Anda di halaman 1dari 50

TUMOR OTAK

I Gede Eka Handrean Rina Mulya Sari Pembimbing dr. Hj. Supraptiningsih , Sp.S.

GEJALA TUMOR OTAK

Nyeri Kepala (Headache) Muntah

Edema Papil
Kejang

GEJALA TUMOR OTAK BERDASAR LOKASI

Tumor di lobus frontalis


gangguan mental, perubahan perasaan, kepribadian

dan tingkah laku serta penderita merasakan perasaan selalu senang (euforia) Afasia motorik (gangguan bicara bahasa berupa hilangnya kemampuan mengutarakan maksud) bisa terjadi bila tumor mengenai daerah area Broca. Reflck memegang (grasp reflex) juga khas untuk tumor di lobus frontalis. Pada stadium yang lebih lanjut bisa terjadi gangguan pembauan(anosmia), gangguan visual, serta edema papil.

Tumor di daerah presentral


kejang fokal pada sisi kontralateral.

Kelumpuhan motorik timbul bila terjadi destruksi

atau penekanan kortikospinal.

oleh

tumor

terhadap

jalur

Tumor di kelenjar hipofisis


memberikan gejala sesuai dengan sel kelenjar endokrin

yang terkena. Adenoma eosinofil pada anak akan menyebabkan pertumbuhan raksasa, sehingga lebih besar dan tinggi dibanding anak seumurnya. Sedang pada orang dewasa akan menyebabkan pembesaran tangan, kaki, jari-jari, mandibula, penebalan kulit dan lidah (akromegali). Adenoma basofil menyebabkan penimbunan lemak di daerah wajah, bahu, abdomen disertai pengecilan alat genital (distrofia adiposogenitalis). Adenoma khromofob menyebabkan bertambahnya berat badan dan menurunnya libido.

Tumor lobus temporalis bila berada di daerah unkus akanmenimbulkan gejala halusinasi pembauan dan pengecapan (uncinate fits) disertai gerakan-gerakan bibir dan lidah (mengecapngecap). Bila lesinya destruktif akan menimbulkan gangguan pembauan dan pengecapan walau tidak sampai total. Berkurangnya pendengaran bisa terjadi pada tumor yang mengenai korteks di bagian belakang lobus temporal. Tumor di hemisfer dominan bagian belakang (area Wcrnicke). Tumor yang berkembang lebih lanjut akan melibatkan jalur kortikospinal sehingga menyebabkan kelumpuhan anggota badan sisi kontralateral. Bisa juga terjadi herniasi dan menekan batang otak sehingga menyebabkan gangguan pada beberapa saraf kranial, misalnya terjadi dilatasi pupil sesisi yang menetap atau menghilangkan reflek kornea.

Tumor di lobus parietalis


gangguan sensoris. Lesi iritatif bisamenimbulkan gejala parestesi (rasa tebal,

kesemutan atau seperti terkena aliran listrik) di satu lokasi, yang kemudian bisa menyebar ke lokasi lainnya. Lesi destruktif akan menyebabkan hilangnya berbagai bentuk sensasi, tapi jarang anestesi total. Gangguan diskriminasi terhadap rangsang taktil, astereognosis (tak bisa mengenali bentuk benda yang ditaruh di tangan). Mengenai jalur optik (radiatio optica) sehingga timbul gangguan penglihatan sebagian.

Tumor Pada Girus Angularis Tumor pada girus angularis kiri bisa menimbulkan gejala yang disebut aleksia (kehilangan kemampuan memahami katakata tertulis). Sedang pada yang kanan menyebabkan gejala berupa gangguan dalam menyadari adanya sisi sebelah dari tubuh.

Tumor di lobus oksipitalis


nyeri kepala.
defek lapangan penglihatan sebagian. Lesi di hemisfer dominan bisa menimbulkan gejala tidak

mengenal benda yang dilihat (visual object agnosia) dan kadang-kadang tidak mengenal warna (agnosia warna), juga tidak mengenal wajah orang lain (prosopagnosia).

Tumor di daerah mesensefalon


sering menekan jalur supra nuklear dari nukleus n. III &

IV sehingga menimbulkan gangguan konyugasi bola mata. Juga terjadi dilatasi pupil sebelah mata (anisokori) yang bereaksi negatif terhadap rangsang cahaya. Tremor, nistagmus dan ataksia bisa terjadi bila jalur ke serebelum ikut terlibat, demikian juga spastisitas anggota badan karena terlibatnya jalur kortikospinal. Penekanan terhadap jalur aliran likuor menimbulkan hidrosefalus sehingga nyeri kepala kemudian edema papil timbul.

