Parese fascialis sinistra kelumpuhan pada semua bagian wajah sebelah kiri. Lagopthalmus mata tidak bisa tertutup sempurna. LMN (lower motor neuron) neuron motorik yang menghubungkan otak dan sumsum tulang belakang untuk serat otot , membawa impuls saraf dari neuron motor atas keluar ke otot .Akson Sebuah neuron motorik yang lebih rendah berakhir pada efektor (otot).
1. Mengapa mulutnya mencong ke kanan dan apa yang menyebabkan mulut mencong ? 2. Mengapa mata sebelah kiri susah tertutup? 3. Apakah ada hubungannya keluhan OS dengan mengendarai sepeda motor keluar kota pada malam hari selama 3 jam? 4. Apa etiologi dari keluhan OS ? 5. DD dari skenario ? 6. Pemeriksaan penunjang ? 7. Diagnosa pasti ? 8. Penatalaksanaan ?
1. Mengapa mulutnya mencong ke kanan dan apa yang menyebabkan mulut mencong ? mungkin ada gangguan pada nervus facialis, dan M. buchinator N, Facialis di sekitar wajah sembab lalu membesar Saraf terjepitkelumpuhan N. Facialis mulut mencong
2. Mengapa mata sebelah kiri susah tertutup? Karena Gangguan N. Facialis bagian perifergangguan otot wajah yg mengalami kelemahan atau kelumpuhan _m.zigomaticum,m. Orbicularis oris,m.orbicuralis oculi
3. ada, Angin
Kematian sel
1.
DD dari skenario ? Bells palsy Stroke iskemik Herpes zooster Trigeminus headache
EMG (elektro miografi) dapat menunjukkan seberapa banyak kerusakan saraf yang terjadi, serta me mastikan sejauh mana parahnya gangguan tersebut. ENG (elektro neurografi)
Bells palsy
Istirahat terutama pada keadaan akut Perawatan mata Fisiotherapi mengurut/massage otot wajah Kortikosteroid (prednison) Anti viral (acyclovir) Operasi
penatalaksana an
nonfarmako
farmako
OS
Mahasiswa/I mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan Etiologi evaluasi dari bells palsy DD nya Penyebab mulut mencong Neuroanatomi dari nervus fascialis Fisiologi dari fascialis Perbedaan LMN dan UMN
Nervus facialis adalah salah satu nervus kranialis yang berfungsi untuk motorik sensorik somatik dan aferen eferen visceral. Nervus facialis memiliki 2 subdivisi, yaitu :
Mempersarafi otot ekspresi otot wajah Memiliki serat yang jauh lebih tipis yaitu intermediate yang membawa aferen otonom somatik dan eferen otonom.
Fungsi Otot otot ekspresi wajah:M.platisma, m.stilohideus, m.digastrikus Nasal,lakrimal,kele njar liur (sublingual dan submandibular) Pengecapan 2/3 anterior lidah
Saraf intermediat
Viseral eferen
Somatik aferen
Ganglion genikuli
keluar
Keluar tengkorak
melalui
Foramen stulomastoideum
n. Facialiis, intermedius,octavus
Menyebar ke wajah
Upper motor neuron (UMN) kumpulan saraf motorik yg menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti inti motorik di saraf kranial di batang otak atau kornu anterior
Lower motor neuron kumpulan saraf saraf motorik yang berasal dari batang otak,pesan tersebut dari otak di lanjutkan ke berbagai otot dalam tubuh
UMN Lesi di otak: distribusi piramidalis,yaitu bagian distal terutama otot- otot tangan ;ekstensor lengan dan fleksor tungkai lebih lemah. Lesi di medulla spinalis:bervariasi,tergantun g lokasi lesi
tonus
Spastisitas:lebih nyata pada flaksid fleksor lengan dan ekstensor tungkai Hanya sedikit mengalami disuse atrophy Atrofi dapatsangat jelas
Massa otot
refleks
fasikulasi Klonus
Bellss palsy kelumpuhan fasialis akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa disertai adanya penyakit neurologis lainnya.
Penyebab adalah kelumpuhan N. fasialis perifer. Umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: a) Idiopatik Faktor-faktor yang diduga berperan menyebabkan Bells Palsy antara lain : sesudah bepergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di lantai, hipertensi, stres, hiperkolesterolemi, diabetes mellitus, penyakit vaskuler, gangguan imunologik dan faktor genetic. b) Kongenital
a) b) anomali kongenital (sindroma Moebius) trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial .dll.)
a)
Didapat : Trauma Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis) Proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan) Proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus Infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster) Sindroma paralisis n. fasialis familial
Residual
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan motorik nervus facialis : memejamkan mata,mengerutkan dahi,mengangkat alis. Pemeriksaan sensorik nervus facialis: pengecapan Pemeriksaan refleks : stethoscope loudness ( menilai fungsi muskulus stapedius ), schirmer blotting test ( menilai fungsi lakrimasi.
Medikamentosa
Kortikosteroid prednison 1mg/kg/bb/hari selama 5 hari kemudian diturunkan bertahap 10mg/hari dan berhenti selama 10-14hari Obat - obat antiviral acyclovir 400mg di berikan 5 kali perhari selama 7 hari , atau 1000mg/hari Vitamin B preparat aktif B12 (metil kobalamin) dengan dosis 3x500g/hari
Non medikamentosa
Fisioterapi terapi panas superfisial, elektroterapi Perawatan mata Pemijatan wajah Istirahat pembedahan
prognosis Bells palsy baik: sekitar 80-90 % penderita sembuh dalam waktu 6 minggu sampai 3 bulan tanpa ada kecacatan Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai peluang 40% sembuh total dan beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa Penderita yang berusia 30 tahun atau kurang, hanya punya perbedaan peluang 10-15% antara sembuh total dengan meninggalkan gejala sisa. Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka penderita cenderung meninggalkan gejala sisa, yaitu sinkinesis, crocodile tears dan kadang spasme hemifasial.
BELS PALSY
STROKE ISKEMIK
HERPES ZOSTER
DEFENISI
kelumpuhan fasialis akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa disertai adanya penyakit neurologis lainnya.
Lagopthalmus,mulu t mencong,kerut kening(-),telinga terasa sakit MRI,CT Scan
terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi cerebrum
infeksi saraf wajah yang disertai dengan ruam yang menyakitkan dan kelemahan otot wajah.
GEJALA KLINIS
Kelumpuhan pd sisi yang sama,sulit menutup mata,sakit telinga, tinnitus Kultur virus,immunofluresc ent, Acyclovir,kortikoster oid,analgesik
PEMERIKSAAN
PENATALAKSANA AN
Medikamentosa : kortikosteroid,antivir
Terapi trombolitik
Djamil Y, A Basjiruddin. Paralisis Bell. Dalam: Harsono, ed. Kapita selekta neurologi; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.2009. hal 297-300 Weiner HL, Levitt LP. Ataksia. Wita JS, editor. Buku Saku Neurologi. Ed 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. Hal. 174 Price,Sylvia A.Patofisiologi.Ed 6.Vol 2.Jakarta:EGC.2005