Anda di halaman 1dari 30

Desain penelitian

DESAIN PENELITIAN :

PENGERTIAN
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitiannya.

Dalam arti luas, desain penelitian mencakup:


identifikasi masalah perumusan hipotesis operasionalisasi hipotesis analisis data

Arti sempit : Desain penelitian mengacu pada jenis/ macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian.

Peran desain dalam penelitian : sebagai alat & pedoman u mencapai tujuan penelitian, sebagai rambu-2 yg akan menuntun peneliti dalam seluruh proses penelitian

Kegunaan : sarana bagi peneliti guna memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian (dengan sahih, byektif, akurat dan hemat) alat u mengontrol /mengendalikan pelbagai variable yg berpengaruh pd s penelitian

bidang kedokteran dan kesehatan, berdasarkan : 1. Ruang lingkup penelitian : Penelitian klinis, lapangan, laboratorium. 2. Waktu : Penelitian transversal (cross sectional) : prospektif atau retrospektif Penelitian longitudinal : prospektif atau retrospektif 3. Substansi : Penelitian dasar Penelitian terapan 4. Ada / tidaknya analisis hubungan antar variable : Penelitian deskriptif dan analitik

Klasifikasi jenis penelitian : deskriptif dan analitik


Penelitian deskriptif : penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai penomena yang ditemukan, baik berupa factor risiko maupun efek / hasil.
Penomena hasil penelitian disajikan apa adanya, peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa penomena tersebut dapat terjadi, oleh karenanya tidak perlu ada hipotesis

Contoh :
Survey

angka kesakitan dan kematian di suatu daerah, gambaran klinis & laborat. penyakit /sindrom penyakit, laporan hasil terapi yang dilakukan tanpa control.

Penelitian analitik :
Peneliti mencoba mencari hubungan antar variable, dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan, karena itu perlu dibuat hipotesis.
Data penelitian deskriptif sering dilanjutkan dengan penelitian analitik. Jika datanya masih terlalu sedikit , sebaiknya dilakukan penelitian deskriptif terlebih dahulu, data dasarnya dipakai untuk menyusun latar belakang serta hipotesis penelitian. Desain penelitian analitik observasional dibagi tiga jenis : 1.Penelitian kasus kontrol, 2.Penelitian kohort 3.Penelitian cross sectional

Klasifikasi sederhana dan banyak dipakai, berdasarkan ada /tidaknya intervensi atau manipulasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap subyek penelitian : DESAIN PENELITIAN
OBSERVASIONAL
PENELITIAN DESKRIPTIF INTERVENSIONAL / EKSPERIMENTAL

STUDI ANALITIK >>

1Laporan kasus 2Seri kasus 3 Studi cross sectional, survey

4 Studi kasus control 5. Studi kohort

1.Uji klinis 2.Intervensi : pendidikan, perilaku kes.masyarakat

Studi Epidemiologi

Ep.Obsevasional

Ep.Eksperimental

Ep. Deskriptif

Ep. Analitik

Community Trial
Clinical Trial

Case report Case Series Correlation studies Crossectional

Case Control Cohort

Studi eksperimental /intervensional, peneliti melakukan manipulasi terhadap satu/lebih variabel subyek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan tsb., Studi observasioanal, melakukan pengamatan atau pengukuran pelbagai var. subyek penelit. m keadaan ilmiah tanpa melakukan manipulasi /intervensi.

Intervensi :
perlakuan o peneliti terhadap subyek penelitian, dan hasil /efek perlakuan tersebut diamati, diukur dan dianalisis.

1. Laporan Kasus dan Seri Kasus


Sebagian ahli : laporan Kasus, Seri Kasus dan survey bukan sebagai s penelitian yang sebenarnya, mingat filosofi dasar penelitian : the essence of research is comparison (perbandingan), laporan kasus dan seri kasus tidak dapat menilai adanya hubungan sebab akibat, karena dilakukan tanpa menggunakan control. m Hedge : ilmu dan penelitian sering dirancukan.

Ilmu =>> suatu filosofi,


penelitian =>> tindakan (action) u mengisi ilmu, sepanjang laporan kasus, seri kasus, atau survey merupakan proses untuk mengisi lmu maka ia dapat disebut sebagai penelitian dengan desain yang paling sederhana.

Contoh:

Laporan kasus, seri kasus Richard Bright, 1827 membuahkan p.glomerulonefritis, Laporan William Heberden, 1772 ttg sakit dada, akhirnya menemukan p.angina pectoris,
Laporan seri kasus, 5 kasus homoseksual yang menderita pneumonia akibat Pneumocystis carinii, 1980-1981, akhirnya menemukan p. HIV/AIDS.

