MERUSAK (DESTRUCTIVE)
Pengujian yang dapat menimbulkan kerusakan atau berpotensi menimbulkan kerusakan pada material/struktur Hanya cocok untuk statistical sampling basis Tidak cocok untuk struktur/komponen yang mahan dan besar
TENSILE TEST
Kuat tarik adalah sifat mekanis yang penting dalam mendisain konstruksi
Uji tarik dilakukan pada:
(1) Material dasar (raw material) (2) Material product (las-lasan)
Jika pengujian tarik dilakukan untuk menguji spesifikasi suatu sambungan las atau untuk mengkualifikasi suatu prosedur pengelasan, maka informasi-informasi berikut ini harus dicantumkan pada laporan hasil pengujian:
Jenis dan jumlah spesimen Spesifikasi base metal Spesifikasi filler material Harga-harga sifat mekanis Lokasi kepecahan
TENSILE TEST
Dimana: T W A L G B C
tebal spesimen uji lebar bagian prismatik panjang bagian prismatik panjang seluruh spesimen panjang ukur (gage length) panjang grip section lebar grip section
Dimana: D A G R
diameter spesimen uji panjang bagian prismatik panjang ukur (gage length) radius pembulatan
10
Typical progress of a tensile test: (1) beginning of test, no load; (2) uniform elongation and reduction of cross-sectional area; (3) continued elongation, maximum load reached; (4) necking begins, load begins to decrease; and (5) fracture. If pieces are put back together as in (6), final length can be measured
SIFAT MEKANIS
1. Tegangan Tarik/Ultimate Tensile Strength (UTS)
[MPa]
Round Tubular
= D2 = ( OD2 - ID2 )
REMEMBER!
1 N/mm2 = 1 MPa
12
SIFAT MEKANIS
Untuk round spesimen dengan penampang tidak homogen
Dimana:
m = massa spesimen (dari timbangan) [gram] L = panjang spesimen yang ditimbang [mm]
13
SIFAT MEKANIS
2. Tegangan Yield/Yield Strength
[MPa]
3. Regangan/Elongation
Panjang Lo ditentukan berdasarkan standard pengujian yang dipakai (ASTM, JIS, BKI, dll). Panjang Lo untuk tiap standard dapat berbeda-beda.
14
SIFAT MEKANIS
4. Pengurangan Luas Penampang/Reduction of Area
15
Diagram Tegangan-Regangan
Uj Tarik dilakukan dengan menjepit specimen pada alat/mesin uji dan ditarik hingga putus Dari hasil pengujian tersebut diperoleh Diagram TeganganRegangan Absis (sumbu X) - unit Regangan Ordinat (sumbu Y) - unit Tegangan Yang perlu diperhatikan : Daerah elastic Daerah plastic Diagram untuk material ductile Yield point jelas Kurva agak condong Diagram untuk material Brittle Yield point tidak jelas OFFSET 0.2% Kurva lebih tegak
16
Diagram Tegangan-Regangan
behavior:
1. Elastic region prior to yielding of the material 2. Plastic region after yielding of the material
Diagram Tegangan-Regangan
19
Diagram Tegangan-Regangan
20
Diagram Tegangan-Regangan
(c)2003 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc. Thomson Learning is a trademark used herein under license.
21
Kurva Beban-Pemoloran
YIELD POINT
YIELD POINT
Kurva Beban-Pemoloran
A N
OA MN
c
Yield point 0.2% offset = 0.2 x c/
M
24
Bentuk Kepecahan
Ductile Material Deformasi pada bidang patahan Sudut kepecahan 45o terhadap arah beban Permukaan bidang patahan suram dan berserat-serat (Fibrous/shear fracture) Bentuk Cup & cone
25
Bentuk Kepecahan
Brittle Material Sedikit/tidak ada deformasi pada bidang patahan Sudut kepecahan 90o terhadap bidang kepecahan Granule/cleavage fracture Flat cleavage
26
27
28
29
30
BEND TEST
Uji tekuk dilakukan pada:
(1) Material dasar (raw material) (2) Material product (las-lasan)
31
(1) FACE BEND TEST (2) ROOT BEND TEST (3) SIDE BEND TEST
TUJUAN: (1) Mengetahui kemulusan (soundness) hasil las-lasan (2) Mengetahui kekenyalan logam las
32
33
34
35
36
37
38
39
IMPACT TEST
TUJUAN
40
Prinsip
Adanya takik pada permukaan material dapat mengganggu aliran tegangan dan menyebabkan pemusatan tegangan/stress concentration pada daerah yang berdekatan.
41
Prinsip
42
43
44
Subsize Specimens
45
PROFILE PROJECTOR
46
Kuat Impak
Absorbed Energy Impact Strength = C.S.A under the notch
[Joule/mm2]
Untuk aplikasi praktis, energi absorb lebih banyak digunakan untuk menentukan penerimaan material.
47
Ekspansi Lateral
Perbedaan lebar pada daerah takik, sebelum dan setelah diuji.
