Anda di halaman 1dari 48

Bakteri pada sistem kardiovaskuler dan limfa

Anindita Ratnawati Aditya (0906531172) Henny Puspita Siagian (0906531443) Sheila Noor Aisyah (0906531840) Zakiah Khairiati Lubis (0906531903)

Yersinia pestis
Yersinia pestis adalah bakteri penyebab penyakit pes/plague. Pes merupakan salah satu penyakit yang hebat dan sangat menular dengan angka kematian yang tinggi yang ditularkan lewat tikus (yang digigit pinjal yang terinfeksi). Ada 2 jenis penyakit pes : Pes kelenjar (bubonic plague) yang terjadi akibat gigitan binatang pengerat yang terinfeksi, Pes paru-paru terjadi akibat penularan dari manusia ke manusia lain melalui tetesan ludah yang terhirup oleh udara pernafasan. Pengobatan diberikan streptomycin dan pencegahannya antara lain mengkaratinakan penderita, pemberian tetracycline profilaksis pada orang yang akan berdekatan dengan penderita.

Yersinia pestis

Gambaran umum
Pes menyebabkan penyakit pada binatang pengerat liar terutama tikus (yang ditularkan oleh pinjal/kutu), pes merupakan salah satu penyakit yang hebat dan sangat menular dengan angka kematian yang tinggi.

Identifikasi dan Morfologi


Y. pestis adalah bakteri batang gram negative yang terlihat mencolok dengan pewarnaan Wayson. Organisme ini tidak motil dan tumbuh sebagai anaerob fakultatif di beberapa media bakteriologi. Pertumbuhan lebih cepat bila berada pada media yang mengandung darah atau cairan jaringan dalam suhu 300C. Pada kultur darah dimana suhunya 370C, koloninya akan semakain mengecil dalam waktu 24 jam. Inokulum virulen yang diturunkan dari jaringan yang terinfeksi menghasilkan koloni yang berwarna abu-abu dan kental, namun bila dipindahkan dalam media laboratorium koloni tersebut berubah menjai irregular dan kasar. Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria, bagian: gamma proteobacteria Ordo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriacheae Genus : Yersinia Spesies : Yersinia pestis

Gejala Klinik
Sesudah digigit pinjal, kuman akan bermigrasi ke kelenjar getah bening setempat, memasuki aliran darah, lalu berkembang biak pada limpa, hati dan paru-paru. Tiba-tiba timbul demam, konyungtivitas dan pembengkakan kelenjar getah bening setempat (bubo), ketiga gejala ini adalah ciri khas gejala dini penyakit. Setelah itu timbul rasa lesu, mual, nyeri pada tungkai dan punggung lalu terjadi kolaps vaskuler dengan cepat disertai koagulasi intravaskuler yang menyebar dan perdarahan dibawah kulit di seluruh tubuh (pes hitam atau black plague) yang merupakan gejala khas penyakit ini. Pes kelenjar (bubonic plague) yang terjadi akibat gigitan binatang pengerat yang terinfeksi, penderita meninggal dalam 3 sampai 5 hari. Pes paru-paru terjadi akibat penularan dari manusia ke manusia lain melalui tetesan ludah yang terhirup oleh udara pernafasan, penderita meninggal dalam waktu 2 hari. Yersinia pestis berkembang biak secara intraseluler pada monosit dan hal ini dapat dilihat pada smear darah juga berkembang biak di luar sel. Paling sedikit ada 5 jenis antigen yang menjadi dasar sifat virulensi.

Penderita infeksi Bubonic Plague

Pinjal yang terinfeksi Yersinia pestis

Pengobatan
Perlu segera diberikan streptomycin intravena karena penyakit segera berkembangbiak sangat cepat (infeksi paru-paru tidak dapat diobati lagi 12 sampai 15 jam setelah gejala). Obat alternatifnya adalah Tetracycline yang dikombinasi dengan streptomycin. Pes kelenjar yang tidak diobati akan fatal pada 50% sampai 75% kasus, sedang pes paru-paru fatal jika tidak diobati segera. Lalu karatinakan penderita.

