien per menitnya. Penurunan oksigen yang tajam ( 10 liter/menit ) harus dilakukan suatu tindakan ventilasi. Analisa gas darah dan pulse oxymeter dapat membantu untuk mengetahui kualitas ventilasi dari penderita. Tanda hipoksia dan hiperkapnia bisa terjadi pada penderita dengan kegagalan ventilasi seperti pada klien dengan kasus percobaan bunuh diri yang dapat mengakibatkan asfiksia. Kegagalan oksigenasi harus dinilai dengan dilakukan observasi dan auskultasi ada leher dan dada melalui distensi vena.

c. Circulation Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji kemampuan venus return klien, lebih lanjut kaji output dan intake klien Penurunan kardiak out put dan tekanan darah, klien dengan syok hipovolemik biasanya akan menunjukan beberapa gejala antara lain, Urin out put menurun kurang dari 20cc/jam, Kulit terasa dingin, Gangguan fungsi mental, Takikardi, Aritmia

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b. Kekurangan voleume cairan c. Pola nafas tidak efektif d. Gangguan pertukaran gas e. Gangguan perfusi jaringan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b. Kekurangan voleume cairan c. Pola nafas tidak efektif d. Gangguan pertukaran gas e. Gangguan perfusi jaringan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b. Kekurangan voleume cairan c. Pola nafas tidak efektif d. Gangguan pertukaran gas e. Gangguan perfusi jaringan

SEKIAN DAN TERIMA KASIH !!!

Anda mungkin juga menyukai