Anda di halaman 1dari 15

Ketuban Pecah Dini/Premature Rupture of the membrane (PROM) pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum

m menunjukkan tanda-tanda persalinan/inpartu), atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan.

komplikasi kelahiran : prematuritas infeksi korioamnionitis Sepsis infeksi pada ibu dan bayi.

Insidens ketuban pecah dini masih cukup tinggi; 10% persalinan didahului oleh ketuban pecah dini.

IDENTITAS No RM : 01.53.87.50 Nama Pasien : BNR Alamat : Jalan Gunung Agung Gang Bumi Ayu, No 4 Usia : 30 Tahun Agama : Kristen Protestan Pendidikan : Tamat SLTP Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Kewarganegaraan : Indonesia Status Perkawinan : Sudah Menikah Masuk Rumah Sakit : 31 Januari 2011

LAPORAN KASUS

Anamnesa Keluhan Utama : Keluar cairan dari vagina Perjalanan Penyakit Pasien mengeluh keluar air pervaginam sejak pukul 12.00 WITA (31/12/2011), 6 jam SMRS. Cairan berwarna jernih, tidak bercampur darah dan tidak berbau. Sakit perut dikatakan tidak ada dan keluar bercak darah dikatakan tidak ada, gerak anak (+) baik.

LAPORAN KASUS

Riwayat Penyakit Terdahulu Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, dan penyakit jantung disangkal pasien. Riwayat Obstetri Saat ini merupakan kehamilan pertama bagi pasien. Dengan haid pertama pada umur 12 tahun. Menstruasi terakhir tanggal 8 Mei 2011. Riwayat menstruasi teratur (2830 hari) lamanya 3-4 hari. Keluhan saat haid tidak ada. Saat ini pasien sudah menikah selama 10 tahun. Pasien tidak pernah memakai kontrasepsi. Riwayat Keluarga Penderita menyangkal bahwa dalam keluarga penderita memiliki riwayat penyakit asma, penyakit jantung, kencing manis, dan tekanan darah tinggi.

LAPORAN KASUS
Pemeriksaan fisik Status present Kesan umum GCS Tensi Respirasi Nadi Suhu axilla/suhu rektal Gizi BB TB

: Baik : E4M6V5 : 120/80 mmHg : 20x/menit : 80 x/menit : 36,5 C/ 36,6 oC : Baik : 55 kg : 151 cm

LAPORAN KASUS
Status obstetric: Pemeriksaan luar: Tinggi fundus uteri : 3 jari bawah prosesus xipoideus Letak anak 0 5/5 Denyut jantung janin (+) 144x/menit, his (-), hiperpigmentasi areola mamae (+) Inspeksi : tampak cairan ketuban keluar dari OUI, test lacement (+) Pemeriksaan dalam: VT (NIC) pukul 17.45 WITA p 1 jari, ketuban (-) jernih,teraba kepala denom belum jelas, penurunan H 1, tidak teraba bagian kecil atau tali pusat.

LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Laboratorium DL : Hb 10,1/ WBC 9,6/ PLT 296/ HCT 24,3/ RBC 4,4 Diagnosis Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan obstetrik ditegakan diagnosis kerja G2P1001 32-33 mg T/H KPD Tindakan Tx : Konservatif , Bed Rest, Ampicilin 4 x 500 mg, Dexametason 5mg IM setiap 6 sebanyak 4 kali Mx : K, VS, DJJ, T Rektal @ 3 jam, DL dan LED @ 3 hari KIE: Keluarga dan pasien tentang rencana tindakan

Problem List Keluar air per vagina Analisis Kebutuhan Pasien Kebutuhan fisik biomedis Kecukupan gizi Pasien mengaku penghasilan yang diperoleh suaminya sebagai pegawai swasta sudah mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Pasien hanya makan 3x sehari, dengan menu makanan yang bervariasi. Akses pelayanan kesehatan pasien tinggal dengan suaminya di Jalan Gunung Agung Gang Bumi Ayu, No 4, yang tidak jauh dari sarana pelayanan kesehatan seperti bidan, serta praktek dokter, sedangkan jarak rumah pasien dari RSUP Sanglah berjarak kurang lebih 30 menit perjalanan.

PEMBAHASAN
Lingkungan Pasien tinggal dengan suami dimana rumah pasien tidak terlalu kecil untuk ditinggali 2 orang. Halaman rumah pasien sempit hanya untuk tempat parkir sepeda motor. Kebutuhan emosi/kasih sayang (orang tua, anggota keluarga) Pasien merasakan kurang diperhatikan saat hamil karena suami sibuk bekerja mencari nafkah dan pasien jauh dari keluarga yang saat ini berada di NTT. Pasien juga mengatakan ingin memiliki anak laki laki.

PEMBAHASAN
Analisis Biopsikososial Lingkungan biologis Pasien berumur 33 tahun dimana pada kelompok umur ini tidak beresiko untuk mengalami gangguan pada kehamilan. Dari status nutrisi, kebutuhan pasien terutama saat hamil yang meningkat disertai dengan peningkatan asupan nutrisi perharinya. Walaupun akses pelayanan untuk pengawasan kehamilan dekat dari tempat tinggal pasien tapi karena adanya keterbatasan dana pasien hanya kontrol ke bidan dengan menggunakan jaminan persalinan (JAMPERSAL) dan tidak pernah kontrol ke dokter spesialis kandungan untuk USG.

PEMBAHASAN
Faktor Psikososial Suami pasien yang mengatakan mengidamkan anak lakilaki menjadi salah satu beban pikiran dari pasien. Saat ini pasien sangat mengharapkan kehamilan yang sekarang adalah anak laki-laki. Hal ini menambah stressor pada pasien pada kehamilannya yang sekarang. Pasien juga mengatakan kontak pasien dengan keluarga besarnya diNTT sedikit sulit karena keterbatasan dana untuk pulang dan meghubungi keluarga disana sehingga pasien kesulitan mendapatkan dukungan dan saran-saran dari keluargaya terutama pada saat kehamilan.

Saran

PEMBAHASAN

Asupan nutrisi pasien harus dipertahankan terutama pada masa kehamilan dan pasca melahirkan agar tidak terjadi gangguan baik kondisi ibu dan bayi. Gangguan nutrisi dapat mengakibatkan gangguan dari perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan. Pasien harus menjaga kebersihan dilingkungan serta kebersihan pada daerah kewanitaan, ini untuk menghindari adanya bakteri patogen yang masuk ke liang vagina, sehingga menurunkan kejadian infeksi pada kehamilan seperti korioamnionitis. Jika pasien mengalami gejala-gejala persalinan seperti, adanya nyeri perut seperti saat haid, keluarnya cairan kental yang bercampur darah dari vagina. Atau terdapat gejala gawat janin seperti, gerak bayi yang menurun, keluarnya cairan berwarna kehijauan dan berbau, segera bawa pasien ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki tenaga medis persalinan.

PEMBAHASAN
Pihak suami sebaiknya lebih memberikan perhatian kepada istri terutama pada saat kehamilan agar pasien lebih tenang dan beban pikirannya berkurang. Memberikan konseling kepada keluarga dimana anak laki laki maupun perempuan sama saja sehingga tidak perlu dikejar adanya anak laki laki. Jika kedepannya pasien hamil lagi maka sebaiknya kontrol kehamilan dilakukan secara lebih teratur untuk mengetahui karena jika adanya hipertensi pada kehamilan dapat dicegah dengan penanganan antenatal yang baik.

Anda mungkin juga menyukai