Pencegahan
Berikan tetracycline profilaksis pada orang yang akan berdekatan dengan penderita dalam 7 hari terakhir. Dalam 90% kasus pes di dunia terdapat di asia Tenggara, hanya sedikit kasus sampar/pes kelenjar terdapat di Amerika serikat bagian barat daya. Vaksin hanya efektif terhadap pes kelenjar, terjadi kekebalan dalam jangka pendek, berikan vaksin ini pada pelancong yang akan pergi ke daerah endemik dan pada orang yang memiliki resiko tinggi terinfeksi (vaksin formalin-killed). Mengisolasi pasien yang dicurigai terinfeksi pes/plague dan memberantas hewan-hewan yang terinfeksi plague agar tidak menularkan penyakit pada manusia.

Rickettsia
Gambaran Umum Rickettsia adalah genus bakteri gram-negatif. Rickettsia bersifat parasit intraselular obligat, dan dapat menyebabkan penyakit Rickettsia. Metode perkembangan Rickettsia dalam embrio ayam ditemukan oleh Ernest William Goodpasture dan koleganya di Universitas Vanderbilt pada tahun 1930-an. Penyemprotan insektisida DDT ke tubuh prajurit untuk membunuharthropoda pembawa penyakit Rickettsia. Penyakit Rickettsia atau tifus adalah berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri familia Rickettsiae.Penyakit ini disebarkan oleh arthropoda, khususnya kutu, tungau, dan caplak.Tiga jenis typhus utama adalah tifus epidemik, tifus endemik, dan tifus belukar.Jenis lain tifus yang juga sering ditemukan adalah penyakit Brill-Zinsser, yang merupakan tifus epidemik yang muncul kembali setelah bertahun-tahun sembuh.Tifus epidemik dan penyakit Brill-Zinsser disebabkan oleh bakteri Rickettsia prowazekii.Tifus epidemik disebarkan oleh kutu badan.Tifus endemik disebabkan oleh bakteri Rickettsia typhi, yang disebarkan oleh kutu.Tifus belukar disebabkan oleh bakteri Rickettsia tsutsugamushi (dahulu bernama Orientia tsutsugamushi), dan disebarkan oleh tungau dan caplak.Jenis tifus lainnya antara lain demam berbintik gunung Rocky, Rickettsialpox, demam Boutonneuse, tifus caplak Siberia, tifus caplak Australia, dan demam berbintik Oriental.

klasifikasi
Filum:Proteobacteria Kelas:Alpha Proteobacteria Ordo:Rickettsiales Famili:Rickettsiaceae Genus:Rickettsia

PENULARAN
Rickettsiosis ditularkan lewat gigitan serangga pada kulit, hanya pada Q fever yang ditularkan lewat udara ( air borne ), sehingga pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan kulit. Beberapa jenis mamalia dan arthropoda merupakan hospes alam untuk Rickettsia, bahkan arthropoda dapat bertindak sebagai vektor dan reservoir. Infeksi pada manusia hanya bersifat insidentil, kecuali pada tifus epidemik yang vektor utamanya kutu manusia juga, yaitu Pediculus vestimenti. Penyakit demam semak (scrub tiphus) dapat dijumpai di pelbagai tempat di Indonesia. Larva tungau trombiculid merupakan vektor utama pada penyakit demam semak, sedangkan tikus rumah atau tikus ladang bertindak sebagai reservoirnya.

Gambar arthropoda

diagnosa
Darah diinokulasikan pada marmot, tikus atau telur bertunas. Pada marmot jantan akan dijumpai gejala-gejala yang khas yaitu berupa demam, pembengkakan pada skrotum, nekrosis, pendarahan, dan akhirnya binatang tersebut mati. Jika darah penderita baru diambil setelah minggu pertama sakit, maka inokulasi harus dikerjakan dengan bahan gerusan bekuan darah yang sedapat mungkin tidak mengandung serum, karena di dalam serum sudah terdapat antibodi yang dapat mengurangi infektivitas kuman. Isolasi primer dalam kantong kuning telur bertunas hasilnya kurang memuaskan. Pada tikus percobaan, kuman dapat ditemukan dalam eksudat peritonium. Biopsi kulit penderita yang dikerjakan diantara hari keempat dan kedelapan setelah sakit, akan menunjukkan adanya Rickettsia jika dilakukan pemeriksaan imunofluorosensi. Selain itu serum pada penderita dapat diperiksa secara serologik dengan reaksi Weil-Felix, imunofluorosensi atau komplemen fiksasi. Dua reaksi yang terakhir selalu positif pada semua jenis rickettsiosis.

PENGOBATAN
Tetrasiklin dan kloramfenikol merupakan obat pilihan. Sulfomida merupakan kontraindikasi. Untuk mencegah relaps, pengobatan tetap diteruskan selama 3-5 hari setelah suhu penderita normal. Antibiotika menekan pertumbuhan kuman. Penyembuhan tergantung kepada mekanisme kekebalan penderita yang pada umumnya memerlukan waktu dua minggu untuk dapat mencapai suatu tingkat yang mampu menekan kuman. Jika pengobatan dimulai ketika hari keenam sakit, maka imunitasnya akan berkembang seperti dalam keadaan tanpa pengobatan dan tidak terjadi relaps. Sebaliknya jika antibiotika diberikan pada awal dari penyakitnya dan hanya diberikan pada jangka pendek, maka mekanisme kekebalannya kurang cukup mendapat rangsangan, sehingga dapat menjadi relaps. Relaps dapat dicegah dengan memberikan pengobatan yang cukup efektif selama lebih dari 10 hari.

PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan memutuskan rantai infeksi, menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri, dan imunisasi atau pemberian antibiotik. Pemutusan rantai infeksi Rantai infeksi dapat diputus dengan membasmi tuma dengan insektisida. Menjaga kebersihan Menjaga kebersihan baik dari lingkungan maupun diri sendiri, misalnya jangan membiarkan banyak pakaian kotor yang tergantung di kamar karena dapat dijadikan sarang tuma, lalu menggunakan obat gosok untuk mencegah gigitan arthopoda Imunisasi Imunisasi aktif dilakukan dengan menyuntikkan antigen yang dibuat dari kantong kuning telur embrio ayam yang terinfeksi/ dari biakan sel yang diolah dengan formalin. Pada umumnya rickettsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan dan pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.

Bacillus anthracis
Bacillus anthracis meupakan bakteri pathogen penyebab penyakit anthraks. Penyakit ini biasanya menyerang hewan ternak maupun manusia yang kontak dengan hewan yang sudah terinfeksi. Bacillus anthracis merupakan bakteri berbentuk batang, berukuran 1,6 m, tidak mempunyai alat gerak atau motil, merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob. Bacillus anthracis memiliki dua tahap dalam siklus hidupnya yaitu fase vegetatif dan spora. Dalam mempertahankan siklus hidupnya Bacillus anthracis membentuk dua sistem pertahanan yaitu spora dan kapsul. Dalam menginfeksi sel inangnya spora anthrax mengeluarkan 2 racun yaitu, edema toxin dan lethal toxin. Penyebaran spora anthrax dapat melalui kontak langsung/melalui kulit, melalui saluran pernpasan, dan melalui per oral atau saluran pencernaan, hal ini dapat menyebabkan macam-macam penyakit anthrax,seperti anthrax kulit, anthrax saluran pernapasan, anthrax saluran pencernaan dan dapat sampai ke otak yang disebut anthrax otak/meningitis. Penyakit antharax yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dapat dicegah dengan vaksin anthrax dan dapat diobati dengan berbagai macam antibiotika.

Morfologi dan klasifikasi


Ciri-ciri : Berbentuk batang lurus Ukuran 1,6m Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob Bersifat Patogen Tidak tahan terhadap suhu tinggi Mempunyai kemampuan membentuk spora Tidak mempunyai alat gerak (motil) Berkapsul dan tahan asam Dinding sel bakteri merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N-asetilglukosamin dan D-galaktosa eksotoksin kompleks yang terdiri atas Protective Ag (PA), Lethal Factor (LF), dan Edema Factor (EF) Klasifikasi Kingdom : Bacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales Famili : Bacillaceae Genus : Bacillus Spesies : Bacillus anthracis

Siklus hidup
Siklus hidup anthrax terdiri atas dua fase, yaitu fase vegetatif dan fase spora.
Fase Vegetatif

Berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 mikrometer, lebar 1-1,5 mikrometer. Jika spora antraks memasuki tubuh inang (manusia atau hewan memamah biak) atau keadaan lingkungan yang memungkinkan spora segera berubah menjadi bentuk vegetatif, kemudian memasuki fase berkembang biak. Sebelum inangnya mati, sejumlah besar bentuk vegetatif bakteri antraks memenuhi darah. Bentuk vegetatif biasa keluar dari dalam tubuh melalui pendarahan di hidung, mulut, anus, atau pendarahan lainnya. Ketika inangnya mati dan oksigen tidak tersedia lagi di darah bentuk vegetatif itu memasuki fase tertidur (dorman/tidak aktif). Jika kemudian dalam fase tertidur itu berkontak dengan oksigen di udara bebas, bakteri antraks membentuk spora (prosesnya disebut sporulasi). Bentuk vegetatif juga dapat terbawa oleh nyamuk atau serangga pengisap darah yang menggigit korban yang berada pada fase akhir. Bisa juga terbawa serangga yang memakan bangkai korban. Serangga ini kemudian dapat menularkan bakteri itu ke inang lainnya, hingga menyebabkan antraks kulit. Fase Spora Berbentuk seperti bola golf, berukuran 1-1,5 mikrometer. Selama fase ini bakteri dalam keadaan tidak aktif (dorman), menunggu hingga dapat berubah kembali menjadi bentuk vegetatif dan memasuki inangnya. Hal ini dapat terjadi karena daya tahan spora antraks yang tinggi untuk melewati kondisi tak ramah--termasuk panas, radiasi ultraviolet dan ionisasi, tekanan tinggi, dan sterilisasi dengan senyawa kimia. Hal itu terjadi ketika spora menempel pada kulit inang yang terluka, termakan, atau--karena ukurannya yang sangat kecil--terhirup. Begitu spora antraks memasuki tubuh inang, spora itu berubah ke bentuk vegetatif.

Patogenitas antraks
Pada hewan, yang menjadi tempat masuknya kuman adalah mulut dan saluran cerna. Adapun pada manusia, masuknya spora lewat kulit yang luka (antraks kulit), membran mukosa (antraks gastrointestinal), atau lewat inhalasi ke paru-paru (antraks pernafasan). Spora tumbuh pada jaringan tempat masuknya mengakibatkan edema gelatinosa dan kongesti. Basil menyebar melalui saluran getah bening ke dalam aliran darah, kemudian menuju ke jaringan, terjadilah sepsis yang dapat berakibat kematian. Pada antraks inhalasi, spora Bacillus anthracis dari debu wol, rambut atau kulit terhirup, terfagosit di paru-paru, kemudian menuju ke limfe mediastinum dimana terjadi germinasi, diikuti dengan produksi toksin dan menimbulkan mediastinum haemorrhagic dan sepsis yang berakibat fatal.

Mekanisme infeksi
Sel masuk ke dalam tubuh dalam bentuk spora, spora kemudian diserang oleh sistem kekebalan tubuh, dalam sistem kekebalan tubuh, spora aktif dan mulai berkembang biak dan menghasilkan dua buah racun, yaitu : Edema Toxin meupakan racun yang menyebabkan makrofag tidak dapat melakukan fagositosis pada bakteri dan Lethal Toxin merupakan racun yang memaksa makrofag mensekresikan TNF-alpha dan interleukin-1-beta yang menyebabkan septic shock dan akhirnya kematian, selain itu racun ini dapat menyebabkan bocornya pembuluh darah. Racun yang dihasilkan oleh Bacillus anthracis mengandung 3 macam protein, yaitu : antigen pelindung, faktor edema, dan faktor mematikan. Racun memasuki sel tubuh saat antigen pelindung berikatan dengan faktor edema dan faktor mematikan membentuk kompleks, kompleks lalu berikatan dengan reseptor dan diendositosis. Di dalam sel faktor edema dan faktor mematikan lepas dari endositosis.

Penyakit yang ditimbulkan


Penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus anthracis yaitu anthraks kulit, anthraks saluran pencernaan, anthraks saluran pernapasan, dan dapat sampai ke otak yang disebut anthraks otak atau meningitis. Anthraks kulit terjadi karena disebabkan infeksi pada kulit sehingga spora Bacillus anthracis dapat masuk melalui kulit. Anthraks saluran pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus anthracis yang tebawa oleh makanan yang telah terinfeksi dan sampai ke saluran pencernaan. Anthraks saluran pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus anthracis yang terhirup.

penyebaran
Hampir semua hewan berdarah panas bisa terkena penyakit antraks. Di Indonesia, penyakit ini sering dijumpai pada kerbau, sapi, kambing, domba, kuda, dan babi. Dari segi epidemiologi bacillus anthracis ini menyukai tanah berkapur dan tanah yang bersifat basa (alkalis). Umumnya antraks menyerang hewan pada musim kering (kemarau), dimana rumput sangat langka, sehingga sering terjadi pada ternak (terutama kuda) tertular lewat makan rumput yang tercabut sampai akarnya. Lewat akar rumput inilah bisa terbawa pula spora dari antraks.

Penularan penyakit
Anthrax merupakan penyakit zoonis yang menyerang sapi, domba, kuda, dan lain-lain bahkan dapat menyerang manusia. Pada umumnya ada 3 cara penularan penyakit anthrax ke manusia, yaitu :
Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah/rumput, hewan yang sakit, maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging, tulang dan darah. Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan (domba dll) pada waktu mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui pernapasan bila seseorang menghirup spora Antraks. Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti dendeng, abon dll.

Gejala
Anthrax Kulit Biasanya terjadi pada permukaan lengan atau tangan sering diikuti pada wajah dan leher. Papul pruritik timbul 1-7 hari setelah masuknya organisme atau spora lewat luka. Pada awalnya menyerupai gigitan serangga. Papul dengan cepat berkembang menjadi vesikel, kemudian pastul, dan akhirnya menjadi ulkus nekrotik. Khas lesi berdiameter 1-3 cm dan memiliki eschar hitam di tengah. Kemudian timbul edema, limfangitis, limfadenopati dan gejala sistemik. Setelah 7-10 hari, eschar berkembang penuh, menjadi kering, lusen dan terpecah-pecah.

Anthrax Saluran Pencernaan o Gejala awal rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan dan suhu tubuh meningkat o Konstipasi diikuti diarhe akut berdarah o Hematemesis o Toxemia o Shock dan meninggal biasanya kurang dari 2 hari. Anthrax Saluran Pernapasan o sangat jarang terjadi biasanya akibat dari perluasan antraks tipe kulit atau karena menghirup udara yang mengandung spora antraks o gejala awal ringan dan spesifik o dimulai dengan lemah, lesu, subfebril, batuk non produktif (seperti tanda-tanda bronchitis) o kemudian mendadak dispnoe, sianosis, stridor dan gangguan respirasi berat o shock, meninggal biasanya dalam waktu 24 jam

Pengobatan
Jenis Obat

Untuk mencegah penyakit anthrax dapt digunakan vaksin anthrax. Anthrax dapat diobati dengan menggunakan antibiotik, seperti : amoxicillin, Vanomycin, Ciprofloxacin, Doxicyline, Eritromycin, Penicillin, Tetracycline, Streptomycine,Chloramphenicol Cara Penggunaan Anthrax kulit : Procaine penicilline 2 x 1,2 juta IU diberikan secara intramuskuler (im) selama 5-7 hari. Atau dengan Benzyl penicilline 250.000 IU secara im setiap 6 jam. Anthrax Saluran Pencernaan : Tetracycline 1 gram per hari Anthrax Saluran Pernapasan : Penicilline G 18-24 juta IU per hari IVFD, ditambah dengan Streptomycine 1-2 gram. Selain antibiotika perlu diberikan juga obat-obat symtomatis lain. Perlu diperhatikan mengingat pilihan obat untuk Antraks adalah penicilline, sehingga sebelum diberikan harus dilakukan skin test terlebih dahulu. Bila penderita/tersangka hypersensitif terhadap penicilline dapat diberikan tetracycline, chloramphenicol atau erytromycine.

Borrelia burgdorferi
Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Prokaryotae Filum: Spirochaetes Kelas: Spirochaetes Order: Spirochaetales Genus: Borrelia Spesies: B. burgdorferi Nama binomial Borrelia burgdorferi

spesies bakteri Gram negatif dominan di Amerika Utara, tetapi juga ada di Eropa agen penyakit Lyme adalah salah satu dari beberapa bakteri patogen yang dapat bertahan hidup tanpa besi, setelah diganti semua enzim besi-belerang yang cluster dengan enzim yang menggunakan mangan, sehingga menghindari masalah banyak bakteri patogen hadapi dalam memperoleh besi burgdorferi Borrelia dapat menyebar ke seluruh tubuh selama penyakit dan telah ditemukan di kulit, jantung, sendi, sistem saraf perifer, dan sistem saraf pusat

B. burgdorferi disuntikkan ke dalam kulit oleh gigitan kutu Ixodes terinfeksi. Kutu air liur, yang menyertai spirochete ke dalam kulit selama proses menyusui, mengandung zat yang mengganggu respon imun di tempat gigitan. ini menyediakan perlindungan lingkungan di mana spirochete dapat membentuk infeksi. The spirochetes berkembang biak dan bermigrasi ke luar dalam dermis. Host respon inflamasi terhadap bakteri di kulit menyebabkan lesi karakteristik melingkar EM Namun neutrofil, yang diperlukan untuk menghilangkan spirochetes dari kulit, gagal muncul dalam lesi EM berkembang. Hal ini memungkinkan bakteri untuk bertahan hidup dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh Dalam otak B. burgdorferi dapat menyebabkan astrocytes untuk menjalani astrogliosis (proliferasi diikuti oleh apoptosis), yang dapat berkontribusi untuk neurodysfunction Sebuah hipotesis berkembang adalah bahwa sekresi hormon stres kronis akibat infeksi Borrelia dapat mengurangi efek neurotransmiter, atau reseptor lain di otak oleh jalur pro-inflamasi sel-mediated, sehingga mengarah pada dysregulation dari neurohormones, khususnya glukokortikoid dan katekolamin, hormon-hormon stres utama

Penyakit Lyme
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh setidaknya tiga jenis bakteri yang termasuk dalam genus Borrelia adalah penyebab utama penyakit Lyme di Amerika Serikat , sedangkan Borrelia afzelii dan Borrelia garinii menyebabkan kebanyakan kasus Erop Borrelia ditularkan kepada manusia oleh gigitan kutu yang terinfeksi milik beberapa spesies dari genus Ixodes ("kutu keras") gejala awal mungkin berupa demam, sakit kepala, kelelahan, depresi, dan ruam kulit bundar karakteristik disebut eritema Migrans. Waktu tidak diobati, gejala kemudian dapat melibatkan sendi, jantung, dan sistem saraf pusat. Dalam kebanyakan kasus, infeksi dan gejala, dieliminasi dengan antibiotik, terutama jika penyakit diobati dini Lyme diklasifikasikan sebagai penyakit zoonosis, seperti yang ditularkan ke manusia dari reservoir alami antara tikus oleh kutu yang pakan pada kedua set host kutu Hard-bertubuh dari genus Ixodes adalah vektor utama penyakit Lyme Sebagian besar infeksi disebabkan oleh kutu dalam tahap nymphal, karena mereka sangat kecil dan mungkin feed untuk jangka waktu yang lama terdeteksi Kutu yang mengirimkan B. burgdorferi ke manusia juga dapat membawa dan mengirimkan beberapa parasit lainnya seperti Theileria microti dan phagocytophilum Anaplasma, yang menyebabkan penyakit dan anaplasmosis Babesiosis granulocytic manusia (HGA), masing-masing ] Di antara pasien penyakit Lyme awal,. Tergantung pada lokasi mereka, 2-12% juga akan memiliki HGA dan 2-40% akan memiliki Babesiosis Co-gejala infeksi mempersulit Lyme, terutama diagnosis dan pengobatan. Hal ini mungkin bagi kutu untuk membawa dan mengirimkan salah satu co-infeksi dan tidak Borrelia, membuat diagnosis sulit dan sering sukar dipahami.

Pengobatan
Pengobatan Antibiotik merupakan pengobatan utama untuk penyakit Lyme; pengobatan antibiotik yang paling tepat tergantung pada pasien dan tahap penyakit ini [2] antibiotik pilihan adalah doksisiklin (pada dewasa)., Amoksisilin (pada anak-anak), eritromisin (untuk wanita hamil ) dan ceftriaxone, dengan perawatan yang berlangsung 14-28 hari. Alternatif pilihan yang cefuroxime dan cefotaxime.. Pengobatan wanita hamil adalah serupa, tetapi tetrasiklin tidak boleh digunakan. Penyakit Lyme pada pasien hamil tidak dapat diobati dengan antibiotik pilihan pertama, doxycycline , karena berpotensi berbahaya untuk janin. Sebaliknya, eritromisin biasanya diberikan itu kurang efektif melawan penyakit tetapi tidak berbahaya untuk janin. Sebuah plasebo-terkontrol berbagai pusat studi klinis menunjukkan bahwa 3 minggu pengobatan dengan ceftriaxone intravena, diikuti oleh 100 hari pengobatan dengan amoksisilin oral tidak memperbaiki gejala apapun lebih dari hanya 3 minggu pengobatan dengan ceftriaxone. Para peneliti mencatat bahwa hasilnya tidak harus dievaluasi setelah pengobatan antibiotik awal melainkan 6-12 bulan sesudahnya.

Pencegahan

Kutu-kutu yang disebutkan di atas harus dihapus segera, sebagai penghapusan dalam 36 jam bisa menurunkan harga transmisi untuk mendekati nol. Pakaian pelindung termasuk topi dan kemeja lengan panjang dan celana panjang yang terselip di kaus kaki atau sepatu. Pakaian berwarna terang membuat centang lebih mudah terlihat sebelum melekatkan dirinya. Orang harus menggunakan perawatan khusus dalam menangani dan membiarkan hewan peliharaan di luar ruangan dalam rumah karena mereka bisa membawa kutu ke dalam rumah. . Penurunan populasi rusa dapat dari waktu ke waktu membantu mematahkan siklus reproduksi kutu rusa dan kemampuan mereka untuk berkembang di daerah pinggiran dan pedesaan. Suatu pendekatan organik yang tidak biasa untuk mengendalikan kutu dan pencegahan penyakit Lyme adalah melibatkan penggunaan Ayam Guinea peliharaan. Ayam Guinea adalah konsumen rakus serangga dan araknida dan memiliki kesukaan khusus untuk kutu.Menggunakan Localized dari Ayam Guinea peliharaan dapat mengurangi ketergantungan pada metode pengendalian hama-kimia.
Manajemen hewan hospes Lyme dapat dicegah di tingkat regional dengan mengurangi populasi kutu rusa yang bergantung pada keberhasilan reproduksi. Ini telah ditunjukkan dalam komunitas Monhegan, Maine dan Mumford Cove, Connecticut. Ixodes scapularis tergantung pada rusa berekor putih untuk reproduksi sukses. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, disarankan bahwa dengan mengurangi populasi rusa ke tingkat 8 sampai 10 per mil persegi rusa (dari tingkat saat ini 60 atau lebih per mil persegi di daerah negara dengan tingkat tertinggi penyakit Lyme ), jumlah kutu dapat dibawa ke tingkat terlalu rendah untuk menyebarkan penyakit Lyme dan tick-borne lain . Namun, seperti penurunan drastis mungkin tidak praktis di banyak daerah.

Brucella melitensis
Klasifikasi ilmiah Kingdom : Bakteri Filum : Bakteri Kelas : Bakteri Alpha Order : Rhizobiales Keluarga : Brucellaceae Genus : Brucella Spesies : B. melitensis

Karakteristik Bakteri gram negatif,kecil,ramping, tidak memiliki flagel maupun kapsul. Nama penyakit: Coccobacillus brucellosis Menyerang domba, sapi, terutama kambing dan bersifat zoonosis Pada hewan menyebabkan sterilisasi, mastitis, epipimitis, dan aborsi. Pada manusia menyebabkan demam malta.

Epidemiologi Kuman Brucella tersebar di seluruh dunia terutama di negara mediterania seperti Asia dan Amerika Latin. B. melitensis dapat hidup di dalam tanah yang lembab selama 72 hari, di dalam susu 17 hari dan dalam air laut 25 hari. Berdasarkan hal ini penyebaran kuman pada ternak/manusia mungkin sekali terjadi.

Penularan
Secara langsung: Kontak dengan jaringan terinfeksi oleh dokter hewan, peternak, pemerah susu, dan pekerja laboratorium. Secara tidak langsung : Melalui produk binatang seperti susu, keju dan daging yang kurang matang. Penularan antar manusia jarang sekali terjadi.

Kuman dapat masuk melalui kulit yang rusak, masuk ke saluran limfe dan nodus limfatikus, menyebar ke hati, limfa, sumsum tulang, dan jaringan lainnya. Kuman juga dapat masuk ke dalam darah. Kuman-kuman yang terdapat di dalam sel akan terlindung dari antibodi dan antibiotika. Masa inkubasi penyakit ini paling singkat 3 hari tetapi kadang-kadang mencapai beberapa bulan.

Gejala
Diawali dengan septisemia lalu mengarah ke demam undulant dengan penekanan pada rasa sakit otot, berkeringat (sering kali dengan karakeristik bau jerami basah) dan arthralgia bermigrasi dan mialgia. Juga disertai kelemahan, anemia, sakit kepala, depresi dan rasa sakit otot dan tubuh. Dalam tes darah, ditemukan adanya karakteristik leukopenia dan anemia, beberapa elevasi AST dan ALT dan kepositifan dari Rose Bengal klasik dan reaksi Huddleson. Kompleks ini, setidaknya di Portugal, yang dikenal sebagai demam Malta. Selama episode demam Malta, melitococcemia (kehadiran brucellae dalam darah) biasanya dapat ditemukan melalui kultur darah.