Tumor di daerah pons dan medula oblongata


paresis n. VI unilateral sehingga bola mata tidak bisa

melirik ke sisi lesi, disertai diplopia (melihat dobel). Nyeri kepala dan pusing (vertigo) yang diperberat oleh rotasi kepala juga merupakan gejala yang umum terjadi. Mengingat daerah ini merupakan tempat beradanya Beberapa inti saraf kranial, maka akan timbul pula beberapa gejala akibat disfungsi saraf kranial tersebut. Hemiparesis alternans merupakan salah satu ciri lesi di daerah ini.

Tumor di serebellum
biasanya menyerang anak-anak. Gejala yang menonjol pada fase awal berupa kenaikan tekanan

intrakranial akibat penekanan jalan likuor sehingga terjadi hidrosefalus. Biasanya terjadi pula gangguan keseimbangan dalam berdiri dan berjalan. Tumor serebelum di daerah lateral (hemisfer) lebih menonjolkan gejala nistagmus yang nyata ke arah sisi lesi, sedang bila tumor di daerah median tidak menunjukkan nistagmus yang jelas. Juga ataksia lebih menonjol pada anggota badan sebelah sisi lesi.

NEOPLASMA SUPRATENTORIAL
A. MENINGIOMA Pada umumnya terjadi di daerah yang banyak mengandung granulatio arakhnoid yaitu zona parasagital, falk, lengkung serebral, sphenoid ridge dan celah olfaktorius, Berlokasi ekstraserebral (ekstraaksial) dan berkapsel. Gambaran histologinya jinak dan biasanya tidak residif sesudah ekstirpasi bedah yang lengkap. CT dapat mendeteksi meningioma yang kecil 5 7 mm dan biasanya tumor-tumor ini ditemukan secara kebetulan.

B. GLIOMA
Glioma merupakan neoplasma intraserebral (intraaksial) yang

maligna. Gambaran infiltrat tumornya berbatas ireguler, tepinya bergerigi (jagged-edged border). Tumor-tumor supratentorial dapat berasal dari dalam korteks serebri dan mengadakan ekstensi ke dalam korpus kalosum, basal ganglia atau talamus. Gambaran patologi glioma bervariasi dalam derajat kalsifikasi, nekrosis, perdarahan, pembentukan kista, neovaskuler dan aplasia seluler di dalam individual gliomanya. Neoplasma ini dapat diklasifikasikan sebagai astrositoma gradasi rendah, astrositoma anaplastik atau glioblastoma multiforme. Klasifikasinya dipersulit oleh 2 problem. Ke satu, perbedaan regio dari suatu individual glioma dapat mempunyai perbedaan gambaran patologik yang khas. Ke dua, glioma dapat memperlihatkan perubahan dengan waktu dan menjelma menjadi maligna.

C. METASTASIS
Metastasis intrakranial dilaporkan terjadi pada 20%

30% penderita dengan karsinoma sistemik. Metastasis intraserebral pada umumnya berlokasi pada perbatasan substansia alba dan grisea atau di dalam kortek superfisial. Nodul-nodul tumor biasanya tersebar dan hanya sedikit yang disertai edema peritumoral yang ekstensif di sekitarnya. Deposit-deposit metastasis ini merupakan basil dari penyebaran hematogen yang mengikuti distribusi aliran darah dan paling sering berlokasi pada daerah arteria serebri media; 80% berlokasi supratentorial dan 20% infratentorial; 35% soliter dan 65% lesi-lesi yang multipel. Metastasis intrakranial secara nyata dapat dideteksi oleh CT bahkan pada diameter kurang dari 10 mm, lesi terkecil yang dapat dideteksi adalah 5 mm.

D. TUMOR-TUMOR SUPRATENTORIAL YANG LAIN


1. Gliosis dengan penyebab yang tidak

diketahui. Hal ini dapat terlihat pada perubahan reaktifitas yang nonspesifik dari suatu jaringan misalnya pasea bedah, trauma, neoplasma, infeksi, dan lesi-lesi demielinisasi. Gliosis reaktif dapat terjadi pada bagian perifer dari neoplasmanya atau pada daerah demielinisasinya yang terjadi spontan tanpa diketahui kausanya.

2. Sarkoma Sel Retikulum :

Neoplasma ini biasanya terjadi pada penderita-

penderita dengan kelainan imunologi, dapat berupa lesi yang tunggal atau ganda, berlokasi khas pada basal ganglia, talamus, korpus kalosum, periventrikuler pada substansia alba dan vermis serebeli. Gambaran CT :

Berupa lesi-lesi iso atau hiperdens, non-kalsifikasi dan dengan enhancement noduler yang homogen.

