Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus

Dermatitis Kontak
Penyaji : Dhika Alloyna Sinuhaji (080100046) Frihastina Siti Khadijah Lubis (080100080) Welliyani I. F. Siagian (080100130) Juang Idaman Zebua (080100132) Lahi Putra Haloho (080100247)

Pembimbing : Dr. Mila Darmi, Sp. KK

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adama Malik Medan 2012

Pendahuluan

Definisi
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit.

Klasifikasi
Dermatitis Kontak

Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis kontak iritan adalah reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Dermatitis kontak alergi terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen.

Etiologi
Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak Alergi benzokain, garam kromium, lanolin, lateks, basitrasin, kobal klorida, formaldehida, tiomersal, neomisin sulfat, nikel sulfat, tanaman tertentu, dan jenis pewangi tertentu

nikel, asam kuat, basa kuat, detergen, fiberglass, bahan pengawet, pewarna rambut, wewangian, serpihan kayu dan jenis tekstil tertentu

Patogenesis Dermatitis Kontak Iritan


Merusak Membran Sel Aktivasi Fosfolipase

Iritan

Dilatasi Vaskular (eritema)


Rangsangan saraf (nyeri) Peningkatan permeabilitas vaskular (edema)

Prostaglandin

Leukotrien

Patogenesis Dermatitis Kontak Alergi


Fase Sensitisasi (2-3 minggu) Hapten
Konjugasi dengan HLA-DR Kompleks antigenantibodi Aktifasi sel Langerhans

Beredar di seluruh tubuh

Aktifasi sel memori

Patogenesis Dermatitis Kontak Alergi


Fase Elisitasi (24-48 jam)
Hapten (pajanan ulang) Aktivasi sel T memori yang telah ada Produksi senyawa eikosanoid Aktifasi sel mast & makrofag

Perubahan permeabilitas, vasodilatasi, dan kerusakan kulit

Gejala Klinis
Dermatitis Kontak Iritan Kulit bengkak, kemerahan, kemudian berkembang menjadi vesikel atau papul dan mengeluarkan cairan bila terkelupas. Rasa gatal, perih dan rasa terbakar hampir selalu dijumpai pada lesi kulit bahkan dapat terjadi nekrosis jaringan. Bila kronik, kulit dapat mengerut, menebal (likenifikasi), hipopigmentasi atau hiperpigmentasi.

Gejala Klinis
Dermatitis Kontak Alergi Pada yang ringan berupa eritema dan edema, sedangkan pada yang berat selain eritema dan edema yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Keluhan subyektif berupa gatal.

Gejala Klinis
Dermatitis Kontak Alergi (cont) Gejala fase kronis dapat terjadi primer atau merupakan kelanjutan dari fase akut yang hilang timbul karena kontak yang berulangulang. Lesi cenderung berbatas tidak jelas, kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan.

Diagnosis
Dermatitis Kontak Iritan Anamnesis ada riwayat kontak dengan iritan Pemeriksaan Fisik Tes Tempel Dermatitis Kontak Alergi Anamnesis ada riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama atau sebelumnya pernah kontak dengan bahan serupa Pemeriksaan Fisik Tes tempel

Penatalaksanaan
Hindari pajanan dengan iritan atau alergi Perawatan Luka Kortikosteroid (topikal atau sistemik)

Laporan Kasus

Seorang wanita, suku Jawa, bangsa Indonesia, usia 19 tahun, belum menikah, pelajar, datang ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan Sub bagian Alergi pada tanggal 4 Juli 2012 dengan keluhan utama luka yang tidak sembuh di daerah tungkai bawah kanan. Keluhan ini dialami penderita 1 bulan ini. Awalnya, tungkai kanan penderita terkena knalpot panas. Luka tersebut berukuran kecil, lalu oleh penderita diberi krim sulfa pada luka. Luka tidak sembuh dan semakin membesar. Terdapat rasa gatal, dan tidak terdapat rasa nyeri.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, status gizi baik, suhu badan afebris, dan tanda vital lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan dermatologis dijumpai papul-papul eritema di tepi luka, krusta berlapis menutupi permukaan luka, dan terdapat erosi. Pasien didiagnosis banding dengan dermatitis konak, dermatitis numularis, dan psoriasis. Diagnosis sementara adalah dermatitis kontak. Berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis, diagnosis kerja menjadi dermatitis kontak.

Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan kompres terbuka berupa larutan NaCl 0,9%. Pengompresan dilakukan selama 15 menit dan dilakukan tiap 3-4 jam. Kemudian diberikan hidrokortison topikal 2,5 %. Prognosis quo ad vitam ad bonam, karena didapati keadaan umum pasien baik; quo ad functionam ad bonam, karena tidak dijumpai adanya gangguan fungsi; quo ad sanationam dubia ad bonam

Diskusi

Teori
1. Dermatitis kontak merupakan kelainan kulit akibat terpapar oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit
2. Gejala yang timbul pada dermatitis kontak berupa vesikel, papul, eritema, edema, pengelupasan kulit, penebalan kulit, hipopigmentasi atau hiperpigmentasi yang disertai dengan rasa gatal, seperti terbakar dan panas

Kasus
1. Pada kasus, yang dicurigai menjadi substansi penyebab adalah preparat sulfa (krim sulfa) yang dioleskan pada kulit.
2. Dijumpai papul-papul eritema di tepi luka, krusta berlapis menutupi permukaan luka, dan terdapat erosi. Keluhan subjektif yang dirasakan berupa rasa gatal walaupun rasa nyeri tidak dijumpai

Teori

Kasus

3. Dermatitis kontak sudah 3. Pada kasus, masih belum berlangsung kronis maka dapat dibedakan apakah sulit dibedakan apakah OS menderita dermatitis penyebabnya berupa kontak tipe iritan atau bahan iritan atau alergi alergen 4. Pengobatan yang 4. Pada kasus, terapi yang dianjurkan berdasarkan diberikan sudah sesuai teori adalah pemberian yaitu dengan kompres sediaan kortikosteroid terbuka setiap 3-4 jam dan perawatan luka dan juga pemberian dengan kompres terbuka hidrokortison topikal 2,5 %.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai