Anda di halaman 1dari 17

PERMODALAN KOPERASI

ERIS JULIANSYAH

PENGERTIAN MODAL
- Modal kerja merupakan investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta lancar (current assets). - Modal kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu modal kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Modal kerja kotor adalah jumlah harta lancar, dan modal kerja bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah utang lancar (current liabilities). - Current assets dan current liabilities kedua-duanya merupakan short-term financing. - Tujuan dari short-term financial management adalah untuk mengelola tiap-tiap unsur current assets (inventory, accounts receivable, cash dan marketable securities) dan current liabilities (accounts payable, accruals dan notes payable) untuk mencapai keseimbangan antara profitabilitas dan risiko yang memberikan kontribusi yang positif kepada nilai perusahaan.

KONSEP MODAL KERJA


Bambang Riyanto (1995) mengemukakan modal kerja dapat dibagi menjadi 3 konsep yaitu konsep kuantitatif, kualitatif, dan fungsional. 1. Konsep Kuantitatif : Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau keseluruhan daripada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross working capital) 2. Konsep Kualitatif : Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja neto (net working capital). 3. Konsep Fungsional : Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan

CONTOH

JENIS MODAL KERJA


Menurut WB. Taylor dan Bambang Rianto (1995) Modal Kerja digolongkan dalam beberapa jenis yaitu : - Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, modal kerja ini terdiri dari : 1. Modal kerja primer (Primary Working Capital) Modal kerja primer merupakan jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas sahanya atau modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. 2. Modal kerja normal (Normal Working Capital) : Modal kerja normal adalah modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.

JENIS MODAL KERJA (LANJUTAN)


- Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, modal kerja ini terdiri dari : 1. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim. 2. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur. 3. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan keadaan ekonomi yang mendadak).

KEBIJAKAN MODAL KERJA


Modal kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri. Hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Sistem pembelanjaan yang akan dipilih haruslah didasarkan pada pertimbngan mengenai laba dan resiko. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin. Oleh karena itu perusahaan dapat menggunakan prinsip-prinsip pembelanjaan, yaitu: 1. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat digunakan untuk membiayai modal kerja. 2. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang dapat dipakai untuk modal kerja atau investasi. Menurut Sutrisno (2005:47-49), terdapat 3 pendekatan yang dapat diambil oleh seorang manajer dalam kebijaksanaan modal kerja yaitu : (1) kebijaksanaan konsevatif, (2) kebijaksanaan moderat atau hedging, dan (3) kebijaksaan agresif.

KEBIJAKAN MODAL KERJA (LANJUTAN)


Kebijaksanaan Konsevatif - Merupakan pemenuhan modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber dana jangka panjang dibandingkan sumber dana jangka pende. - Dalam kebijakan konservatif modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variable dipenuhi oleh sumber dana jangka panjang, dan sebagian modal kerja variable lainnya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. - Kebiajksanaan ini disebut konservatif karena sumber dana jangka panjang mempunyai jatuh tempo yang lama sehingga perusahaan memiliki keleluasaan dalam pelunasan kembali atau tingkat keamanan (margin of safety) yang besar

KEBIJAKAN MODAL KERJA (LANJUTAN)


Kebijakan Moderat/hedging Perusahaan membiayai aktiva dengan dengan dana yang jangka waktunya kurang lebih sama dengan perputaran aktiva tersebut yaitu aktiva yang besifat permanen dan modal kerja permanen akan didanai dengan sumber dana jangka panjang dan aktiva ang bersifat variable atau modal kerja variable akan didanai dengan sumber dana jangka pendek (matching prinsiple)

KEBIJAKAN MODAL KERJA (LANJUTAN)


Kebijakan Agresif Sebagian kebutuhan dana jangka panjang dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Pada pendekatan ini perusahaan berani menanggung resiko yang cukup besar

KONSEP DAN SUMBER MODAL KERJA KOPERASI


KONSEP MODAL Modal merupakan sejumlah dana yang akan digunakan untuk melaksanakan usahausaha Koperasi. Modal jangka panjang Modal jangka pendek SUMBER-SUMBER MODAL KOPERASI A. SUMBER-SUMBER MODAL KOPERASI (UU NO. 12/1967) - Simpanan Pokok - Simpanan Wajib - Simpanan Sukarela - Modal Sendiri B. SUMBER-SUMBER MODAL KOPERASI (UU No. 25/1992) - Modal sendiri (equity capital) bersumber dari simpanan pokok anggota, simpanan wajib, dana cadangan, dan donasi/hibah - Modal pinjaman (debt capital) bersumber dari anggota, koperasi lainnya, bank atau lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lain yang sah.

KONSEP DAN SUMBER MODAL KERJA KOPERASI


c. MENURUT UU NO.17 TAHUN 2012 1. Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai modal awal. 2. Selain modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) modal Koperasi dapat berasal dari: a. Hibah; b. Modal Penyertaan; c. modal pinjaman yang berasal dari: Anggota; 2. Koperasi lainnya dan/atau Anggotanya; bank dan lembaga keuangan lainnya; penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau Pemerintah dan Pemerintah Daerah. dan/atau sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan.

