Anda di halaman 1dari 11

CLINICAL SCIENCE SESSION ABORTUS

Oleh : Mufti Dinda Annisa Nurfitriani 1301-1212-0585 1301-1212-0516

Zuhaira Hani bt Shattri


Ainal Mardziah bt Che Hamzah Nur Hamizah Nasaruddin

1301-1211-3595
1301-1211-3505 1301-1211-3539

Preceptor : dr. Rima Yulia Effriyanti,SpOG.,M.Kes.

Abortus

Pengertian Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai > 500 gram atau umur kehamilan > 20 minggu. Klasifikasi 1. Abortus spontan : keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis. 2. Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu: a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus). Indikasi untuk kepentingan ibu b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh yang tidak berwenang. Memungkinan terjadi abortus febrilis, Infeksi, Infertilitas sekunder dan Kematian

Etiologi
1. Faktor janin: a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploidi), b. Perkembangan zigot yang abnormal,

c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).


2. Faktor maternal a. Infeksi Infeksi maternal: Virus : rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan ensefalo-mielitis.. Bakteri : Salmonella typhi. Parasit : Toxoplasma gondii, Plasmodium, b. Penyakit vascular : hipertensi vaskular. c. Kelainan endokrin Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin,

d. Faktor imunologis Ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen), e. Trauma misalnya akibat pembedahan: Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum graviditatum sebelum minggu ke-8. Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil f. Kelainan uterus Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma sub-mukosa), serviks inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata. g. Faktor psikosomatik Pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.

3. Faktor Paternal
kelainan kromosom pada sperma berkaitan dengan abortus spontan.

4. Faktor Eksternal

a. Radiasi Dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran. b. Obat-obatan Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.

Pathogenesis

Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, t Terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. (Karena < minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas seluruhanya. Minggu ke-1012 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara : 1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa desidua.

2. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan desidua.
3. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang dikeluarkan). 4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Sebagian besar abortus termasuk dalam tiga tipe pertama, karena itu kuretase diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi lebih lanjut. Abortus bentuk yang istimewa, seperti: a. Telur kosong (blighted ovum) yang terbentuk hanya kantong amnion berisi air ketuban tanpa janin. b. Mola kruenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola kruenta terbentuk kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah sempat membeku antara desidua dan korion. Kalau darah beku ini sudah seperti daging, disebut juga mola karnosa. c. Mola tuberosa ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan, disebabkan oleh hematom-hematom antara amnion dan korion. d. Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil dapat diabsorpsi dan hilang. Kalau janin sudah agak besar, cairan amnion diabsorpsi hingga janin tertekan (foetus compressus).

Terkadang janin menjadi kering dan mengalami mumifikasi hingga menyerupai perkamen (foetus papyraceus). Keadaan ini lebih sering terdapat pada kehamilan kembar (vanished twin). Mungkin juga janin yang sudah agak besar mengalami maserasi.

Gambaran Klinis

1. 2. 3. 4. 5.

Secara klinis abortus spontan dibedakan menjadi: Abortus iminens (keguguran mengancam/ threatenend abortion) mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, ostium uteri tertutup uterus sesuai umur kehamilan. Abortus insipiens (keguguran berlangsung) sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, ostium terbuka, teraba ketuban, berlangsung hanya beberapa jam saja. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap) Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan, tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim, ostium terbuka teraba jaringan. Abortus kompletus (keguguran lengkap) Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap, ostium tertutup uterus lebih kecil dari umur kehamilan atau ostium terbuka kavum uteri kosong. Abortus tertunda (missed abortion) Keadaan di mana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi tertahan di dalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati. Batasan ini berbeda dengan batasan ultra-sonografi. Abortus habitualis (keguguran berulang/ recurrent) Abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sebanyak 3 kali atau lebih. Abortus febrilis/abortus infeksiosa Abortus yang disertai infeksi, biasanya ditandai rasa nyeri dan febris.

Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Penunjang dan Pengelolaan


Abortus iminens : Klinis : Anamnesis : - perdarahan sedikit dari jalan lahir - nyeri perut tidak ada atau ringan Pemeriksaan dalam : - Fluksus sedikit - Ostium uteri tertutup Pemeriksaan penunjang : USG, dapat memberikan hasil sbb : a. Buah kehamilan masih utuh. Ditemukan tanda kehidupan janin. b. Meragukan : kantong kehamilan masih utuh, pulsasi jantung janin belum jelas.. c. Buah kehamilan tidak baik : janin mati Terapi : a. Bila kehamilan masih utuh : - Rawat jalan - Tidak diperlukan tirah baring total - Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berlebihan atau hubungan seksual. - Bila perdarahan berhenti dilanjutkan jadwal pemeriksaan kehamilan selanjutnya. - Bila perdarahan terus berlangsung, nilai ulang kondisi janin (USG) 1 mg kemudian. b. Bila hasil USG meragukan, ulangi pemeriksaan USG 1-2 minggu kemudian. c. Bila hasil USG tidak baik : evakuasi tergantung umur kehamilan.

Abortus insipiens :

Klinis : Anamnesis : Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi rahim. Pemeriksaan dalam : - Ostium terbuka - Buah kehamilan masih dalam rahim. - Ketuban utuh, dapat menonjol.

Terapi : Evakuasi, Uterotonika pasca evakuasi, Antibiotika selama 3 hari

Abortus inkomplit

Klinis : Anamnesis : Perdarahan dari jalan lahir, biasanya banyak, nyeri/ kontraksi rahim ada, bila perdarahan banyak dapat terjadi syok. Abortus inkomplit sering berhubungan dengan aborsi/abortus tidak aman, oleh karena itu periksa tanda-tanda komplikasi yang mungkin terjadi akibat abortus provokatus seperti perforasi, tanda-tanda infeksi atau sepsis. Pemeriksaan dalam : - Ostium uteri terbuka. - Teraba sisa jaringan buah kehamilan Terapi : Bila ada syok, atasi dahulu syok (perbaiki keadaan umum, Transfusi bila HB < 8 gr%., Evakuasi , Uterotonika, Beri antibiotika berspektrum luas selama 3 hari.

Abortus komplit

Klinis : Anamnesis : Perdarahan dari jalan lahir sedikit, pernah keluar buah kehamilan. Pemeriksaan dalam : Ostium biasanya tertutup, bila ostium terbuka teraba rongga uterus kosong. Terapi : Antibiotika selama 3 hari, Uterotonika

Abortus tertunda Klinis : Anamnesis : Perdarahan bisa ada atau tidak. Pemeriksaan : - Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan

- Bunyi jantung janin tidak ada


Pemeriksaan penunjang :

- USG : terdapat tanda janin mati - Laboratorium : HB, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu protombin.

Terapi :

- Evakuasi. Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup, sehingga perlu tindakan dilatasi. Tindakan kuretase hendaknya dilakukan dengan hati-hati karena pada keadaan ini biasanya plasenta bisa melekat sangat erat sehingga prosedur kuretase lebih sulit dan dapat berisiko tidak bersih/perdarahan pasca kuretase. - Uterotonika pasca evakuasi - Antibiotika selama 3 hari.

Abortus febrilis/abortus infeksiosa : Klinis : Anamnesis : Waktu masuk Rumah Sakit mungkin disertai syok septik,Tanyakan kemungkinan abortus provokatus dan cari tandatanda komplikasi yang dapat menyertainya (perforasi, peritonitis). Pemeriksaan dalam : Ostium uteri umumnya terbuka dan teraba sisa jaringan, baik rahim maupun adneksa terasa nyeri pada perabaan, fluksus berbau.

Terapi :Perbaiki keadaan umum (pasang infus,atau transfusi darah bila perlu), atasi syok septik bila ada., Posisi Fowler., Antibiotika yang adekuat (berspektrum luas, aerob dan anaerob)., Uterotonika.