Lamanya penyakit ini bisa bervariasi dari beberapa minggu untuk berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Jika tidak diobati, penyakit ini bisa mengarah ke focalizations atau menjadi kronis. Fokalisasi brucellosis biasanya terjadi di tulang dan sendi dan tulang belakang lumbar spondylodiscitis disertai oleh sacroiliitis sebagai karakteristik utamanya. Orkitis juga sering pada pria.

Diagnosis
Isolasi organisme patogen dari darah atau kultur biopsi dan harus diinkubasi 4-6 minggu. Kultur menimbulkan risiko bagi pekerja laboratorium karena infektifitasnya tinggi . Brucella identik dengan mekanisme metabolismenya yang unik dan juga kehadiran antigen di permukaan. Metode standar yaitu dengan mereaksikan agglutinin menggunakan reaksi Gruber Widal. Dalam kasus yang meragukan, rekasi pengikatan komplemen dengan tes Coombs secara langsung dapat digunakan untuk memperoleh diagnosis serologik. Namun demikian tes ELISA lebih sensitif daripada tes agglutinin yaitu menggunakan protein sitoplasma sebagai antigen. Perubahan Radiologic dalam tulang yang terinfeksi: Pedro Pons(erosi istimewa dari sudut Antero-superior vertebra lumbar) dan osteophytosis ditandai akan spondilitis brucellic. Gejala sisa penyakit ini sangat beragam dan mungkin meliputi hepatitis granulomatosa, arthritis, spondilitis, anemia, leukopenia, trombositopenia, meningitis, uveitis, neuritis optik, endokarditis dan gangguan berbagai saraf yang dikenal sebagai neurobrucellosis.

Pengobatan
Antibiotik seperti tetrasiklin, rifampisin dan streptomisin dan gentamisin aminoglikosida efektif terhadap bakteri Brucella. Namun, penggunaan lebih dari satu antibiotik yang diperlukan selama beberapa minggu, karena bakteri mengeram di dalam sel. Perlakuan standar untuk orang dewasa adalah suntikan harian intramuskular streptomisin 1 g selama 14 hari dan doksisiklin oral 100 mg dua kali sehari selama 45 hari (bersamaan).Gentamisin 5 mg / kg secara injeksi intramuskular sekali sehari selama 7 hari adalah pengganti yang diterima saat streptomisin tidak tersedia atau sulit untuk mendapatkan rejimen lain yang banyak digunakan. Adalah doksisiklin ditambah rifampisin dua kali sehari selama minimal 6 minggu. Rejimen ini memiliki keuntungan dari administrasi oral. Sebuah terapi tripel doxycycline, bersama-sama dengan rifampisin dan kotri telah berhasil digunakan untuk mengobati neurobrucellosis. Doxycycline mampu melewati sawar darah-otak, tetapi membutuhkan penambahan dua obat lain untuk mencegah kambuh. Dan terapi ciprofloxacin co-kotri dikaitkan dengan tingkat kambuh yang sangat tinggi . Dalam operasi endokarditis brucellic diperlukan untuk hasil yang optimal. Bahkan dengan terapi antibrucellic optimal kambuh masih terjadi pada 5-10 persen dari pasien dengan demam Malta. Percobaan telah menunjukkan bahwa cotrimoxazol dan rifampisin adalah kedua obat aman untuk digunakan dalam perlakuan terhadap wanita hamil yang telah brucellosis.

Pencegahan
Cara utama pencegahan brucellosis adalah dengan menggunakan kebersihan teliti dalam memproduksi produk susu mentah, atau dengan proses pasteurisasi semua susu yang dapat dicerna oleh manusia, baik dalam bentuk tak berubah atau sebagai turunan, seperti keju. Cara lain adalah dengan imunisasi aktif pada binatang sebagai sumber infeksi dengan vaksinasi. Strain kuman yang digunakan dalam pembuatan vaksin ini adalah B. abortus strain 19 yang sudah dilemahkan untuk sapi dan B. melitensis strain Rev I untuk biri-biri dan kambing. Imunisasi aktif pada manusia terhadap infeksi Brucella masih bersifat eksperimental.

Anda mungkin juga menyukai