3. Ependimoma

Epenaimoma pada hemisferium serebri dapat

memperlihatkan gambaran kistik atau kalsifikasi. Biasanya memperlihatkan enhancement kontras dengan densitas yang komplek, dan tidak dapat dibedakan dari glioma yang lain.

4. Oligodendroglioma Biasanya berlokasi di dalam hemisferium serebri. Tanda patologi yang sangat khas adalah perkapuran peritumoral yang padat

II. NEOPLASMA YANG BERLOKASI DI GARIS TENGAH

A. Neoplasma yang berdampingan dengan sela tursika (Juxtasellar Neoplasms) : Proses-proses patologik pada juxtasellar yang paling sering adalah adenoma hipofisis, kraniofaringioma, meningioma dan glioma pada traktus optikus anterior (anterior visual pathway). Yang kurang sering tetapi penting secara klinik adalah ancurisma dan teratoma-teratoma yang atipik. Karena penting menentukan batasan suatu aneurisma juxtasellar, maka angiografi harus dilakukan pada semua penderita yang pemeriksaan CT nya menunjukkan adanya lesi juxtasellar.

1. Adenoma Hipofisis
Biasanya merupakan tumor solid. Pada 25% kasus

disertai dengan pembentukan kista, nekrosis, perdarahan atau perkapuran. Penampang-penamnpang yang tipis dari CT (koronal) merupakan prosedur pelengkap untuk mendeteksi mikroadenoma hipofisis pada penderitapenderita dengan tanda-tanda hiperfungsi keicnjar hipofisis dan konfirmasi laboratorium.

2. Kraniofaringioma
Seringkali mempunyai perbedaan penampilan dari

adenoma hipofisis. Lebih sering berkapur. Lokasi biasanya path supraseicr dengan obstruksi dini dari foramen intraventrikuler yang menyebabkan hidrosefalus. Kraniofaringioma juga dapat tumbuh dari dasar ventrikel III atau lamina terminalis.

III. NEOPLASMA YANG BERLOKASI INTRAVENTRIKULER


A. Neoplasma-neoplasma Intraventrikuler

Lateralis Papiloma pleksus khoroidalis, meningioma, ependimoma dan glioma merupakan neoplasma yang paling suing ditemukan. Tumor-tumor ini menyebabkan hidrosefalus obstruktif dan kemungkinan disertai dengan dilatasi lokal dari rongga ventrikel yang berhubungan dengan tumomya dan hipertensi intrakranial. Meningioma dan papiloma plcksus khoroidalis mencapai dinding ventrikel melalui pedikel, sedangkan glioma tidak mempunyai pedikel tetapi dapat mengadakan infiltrasi melalui dinding ventrikel dan mencapai hemisfer serebri.

B. Neoplasma-neoplasma di bagian Anterior

Ventrikel-III Kista-kista koloid biasanya berasal dari bagian anterosuperior ventrikel-III. Kista ini dapat menyumbat foramen interventrikularis dan menyebabkan hidrosefalus obstruktif.

C. Neoplasma-neoplasma di bagian Posterior Ventrikel-

III Neoplasma-neoplasma di bagian posterior ventrikel-III termasuk: (1) tumor-tumor dari kelenjar pineal (pinealoma, pineoblastoma); (2) teratoma; dan (3) macam-macam tumor termasuk glioma, metastasis, meduloblastoma dan meningioma. Lesi-lesi non-neoplasma termasuk aneurisma vena galenik, kista pada quadrigeminal plate, hematoma pada midbrain atau infark. Penderita dengan tumor-tumor di bagian posterior ventrikel-III biasanya disertai tanda-tanda hipertensi intrakranial,bila daerah quadrigeminal plate terkena maka akan terjadi paresisdari gerakan bola mata ke atas dengan dilatasi dan reaksi pupil yang jelek. Diagnosis tumor-tumor di bagian ventrikel-III ini ditegakkan secara nyata dengan CT, namun demikian penentuan gambaran histopatologi yang persis biasanya tidak mungkin ditentukan sebelum biopsi bedah.

HIDROSEFALUS

PENDAHULUAN
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air

dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.

ANATOMI
Struktur anatomi yang berkaitan dengan

hidrosefalus, yaitu bangunan-bangunan dimana CSS berada.