2. Penelitian Cross sectional /CS CS =>> observasi atau pengukuran variable pada satu saat. Satu saat bukan berarti semua subjek hanya di observasi diamati tepat pada saat yang sama, tetapi tiap subjek hanya di observasi satu kali saja, pengukuran variable subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. Studi crosssetional; peneliti tidak melakukan tindak lanjut. Desain CS dapat digunakan untuk penelitian deskriptif, & peneliitian analitik.

Contoh penelitian CS deskriptif : Penelitian tentang % bayi yg mendapat ASI ekslusif di suatu komunitas. Penelitian prevalens asma pada anak sekolah di Jakarta. Penelitian nilai normal laboratorium pada remaja. Contoh penelit. CS analitik : Perbedaan proporsi pemberian ASI eksklusif berdasar pd pelbagai tk. pendidikan ibu. Perbedaan kadar kolesterol siswa SMP daerah kota dan desa. Perbedaan prevalensi asma antara siswa lelaki dan perempuan Peran faktor risiko dalam terjadinya penyakit tertentu.

Studi analitik CS, mempelajari hub. antara faktor risiko dengan penyakit (efek), observasi /pengukuran variable bebas (faktor risiko ) dan variable tergantung (efek) dilakukan sekali, dalam waktu yang bersamaan. Dari hasil pengukuran dapat diketahui jumlah subyek yang mengalami efek, baik pada kelompok subyek yang mempunyai faktor risiko, maupun pada kelompok tanpa faktor risiko. Hasil pengukuran disusun dalam tabel 2x2. Dari tabel tersebut dapat dilihat prevalens penyakit (efek) pada kelompok dengan atau tanpa faktor risiko,

untuk selanjutnya dapat dihitung rasio prevalens,yakni perbandingan antara prevalens efek pada kelompok dengan faktor riisiko dengan prevalens efek pada kelompok subyek tanpa faktor risiko.

Rasio prevalens memberikan gambaran peran faktor risiko terhadap terjadinya efek atau penyakit. Bila rasio prevalens (rp) = 1, artinya prevalens penyakit pada subyek dg faktor risiko = prevalens penyakit pada subyek tanpa risiko, maka faktor yang diteliti tersebut bukan merupakan faktor risiko.

rp >1 maka benar bahwa faktor tsb merupakan faktor risiko, rp <1 menunjukkan bahwa faktor tsb merupakan faktor protektif (mencegah terjadinya efek).
Karena studi CS hanya d mengukur prevalens, maka studi ini =>> studi prevalens.

3. Studi Kasus Kontrol.


Peneliti melakukan pengukuran variabel tergantung, yakni efek(kasus), sedang variabel bebasnya dicari secara retro spektif ada/tidaknya faktor risiko yg diduga berperan menimbulkan efek/penyakit; variabel subyek tidak hanya diobservasi pada satu saat tetapi diikuti sampai periode tertentu.

Sbg kontrol dipilih subyek dari populasi yg karakteristiknya = kasus, berbeda dalam hal terdapatnya penyakit/kelainan yg akan diteliti.Kontrol dipilih dg cara serasi (matching) atau tanpa matching.
Berbeda dengan studi cross sectional, pada studi kasus kontrol observasi atau pengukuran variabel bebas dan tergantung tidak dilakukan pada saat yang sama.

Hasil pengukuran pada studi kasus-kontrol di susun dalam tabel 2x2. Hubungan sebab akibat antara faktor risiko dan efek diperoleh secara tidak langsung, yakni dengan menghitung risiko relatif, yang dalam studi kasus-kontrol dinyatakan sebagai rasio odds (odds ratio/OR).

Odds = perbandingan antara peluang terjadinya sesuatu dengan peluang untuk tidak terjadinya sesuatu ; misal bila peluang petinju Muhammad Ali untuk menang melawan Joe Frazier adalah 75%, maka odds Muhammad Ali menang = 3.

Rasio odds menunjukan besarnya peran faktor risiko yang diteliti terhadap terjadinya penyaklit (efek),bila: OR = 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti teryata tidak merupakan risiko untuk terjadinya efek; OR > 1 : bahwa benar faktor tersebut menyebabkan efek, OR <1 : menunjukkan bahwa faktor yang diteliti tersebut bukan merupakan risiko, hanya bersifat protektif. Dalam penilaian ini perlu diperhatikan interval kepercayaan rasio odds.

