Anda di halaman 1dari 25

Dr pembimbing: Dr imelda SpKJ Penyusun: Agus

Kataphobia berasal dari istilah Yunani phobos yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini dipakai sejak zaman Hippocrates.
fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena yang tidak masuk akal dan dapat mengganggu keadaan penderitanya

Fobia khusus yaitu ketakutan irasional terhadap obyek atau situasi tertentu yang sangat mengganggu fungsi fungsi kehidupan sehari-hari.
Fobia sosial yaitu ketakutan dan perilaku menghindar yang ekstrim, menetap, dan irasional terhadap situasisituasi sosial atau yang melibatkan fermorma. Fobia sosial lebih dari sekedar sikap pemalu yang berlebihan.

Agoraphobia yaitu sebagai kecemasan atau ketakutan yang terjadi dikarenakan kesulitan untuk melarikan diri dari situasi yang sulit, ataupun ketakutan dikarenakan tidak adanya bantuan dalam situasi panik. Dimana kriteria penting dari agoraphobia itu sendiri adalah penghindaran terhadap situasi.

1. Faktor Biologi

Sistem neurotransmiter utama yang terlibat adalah neuroepinefrin, serotonin, dan gamma amino butyric acid (GABA). Keseluruhan data biologis telah menyebabkan suatu perhatian kepada batang otak (khususnya neuron noradrenergik di lokus sereleus dan neuron seretonergik di nucleus raphe medialis), system limbic (kemungkinan bertanggung jawab untuk terjadinya kecemasan yang terjadi lebih dahulu (anticipatory anxiety) dan korteks prafrontalis (kemungkinan bertanggung jawab untuk terjadinya penghindaran fobik)

2.Faktor genetik
Agorafobia diperkirakan dipicu oleh gangguan panik. Data penelitian menyimpulkan bahwa gangguan ini memiliki komponen genetik yang jelas, juga menyatakan bahwa gangguan panik dengan agorafobia adalah bentuk parah dari gangguan panik dan lebih mungkin diturunkan. Beberapa penelitian menemukan bahwa adanya peningkatan resiko gangguan panik empat hingga delapan kali lipat pada sanak keluarga derajat pertama pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya

3. Faktor Psikososial
Fobia menggambarkan interaksi antara diatesis genetika-konstitusional dan stressor lingkungan. Penelitian menyimpulkan bahwa anak-anak tertentu yang ada predisposisi konstitusional terhadap fobia memiliki temperamen inhibisi perilaku terhadap yang tak dikenal dengan stres lingkungan yang kronis akan mencetuskan timbulnya fobia, misalnya perpisahan dengan orang tua, kekerasan dalam rumah tangga dapat mengaktivasi diathesis laten pada anak-anak yang kemudian akan menjadi gejala yang nyata

1.Fobia Sosial

Ketakutan berat terhadap sebuah situasi sosial atau situasi yang terkait berhubungan dengan performa, yang membuat individu harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak dikenalnya atau menghadapi kemungkinan diamati orang lain, takut bahwa dirinya akan dipermalukan atau dihina.

Keterpaparan pada situasi sosial hampir selalu membangkitkan kecemasan, kadang-kadang dalam bentuk serangan panik.

Kesadaran bahwa ketakutan itu berlebihan dan tidak masuk akal. Situasi sosial atau peforma yang ditakuti dihindari atau dijalani dengan anxietas atau distres yang intens. Perilaku menghindar, antisipasi yang penuh kecemasan, atau distress secara signifikan mengganggu kehidupan dan kemampuan untuk berungsi secara hebat.

2.Agorafobia

Ketakutan yang berlebihan dan terus-menerus pada individu karena suatu obyek atau situasi tertentu. Perasaan cemas, takut atau panik terjadi setelah individu menghadapi obyek atau situasi yang ditakutinya.

Individu cenderung menghindari objek atau situasi yang ditakuti atau jika tidak menghindarinya maka individu tersebut akan mengalami ketidaknyamanan. Ketakutan individu, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan distress yang signfikan. Pada anak-anak berusia dibawah 18 tahun, setidaknya butuh waktu 6 bulan untuk mendiagnosa bahwa dia mengalami fobia khusus.

3. Fobia Khusus

Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tanpa alasan, ditunjukan dengan keberadaan atau antisipasi suatu objek yang spesifik atau situasi tertentu. Paparan terhadap stimulus fobik hampir selalu memprovokasi respon kecemasan yang segera dalam bentuk serangan panik situasional atau dipreposisikan oleh situasi.

