Anda di halaman 1dari 13

Filsafat Komunikasi Arneson

Zainul Maarif, Lc., M.Hum.

Periode Sejarah dan Komunikasi


Deniin K. Mumby mengatakan periode sejarah membubuhkan asumsi yang beragam tentang komunikasi, identitas dan pengetahuan. (Mumby, 1997: 1). Sekarang adalah periode posmodern. Apa asumsi periode posmodern tentang komunikasi?

Zaman Posmodern dan Komunikasi


Calvin O. Schrag mengatakan salah satu konsekuensi penting posmodernitas adalah pengakuan pada keragaman bentuk wacana dan dan praktek kehidupan bermasyarakat. (Scharg, 1998: xi) Gary Brent Madison mengatakan bahasa adalah modus utama keberadaaan kita di dunia saat ini (Madison, 2001: 71) Karena posmodern membuncahkan ragam wacana dan memposisikan bahasa sebagai persoalan utama, maka komunikasi yang berporos pada bahasa dan wacana menduduki posisi sentral dalam era posmodern.

Komunikasi dan Pendidikan


Seiring dengan sentralitas komunikasi di era posmodern, komunikator harus waspada dan berhati-hati dalam berkomunikasi. Dengan kata lain, komunikator di era posmodern perlu kemampuan berkomunikasi dengan baik. Karena itu belajar berkomunikasi dengan baik merupakan kebutuhan riil manusia di era posmodern. (Arneson, 2007: 3)

Paideia
Di Peradaban Yunani dan Romawi kuno, komunikasi menempati posisi penting dalam sistem pendidikan, karena posisinya sebagai bagian integral dalam paideia. Paideia adalah seni berpikir (reasoning art) yang terdiri dari filsafat, puitika, dan retorika. Oleh Socrates, paideia merupakan kurikulum utama pendidikan. Dalam paideia, theoria-praxis-poiesis diajarkan. (Arneson, 2007: 5)

Theoria
Theoria (teori) mencakup persoalan tentang wujud (metafisika), pengetahuan (epistemologi) dan nilai kebaikan/keindahan (aksiologi/etika/estetika). Theoria mempertontonkan sebentuk pengetahuan yang disebut episteme. Episteme adalah kebenaran yang seharusnya. Ia merupakan kebijaksaan (sophia) yang berseberarangan dengan opini (doxa). Theoria berkonsentarasi dengan pengetahuan umum dan pemikiran. (Arneson, 2007: 5)

Praxis
Praxis (praktek) adalah tindakan yang digerakkan oleh pikiran. Praxis mempertontonkan sebentuk pengetahuan yang disebut phronesis. Phronesis adalah model pemikiran yang fokus pada proses, tindakan, dan perkembangan. Praxis adalah aplikasi theoria. Di mana praktek tanpa teori itu buta, dan teori tanpa praktek kosong. Praxis adalah sarana kita terlibat di dunia dan dengan orang lain, dan terkait erat dengan komunikasi. (Arneson, 2007: 6)

Poiesis
Poiesis adalah produksi yang terkait dengan teknik (techne). Teknik adalah objek yang tarikan dan dorongan dari teori dan praktek, episteme dan phronesis. Menurut Lanore Langsdorf, inti proses komunikasi adalah poiesis/techne. Sebagaimana poiesis, komunikasi merupakan hasil dari teori dan praktek yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. (Langsdorf, 2002:207-208)

Era Posmodern dan Paideia


Era posmodern kembali menghidupkan paideia, sambil menyatukan teori, praktek dan poeisis. Di era posmodern ini, komunikasi dan retorika disatukan lagi dengan filsafat. Era posmodern menghidupkan kembali tradisi (pra) Socrates, yang sempat diubah oleh Plato dan Aristotle dan era modern yang memisahkan retorika, puitika (dialektika) dan filsafat. Karena komunikasi telah menyatu dengan filsafat, maka pembahasan tentang filsafat komunikasi menjadi relevan. (Arneson, 2007: 7)

Filsafat Komunikasi (1)


Filsafat Komunikasi menginvestigasi pemikiran filosofis tentang bagaimana manusia disituasikan di kehidupan dunia ini secara komunikatif. Filsafat komunikasi mempelajari ide-ide yang digunakan untuk menganalisis, mendeskripsikan dan menginterpretasikan komunikasi sebagai pengalaman hidup. (Arneson, 2007: 7)

Filsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi menguji dan mempertanyakan kodrat dan fungsi komunikasi manusia, di mana komunikasi adalah sarana manusia untuk berhubungan dengan dunia sosial, orang lain dan dirinya sendiri. Filsafat komunikasi dapat membantu kita meningkatkan pemahaman bagaimana manusia membentuk masyarakat dan isu-isu sosial di masyarakat. Filsafat komunikasi sebagai paideia (seni berpikir) memungkinkan kita untuk berinovasi dalam memahami komunikasi, guna bernegosiasi dengan dunia posmodern. (Arneson, 2007: 8)

Filsafat Komunikasi
Filsafat komunikasi memiliki kekuatan untuk mengubah orientasi manusia tentang dunia, karena pemahaman filosofis memungkinkan komunikator untuk mengintrogasi pengalaman dan mengkaitkannya dengan berbagai hal secara terbuka. Filsafat komunikasi dengan demikian dapat memperkaya dan memperbaiki pemahaman dalam berinteraksi, berkomunikasi, dan bertindak. Filsafat komunikasi membuka diri pada beragam kemungkinan, dan memberi makna-makna baru. (Arneson, 2007: 10)

Referensi
Arneson, Pat (2007), Perpectives on Philosophy of Communication, West Lafayette, IN : Purdue University Press. Langsdorf, Lenore, (2002), In Defense of Poiesis: The Performance of Self in Communicative Praxis, Calvin O. Schrag and the Task of Philosophy after Postmodernity, ed. Martin Beck Matustik and William L. McBridge, Evanston, IL: Northwestern University Press. Madison, Gary Brent, (2001), The Politic of Postmodernity: Essays in Applied Hermeneutics, Dordrech: Kluwer Academic Publishers. Mumby, Dennis K. (1997) Modernism, Postmodernism and Communication Studies: A Rereading of an Ongoing Debate, Communication Theory 7 (1997). Schrag, Calvin O. (1998), Foreword dalam Ramsey Eric Ramsey, The Long Path to Nearness: A Contribution to a Corporeal Philosophy of Communication and the Groundwork for an Ethics of Relief, Amhers, NY: Humanity Books.

Anda mungkin juga menyukai