LE = Bt B o x 1000 [Mils]
25.4
LE LE
48
49
38oC
100oC
DUCTILE BRITTLE
51
52
53
54
55
56
57
58
Pengujian Metalografi
Prinsip
1. Pengujian metalografi pada dasarnya terdiri dari PENGUJIAN MAKRO dan PENGUJIAN MIKRO.
2. Pengujian makro ditujukan untuk mengetahui kondisi melintang sambungan las, apakah terdapat diskontinuitas pada daerah weld metal dan fusion line.
3. Pengujian mikro bertujuan untuk mengetahui kondisi struktur mikro penyusun logam akibat proses pengelasan atau pemanasan dan pendinginan. Struktur mikro berupa butiran-butiran yang dipisahkan oleh batas butir (grain boundary).
59
Dasar Teori Pengujian makroetsa digunakan untuk memeriksa kualitas sambungan las tumpul atau fillet. Macroetsa menggabungkan prosedur fisik dan reaksi kimiawi untuk mendeteksi weld discontinuities dan mengukur dimensi weld profilenya. Setelah dipoles dan dietsa, weld discontinuities akan tampak pada penampang melintang las.
Larutan etsa (etchant) yang digunakan tergantung pada jenis logam yang diuji. Untuk baja karbon digunakan larutan Nital 5% (95% alkohol 96% dan 5% HNO3).
61
62
63
64
65
66
67
Pemeriksaan Visual untuk Sambungan Fillet Paragraf 4.9.1.2 AWS D1.1 2010
Sambungan fillet harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Tidak boleh ada crack berapapun ukurannya. 2. Semua kawah las (sambungan antar kawat las SMAW) harus terisi penuh setebal penampang melintang logam las. 3. Panjang kaki las aktual tidak boleh kurang dari panjang kaki las yang disyaratkan oleh disain. 4. Profil las harus memenuhi persyaratan pada gambar 5.4. 5. Undercut pada logam induk tidak boleh melebihi 1 mm.
68
Profil Las yang Acceptable dan Unacceptable Gambar 5.4 AWS D1.1 2008
69
Profil Las yang Acceptable dan Unacceptable Gambar 5.4 AWS D1.1 2008
70
Acceptance Criteria untuk Uji Makroetsa (Macroetch Test) PROCEDURE QUALIFICATION Paragraf 4.9.4.1 AWS D1.1 2010
Agar bisa diterima, test spesimen apabila diperiksa secara visual harus memenuhi persyaratan berikut: 1. Untuk partial joint penetration (PJP) sambungan tumpul, ukuran las aktual harus sama dengan atau lebih besar dari ukuran las yang disyaratkan oleh disain. 2. Sambungan fillet harus memiliki fusi yang sempurna hingga ke akar sambungan, tapi tidak perlu melebihi kedalaman akar. 3. Ukuran kaki las minimum harus memenuhi ukuran kaki las yang disyaratkan oleh disain.
71
Acceptance Criteria untuk Uji Makroetsa (Macroetch Test) PROCEDURE QUALIFICATION Paragraf 4.9.4.1 AWS D1.1 2010
4. PJP untuk sambungan tumpul dan fillet harus memenuhi ketentuan:
a. Tidak boleh ada crack. b. Fusi yang sempurna antar layer pada logam las dan antara logam las dan logam induk. c. Profil las harus sesuai dengan detil yang disyaratkan oleh disain. d. Tidak boleh ada undercut dengan kedalaman melebihi 1 mm.
72
Acceptance Criteria untuk Uji Makroetsa (Macroetch Test) PERFORMANCE QUALIFICATION Paragraf 4.31.2.3 AWS D1.1 2010
Agar bisa diterima, test spesimen apabila diperiksa secara visual harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Sambungan fillet harus memiliki fusi yang sempurna hingga ke akar sambungan, tapi tidak perlu melebihi kedalaman akar. 2. Ukuran kaki las minimum harus memenuhi ukuran kaki las yang disyaratkan oleh disain.
73
Acceptance Criteria untuk Uji Makroetsa (Macroetch Test) PERFORMANCE QUALIFICATION Paragraf 4.31.2.3 AWS D1.1 2010
3. Sambungan las fillet harus memenuhi ketentuan: a. Tidak boleh ada crack. b. Fusi yang sempurna antar layer pada logam las dan antara logam las dan logam induk. c. Profil las harus sesuai dengan detil yang disyaratkan oleh disain. d. Tidak boleh ada undercut dengan kedalaman melebihi 1 mm. e. Untuk porosity dengan ukuran 1 mm, total akumulasi tidak boleh melebihi 4 mm. f. Jumlah ukuran terbesar dari slag harus tidak boleh melebihi 4 mm.
74
Acceptance Criteria untuk Uji Makroetsa (Macroetch Test) PERFORMANCE QUALIFICATION Paragraf 4.31.2.3 AWS D1.1 2010
4. Las sumbat (plug weld) harus memenuhi ketentuan: a. Tidak boleh ada crack.
75
76
77
78
79
80
Pengamatan metalography
Proses metalography Persiapan spesimen Pengetsaan Pengamatan mikroskop dan fotografi Pengamatan metalography mampu menunjukkan: Perubahan bentuk dan ukuran butir Perubahan fase Presipitasi fase Struktur solidifikasi Cacat pengelasan
81
Pengamatan metalography
mikroskop
82
Ferrite, Pearlite
Martensite
84
Presipitasi fase
85
86
Cacat-cacat pengelasan
THE END
88