MODAL KOPERASI MENURUT UU NO. 17 TAHUN 2012


Pasal 68 (1) Setiap Anggota Koperasi harus membeli Sertifikat Modal Koperasi yang jumlah minimumnya ditetapkan dalam Anggaran Dasar. (2) Koperasi harus menerbitkan Sertifikat Modal Koperasi dengan nilai nominal per lembar maksimum sama dengan nilai Setoran Pokok. (3) Pembelian Sertifikat Modal Koperasi dalam jumlah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanda bukti penyertaan modal Anggota di Koperasi. (4) Kepada setiap Anggota diberikan bukti penyetoran atas Sertifikat Modal Koperasi yang telah disetornya.

MODAL KOPERASI MENURUT UU NO. 17 TAHUN 2012


Pasal 69 (1) Sertifikat Modal Koperasi tidak memiliki hak suara. (2) Sertifikat Modal Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan atas nama. (3) Nilai nominal Sertifikat Modal Koperasi harus dicantumkan dalam mata uang Republik Indonesia. (4) Penyetoran atas Sertifikat Modal Koperasi dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya yang dapat dinilai dengan uang. (5) Dalam hal penyetoran atas Sertifikat Modal Koperasi dalam bentuk lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan penilaian untuk memperoleh nilai pasar wajar. K (6) operasi wajib memelihara daftar pemegang Sertifikat Modal Koperasi dan daftar pemegang ModalPenyertaan yang sekurang-kurangnya memuat:
nama dan alamat pemegang Sertifikat Modal Koperasi dan pemegang Modal Penyertaan; jumlah lembar, nomor, dan tanggal perolehan Sertifikat Modal Koperasi dan Modal Penyertaan; jumlah dan nilai Sertifikat Modal Koperasi dan nilai Modal Penyertaan; dan perubahan kepemilikan Sertifikat Modal Koperasi.

MODAL KOPERASI MENURUT UU NO. 17 TAHUN 2012


Pasal 70 (1) Pemindahan Sertifikat Modal Koperasi kepada Anggota yang lain tidak boleh menyimpang dariketentuan tentang kepemilikan Sertifikat Modal Koperasi dalam jumlah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68. (2) pemindahan Sertifikat Modal Koperasi oleh seorang Anggota dianggap sah jika: - Sertifikat Modal Koperasi telah dimiliki paling singkat selama 1 (satu) tahun; - pemindahan dilakukan kepada Anggota lain dari Koperasi yang bersangkutan; - pemindahan dilaporkan kepada Pengurus; dan/atau - belum ada Anggota lain atau Anggota baru yang bersedia membeli Sertifikat Modal Koperasi untuk sementara Koperasi dapat membeli lebih dahulu dengan menggunakan Surplus Hasil Usaha tahun berjalan sebagai dana talangan dengan jumlah paling banyak 20% (dua puluh persen) dari Surplus Hasil Usaha tahun buku tersebut. (3) Dalam hal keanggotaan diakhiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat Anggota yang bersangkutan wajib menjual Sertifikat Modal Koperasi yang dimilikinya kepada Anggota lain dari Koperasi yang bersangkutan berdasarkan harga Sertifikat Modal Koperasi yang ditentukan Rapat Anggota.

MODAL KOPERASI MENURUT UU NO. 17 TAHUN 2012


Pasal 71 Perubahan nilai Sertifikat Modal Koperasi mengikuti standar akuntansi keuangan yang berlaku dan ditetapkan dalam Rapat Anggota. Pasal 72 (1) Sertifikat Modal Koperasi dari seorang Anggota yang meninggal dapat dipindahkan kepada ahli waris yang memenuhi syarat dan/atau bersedia menjadi Anggota. (2) Dalam hal ahli waris tidak memenuhi syarat dan/atau tidak bersedia menjadi Anggota, Sertifikat Modal Koperasi dapat dipindahkan kepada Anggota lain oleh Pengurus dan hasilnya diserahkan kepada ahli waris yang bersangkutan. Pasal 73 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penjualan dan pemindahan Sertifikat Modal Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 sampai dengan Pasal 72 diatur dalam Anggaran Dasar. Pasal 74 (1) Hibah yang diberikan oleh pihak ketiga yang berasal dari sumber modal asing, baik langsung maupun tidak langsung, dapat diterima oleh suatu Koperasi dan dilaporkan kepada Menteri. (2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepada Anggota, Pengurus, dan Pengawas. (3) Ketentuan mengenai Hibah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

MODAL KOPERASI MENURUT UU NO. 17 TAHUN 2012


Pasal 75 1. Koperasi dapat menerima Modal Penyertaan dari: a.Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau b.masyarakat berdasarkan perjanjian penempatan Modal Penyertaan. 2. Pemerintah dan/atau masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib turut menanggung risiko dan bertanggung jawab terhadap kerugian usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan sebatas nilai Modal Penyertaan yang ditanamkan dalam Koperasi. 3. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga dalam hal Pemerintah dan/atau masyarakat turut serta dalam pengelolaan usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan dan/atau turut menyebabkan terjadinya kerugian usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan. 4. Pemerintah dan/atau masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak mendapat bagian keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan. Pasal 76 Perjanjian penempatan Modal Penyertaan dari masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) huruf b sekurang-kurangnya memuat: a. besarnya Modal Penyertaan; b. risiko dan tanggung jawab terhadap kerugian usaha; c. pengelolaan usaha; dan d. hasil usaha.

Anda mungkin juga menyukai