EPIDEMIOLOGI
Insiden abalasio retina di Amerika Serikat adalah 12,5 dari 100.000 kasus pertahun atau sekitar 28.000 kasus pertahun Ablasio retina relatif lebih sering pada orang etnis yahudi dan relatif rendah pada bangsa kulit hitam Ablasio retina banyak terjadi pada usia 40-70 tahun, tetapi bisa terjadi pada anak-anak dan remaja dengan penyebab paling sering adalah karena trauma Pada pasien ablasio retina dibawah 45 tahun, rasio terjadinya ablasio retina sekitar 60% laki-laki dan 40% perempuan
ETIOLOGI
Miopia 40-50% Operasi katarak dengan implan lensa (afakia, pseudofakia) 30-40% Trauma okuli 10-20% DM tidak terkontrol dan riwayat keluarga dengan ablatio retina 15% pasien dengan ablasio retina pada salah satu mata akan mengalami ablasio pada mata lainnya Resiko ablasio bilateral meningkat (25-30%) pada pasien yang telah menjalani ekstraksi katarak bilateral
ANATOMI
RETINA
Selembaran tipis jaringan saraf yang semi transparan dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima cahaya Retina merupakan lapisan terdalam dari bola mata (tunika nervosa) yang berasal dari invaginasi vesikel optik, dan terdiri dari lapisan luar yaitu :
lapisan pigmen epitel (outer segment) lapisan dalam yaitu lapisan neurosensori (inner segment).
LAPISAN RETINA
Epitel pigmen retina Lapisan fotoreseptor terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut, merupakan sel fotosensitif. Membran limitan eksterna. Lapian inti luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan sel batang. Lapisan pleksiform luar, merupakan lapisan aseluler dan merupakan tempat sinaps sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal. Lapisan inti dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel muller, lapisan ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapisan aseluler yang merupakan tempat sinaps sel bipolar, sel amakrim dengan sel ganglion. Lapisan sel ganglion, merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua. Lapisan sel saraf, merupakan lapisan akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan ini terletak sebagia besar pembuluh darah retina. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.
GEJALA
Gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup Terdapatnya riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan Ablasio retina yang berlokalisasi didaerah supratemporal sangat berbahaya karena dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio retina bila dilepasnya retina mengenai makula lutea.
Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah. Pemeriksaan yang teliti biasanya memperlihatkan satu atau lebih pemutusan retina total misalnya robekan berbentuk tapal kuda, lubang atrofik bundar, atau robekan sirkumferensial anterior (dialisis retina). Bila bola mata bergerak terlihat retina yang lepas (ablasio) bergoyang. Kadang-kadang terdapat pigmen didalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya defek aferen pupil akibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskuler glaukoma pada ablasio yang telah lama.
DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan oftalmologi Pemeriksaan penunjang
ANAMNESIS
ANAMNESIS
Riwayat trauma Riwayat pembedahan sebelumnya (seperti ekstraksi katarak, pengangkatan benda asing intraokular, dsb) Riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, ambliopia, glaukoma dan retinopati diabetik) Riwayat keluarga dengan penyakit mata, serta penyakit sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes, tumor, sickle cell disease. Leukimia, eklamsia dan prematuritas).
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Pemeriksaan visus
Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Akan terjadi defek lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia. retina yang mengalami ablasio retina tampak sebagai membran abu-abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Pada retina yang mengalami ablasio terlihat lipatan-lipatan halus. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.
Pemeriksaan funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan ultrasonografi
B-scan
ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliferatif vitreoretinopati, benda asing intraokuler, kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan : Skleral buckle Retinopeksi pneumatik Vitrektomi
SKLERAL BUCKLE
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama tanpa disertai komplikasi lainnya. Lokalisasi posisi robekan retina, tanganii robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan skleral buckle (sabuk). Yang terbuat dari spons silikon atau silikon padat. Pertama-tama dilakukan cryorobe atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari.
SKLERAL BUCKLE
RETINOPEKSI PNEUMATIK
Metode yang paling sering digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior retina. Tekhnik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas kedalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan hilang dalam 1- 2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan. Pasien harus mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan gelembung
RETINOPEKSI PNEUMATIK
VITREKTOMI
Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes dan juga digunakan pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum vitreus melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutter untuk menghilangkan berkas badan kaca ( vitreus strand ), membran, dan perlekatanperlekatan. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio.
VITREKTOMI
DIAGNOSIS BANDING
Retinochisis Degenerasi periferal tipikal sering ditemukan pada orang dewasa, berlanjut dan meninggi 2-3 mm posterior ora serrata. Elevasi yang timbul berbentuk konveks, halus, tipis dan tidak bergerak. Robekan dapat terjadi pada salah satu atau kedua lapisan pada retikuler retinochisis. Gejala fotopsia dan floater tidak ada karena tidak ada traksi vitreoretinal. Defek lapangan pandang jarang diobservasi karena jarang terjadi penyebaran ke daerah posterior, namun jika ada maka merupakan defek yang absolut.
DIAGNOSIS BANDING
Choroidal detachment Gejala fotopsia dan floater tidak ada karena tidak ada traksi viteroretinal. Defek lapangan pandang ada pada mata dengan pelepasan koroid yang luas. Tekanan intraokuler dapat sangat rendah karena lepasnya badan siliar. Pelepasan koroid memberi gambaran konveks, halus, berwarna coklat, dan relatif tidak bergerak. Retina perifer dan ora serata dapat terlihat tanpa indentasi sklera.
KOMPLIKASI
Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan komplikasi yang paling umum terjadi pada ablasio retina. Komplikasi pembedahan pada ablasi retina akan menimbulkan perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif/ PVR), PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasi retina lebih lanjut
PROGNOSIS
Bila retina berhasil direkatkan kembali, mata akan mendapatkan kembali sebagian fungsi penglihatan dan kebutaan total dapat dicegah. Pada umumnya fungsi penglihatan akan lebih sedikit pulih bila ablasio retina telah terjadi cukup lama atau mungkin muncul pertumbuhan jaringan dipermukaan retina. Korpus vitreum yang terus menyusut dan munculnya pertumbuhan jaringan di permukaan retina menyebabkan tidak semua retina yang terlepas dapat direkatkan kembali. Bila retina tidak dapat direkatkan kembali, maka penglihatan akan terus menurun dan akhirnya menjadi buta. Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Perbaikan anatomis kadang tidak sejalan dengan perbaikan fungsi. Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.