VENTRIKEL
Ventrikel : rangkaian dari empat rongga dalam otak

yang saling berhubungan dan dibatasi oleh ependima dan mengandung cairan serebrospinal. Macam ventrikel : - Ventrikel lateral. - Ventrikel ketiga diensefalon, - Ventrikel keempat pons dan medula oblongata.

PLEKSUS KOROIDEUS
- Setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus

- Pleksus ini terdiri dari :


- jalinan pembuluh darah piamater yang mempunyai

hubungan langsung dengan ependima. - Pleksus koroideus inilah yang mensekresi cairan serebrospinal yang jernih dan tidak berwarna yang merupakan bantal cairan pelindung disekitar SSP.

RUANG SUBARAKHNOID
Ruang subarakhnoidal

Merupakan ruang yang terletak diantara lapisan

arakhnoid dan piamater.

KANALIS SENTRALIS MEDULA OBLONGATA DAN MEDULA SPINALIS


Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang

memanjangsepanjang korda spinalis, dilapisi sel-sel ependimal. Di atas, berlanjut ke dalam medula oblongata, dimana ia berhubungan dengan ventrikel IV.

CAIRAN SEREBROSPINAL
Terdiri dari : air, elektrolit, gas oksigen dan

karbondioksida yang terlarut, glukosa, beberapa leukosit (terutama limfosit) dan sedikit protein. Cairan ini berbeda dari cairan ekstraselular lainnya karena cairan ini mengandung kadar natrium dan klorida yang lebih tinggi, sedangkan kadar glukosa dan kaliumnya lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa pembentukannya lebih bersifat sekresi dibandingkan hanya filtrasi.

CSS
Diproduksi dan reabsorbsi terus menerus dalam

SSP. Volume total serebrospinal sekitar 125 ml, sedangkan kecepatan sekresi pleksus koroideus sekitar 500 sampai 750 ml per hari. Tekanan serebrospinal merupakan fungsi kecepatan pembentukan cairan dan resistensi reabsorbsi oleh vili araknoidalis. Tekanan serebrospinal sering diukur waktu dilakukan fungsi lumbal dan biasanya berkisar antara 130 mm H2O (13mm Hg).

FUNGSI CSS
1. Cairan serebrospinal mengelilingi otak dan spinal cord sehingga dapat melindungi otak dari benturan. 2. Cairan serebrospinal mengandung nutrisi dan protein yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan fungsi otak normal. 3. Cairan serebrospinal juga membawa produk buangan meninggalkan jaringan otak.

FAKTOR RESIKO
A Pada anak-anak : 1. Infeksi yang didapat sebelum kelahiran 2. Infeksi pada sentral nervus sistem seperti meningitis dan encephalitis 3. Trauma sebelum, selama dan sesudah kelahiran yang akan menyebabkan perdarahan subaracnoid 4. Defek kongenital 5. Tumor di sentral nervus sistem B Pada remaja dan dewasa : 1. Riwayat defek kongenital 2. Riwayat kelainan perkembangan 3. Tumor otak 4. Perdarahan 5. Trauma

PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI
Menurut patofisiologinya: Hidrosefalus komunikan Hidrosefalus non komunikan Menurut saat terjadinya: Kongenital Didapat

GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada permulaan adalah

pembesaran tengkorak yang disusul oleh gangguan neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak.

Hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada umur kurang dari 1 tahun) didapatkan gambaran :
Kepala membesar Sutura melebar Fontanella kepala prominen Mata kearah bawah (sunset phenomena) Nistagmus horizontal Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti

semangka masak.

Gejala pada anak-anak dan dewasa:


Sakit kepala

Kesadaran menurun
Gelisah Mual, muntah

Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak


Gangguan perkembangan fisik dan mental Papil edema: ketajaman penglihatan akan menurun

dan lebih lanjut dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.

Pemeriksaan dan Diagnosis


Gejala klinis

X Foto kepala
Pemeriksaan CSS Ventrikulografi

CT Scan kepala

Diagnosa Banding
Higroma subdural

Hematom subdural
Emfiema subdural Hidransefali

Tumor otak
Kepala besar

TATALAKSANA
Terapi medikamentosa Asetazolamid Furosemid Lumbal pungsi berulang Terapi operasi

KOMPLIKASI

Kerusakan otak yang luas dan disabilitas fisik Gangguan intelektual dan kerusakan saraf. Kegagalan mekanik Infeksi

PROGNOSIS
dipengaruhi oleh adanya : gangguan penyerta lain waktu penegakan diagnosis kesuksesan dari terapi.

Anda mungkin juga menyukai