Individu dapat menyadari bahwa ketakutannya adalah berlebihan dan tidak beralasan.

Situasi fobik dihindari, atau dijalani dengan kecemasan atau distress yang kuat.

Terapi

berbicara

Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia. Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah: Konseling: konselor biasanya akan mendengarkan permasalahan seseorang, seperti ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya fobia. Setelah itu konselor akan memberikan cara untuk mengatasinya.

Psikoterapi: seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara mendalam untuk menemukan penyebabnya dan memberi saran bagaimana cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT): yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif untuk melawan fobia.

Terapi pemaparan diri (Desensitisation).

Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan melibatkan objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku.

Menggunakan obat-obatan. Terdapat 3 jenis obat yang direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan, yaitu:

Antidepresan: obat ini sering diresepkan untuk mengurangi rasa cemas, penggunaannya dizinkan untuk mengatasi fobia yang berhubungan dengan sosial (social phobia).

Obat penenang: biasanya menggunakan obat yang mengandung turunan benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan yang parah, tapi dosis yang digunakan harus serendah mungkin dan penggunaannya sesingkat mungkin yaitu maksimal 4 minggu. Ini dikarenakan obat tersebut berhubungan efek ketergantungan.

Beta-blocker : obat ini biasanya digunakan untuk mengobati masalah yang berhubungan dengan kardiovaskular, seperti masalah jantung dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Karena berguna untuk mengurangi kecemasan yang disertai detak jantung tak beraturan

Fobia Khusus Berbagai macam ketakutan khas terjadi pada manusia, namun hanya sedikit sekali yang mengalami fobia khusus yang memenuhi kriteria fobia. Tetapi, untuk sekitar 11% dari populasi, ketakutan mereka cukup kuat untuk dapat diklasifikasikan sebagai gangguan dan layak mendapat label fobia. Dan jumlahnya cenderung semakin meningkat pada generasi muda.

Fobia Sosial

Permulaan fobia sosial umumnya terjadi di masa kecil atau remaja (Beidel & Turner, 2005); prevalensi gangguan yang tinggi di kedua sampel klinis dan komunitas, mulai dari 2% hingga 20% pada orang dewasa (Kessler, Berglund, Demier, Jin , Merikangas, & Walter, 2005) dan dari 4% sampai 10% dalam sampel komunitas anak-anak dan remaja (Olivares ,2005; Wittchen, Stein, & Kessler, 1999), yang merupakan salah satu dari tiga gangguan yang paling sering didiagnosis dalam periode kehidupan (Beidel &Turner, 2005).

Selain itu Sebanyak 13,3% dari seluruh populasi pernah mengalami fobia sosial suatu saat dalam hidupnya. Ini menjadikan fobia sosial sebagai gangguan psikologis yang menonjol, yang menimpa lebih dari 35 juta orang di AS saja.

Agoraphobia Gangguan panik dengan atau tanpa agora fobia cukup lazim dijumpai. Kira-kira 3,5% dari populasi suatu saat pernah memenuhi kriteria gangguan panik ; dua pertiganya adalah perempuan dan 5,3% memenuhi kriteria untuk agorabobia.

Setiap periode 6 bulan, telah terdiagnosis agorafobia pada 3,8% wanita dan 1,8% pria. Penyakit ini paling sering muncul pada awal usia 20 tahun, jarang terjadi diatas usia 40 tahun.

Prognosis Belum banyak diketahui tentang prognosis agorafobia, namun kecenderungannya adalah menjadi kronis dan dapat terjadi kormobiditas dengan gangguan lain seperti depresi, penyalahgunaan alcohol dan obat bila tidak mendapat terapi. Menurut National Institute of Mental Health, 30% hingga 40% akan bebas dari gejala untuk waktu yang lama dan 50% masih ada gejala ringan yang secara bermakna tidak mengganggu kehidupan seharihari. Hanya 10% hingga 20% yang tidak membaik.

Gangguan fobik mungkin disertai dengan lebih banyak morbiditas dibandingkan yang diketahui sebelumnya. Tergantung pada derajat mana perilaku fobik mengganggu kemammpuan seseorang untuk berfungsi, pasien yang terkena mungkin memiliki ketergantungan finansial pada orang lain serta timbulnya berbagai gangguan dalam kehidupan sosial, pekerjaan, dan akademik.

Anda mungkin juga menyukai