Kombinasi antibiotika Ampisilin dan Metronidazol Tetrasiklin dan Klindamisin Trimethoprim dan Sulfamethoksazol

Dosis oral 3 x 1 g oral dan 3 x 500 mg 4 x 500 mg dan 2 x 300 mg 160 mg dan 800 mg

Catatan Berspektrum luas dan me-ncakup untuk gonorrhoea dan bakteri anaerob. Baik untuk klamidia, gonor-rhoea dan bakteroides fragilis Spektrum cukup luas.

Antibiotika

Cara pemberian

Dosis

Sulbenisilin Gentamisin Metronidazol


Seftriaksone Amoksisiklin + Klavulanik Acid Klidamisin

IV

3x1g 2 x 80 mg 2x1g
1x1g 3 x 500 mg 3 x 600 mg

IV IV

Obat-obat Penginduksi Abortus


Oksitosin

Secara tidak langsung merangsang kontraksi otot polos uterus dengan meningkatkan permeabilitas miofibril uterus terhadap natrium. Konsentrasi estrogen yang tinggi akan menurunkan ambang batas respon uterus terhadap oksitosin. Respon uterus terhadap oksitosin akan meningkat sesuai dengan usia kehamilan. Untuk meningkatkan kontraksi uterus pada usia kehamilan muda diperlukan dosis yang sangat tinggi.
Efek abortif dihasilkan dengan cara menyuntikkan 20-25 % larutan salin atau 30-40% urea ke dalam kantung amnion. Hal ini akan menstimulasi kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dapat menimbulkan komplikasi antara lain kematian, krisis hiperosmolar jika larutan salin hiperosmotik masuk ke dalam sirkulasi maternal, gagal jantung, syok sepsis, peritonitis, perdarahan, DIC, intoksikasi air. Biasanya prostaglandin digunakan untuk terminasi kehamilan pada trimester kedua. Prostaglandin yang biasa digunakan antaralain prostaglandin E2, prostaglandin F2 alfa dan analog-analognya (15 metil prostaglandin F2 alfa metilester, PGE1 metilester dan misoprostol). Efektif bila penggunaan sebagai supositoria per vaginam, digunakan dalam bentuk jeli yang dimasukkan ke dalam canalis servikalis, injeksi intramuskuler, disuntikkan ke dalam kantung amnion dengan cara amniosentesis, peroral. Antagonis reseptor progesteron. Obat ini biasanya digunakan bersamaan dengan analog prostaglandin (misoprostol). Inhibitor enzim 3 hidroksisteroid dehidrogenase sehingga dapat menghambat sintesis progesteron endogen. Jika digunakan dalam waktu 4 minggu setelah terakhir haid, obat ini dapat menyebabkan aborsi pada hampir 85% wanita. Efek samping yang paling banyak ditemukan adalah mual. Obat ini bekerja dengan menghambat enzim dehidrofolat reduktase, yang dalam keadaan normal berfungsi menghasilkan timin dalam sintesis DNA, sehingga dapat menghambat implantasi.

Larutan Hiperosmotik Intra-amnion

Prostaglandin

Mifepristone

Epostane

Methotrexate

Akibat dari aborsi elektif:


Kematian ibu Induksi aborsi yang legal merupakan suatu prosedur bedah yang relatif aman, terutama bila dilakukan pada 2 bulan pertama kehamilan. Risiko kematian akibat aborsi akan meningkat 2 kali lipat setiap 2 minggu setelah bulan ke-2 kehamilan. Efek terhadap kehamilan yang akan datang Riwayat abortus tidak mempengaruhi fertilitas seseorang kecuali bila terjadi infeksi pelvis. Sepsis aborsi Hampir 2/3 sepsis akibat dari aborsi adalah bakeri anaerob dan coliform. Pengobatan dari infeksi adalah evakuasi hasil konsepsi serta antibiotika spektrum luas intravena.

Anda mungkin juga menyukai