Time
Onset of study

Exposed

Disease
No disease Disease

Eligible subject Unexposed COHORT


Direction of inquiry

No disease Time

Exposed Unexposed Exposed Unexposed


Direction of inquiry

Onset of study Cases

Control

Casecontrol

4. Penelitian Kohort.
Pada penelitian kohort yang diidentifikasikan dulu adalah kausanya, kemudian subyek diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk mencari ada tidaknya efek. Pada penelitian kohort murni, yang diikuti adalah subjek yang belum mengalami pajanan/paparan faktor risiko serta belum mengalami efek. Sebagian subyek tersebut secara alamiah akan mengalami pajanan terhadap faktor risiko tertentu, sebagian lain tidak. Subyek yang terpajan menjadi kelompok yg diteliti, subyek yg tidak terpajan menjadi kelompok kontrol. Karena kedua kelompok berangkat dari populasi yang sama, maka keduanya akan sebanding (comparable) kecuali dalam hal ada/tidaknya paparan terhadap faktor risiko. Kedua kelompok ini kemudian diikuti selama periode waktu tertentu dan ditentukan apakah terjadi efek.

Hasil pengamatan studi kohort juga disusun dalam tabel 2x2. Ditentukan insidensi terjadinya efek pada kelompok terpajan dan kelompok kontol. Selanjutnya dapat dihitung risiko relatif(RR), atau risiko insidens, yakni perbandingan antara insidens efek pada kelompok dengan faktor risiko dengan insidens efek pada kelompok tanpa risiko. Risiko relative menggambarakan peran faktor yang diteliti terhadap terjadinya penyakit; Bila RR = 1 maka faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko, RR > 1 menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakkan risiko, RR < 1 : faktor yang diteliti tersebut bersifat protektif Dalam melakukan interpretasi harus diperhatikan interval kepercayaannya. Dapat dikatakan bahwa RR yang besar menunjukkan asosiasi yang kuat.

Studi Eksperimental / intervensional,= salah satu rancangan penelitian yang dipergunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat. Dibandingkan dengan studi observasional, studi eksperimental ini mempunyai kapasitas asosiasi yang lebih tinggi. Kesimpulan : adanya hub. sebab-akibat pd studi observasional, baik berupa penelitian croos sectional, kasus kontrol, maupun kohort hanya sampai tingkat dugaan atau dugaan kuat dengan landasan terori atau telah logis yang dilakukan peneliti.

Pada studi eksperimental asosiasi sebab-akibat lebih tegas dan lebih nyata, tetapi studi ini relatif mahal, pelaksanaannya rumit, sehingga penggunaannya lebih terbatas. Di klinik, studi eksperimental, >> berupa uji klinis untuk melihat efek terapeutik obat atau prosedur pengobatan Di lapangan,studi eksperimental : >> dalam bentuk trial komunitas, mis.: penelitian pengaruh penyuluhan pembersihan air tergenang disekitar rumah terhadap insidens demam berdarah dengue di suatu daerah.

1. STUDI CROSS SECTIONAL Studi cross-sectional salah satu jenis studi observasional untuk menentukan hubungan antara faktor risiko dan penyakit. Studi cross-sectional : mempelajari etiologi suatu penyakit digunakan terutama untuk mempelajari faktor risiko penyakit yg mempunyai onset lama (slow onset) dan lama sakit (duration) yang panjang, sehingga biasanya pasien tidak mencari perawatan kesehatan sampai penyakitnya relatif cukup lanjut

PENGUKURAN VARIABEL BEBAS DAN TERGANTUNG DILAKUKAN PD SATU SAAT

EFEK FAKTOR RISIKO (+) EFEK (+) A YA YA FAKTOR RISIKO TIDAK EFEK (-) D C D C+D TIDAK A B JUMLAH A+B

EFEK (-) B EFEK (+) C FAKTOR RISIKO (- )

Langkah-2 yg terpenting di dalam rancangan studi CS, yakni : 1. Merumuskan pertanyaan penelitian beserta hipotesis yg sesuai 2. Mengidentifikasi variabel bebas dan tergantung 3. Menetapkan subyek penelitikan 4. Melaksanakan pengukuran 5. Melakukan analisis

LANGKAH 2 STUDI CROSS SECTIONAL


1. Merumuskan Pertanyaan Penelitian dan Hipotesis Masalah penelitian yang akan dijawab harus dikemukakan dengan jelas,hendaknya dikemukakan hubungan antar variabel yang akan dicari. misalnya, : Apakah terdapat hubungan antara tk. pendidikan ortu. dg kejadian enuresus pada anaknya. 2. Mengidentifikasi Variabel Penelitian Semua variabel yg a/. dihadapi dalam studi prevalens harus diidentifikasi dengan cermat. Ditetapkan def. oprasional yg jelas mana yg termasuk dlm fak. risiko yg diteliti, faktor risiko yang tidak akan diteliti, serta efek. Faktor yg mungkin merupakan risiko namun tidak diteliti perlu diidentifikasi,agar dapat disingkirkan atau dikurangai pada waktu pemilihan subyek penelitian

Menetapkan pop. penelitian.


Tgt. tuj.penelitian, apakah subyek penelitian dari RS / fasilitas kes.lainnya, ataukah dari masy. umum. Menjadi perhatian : besarnya kemungkinan u memperoleh faktor risiko yg diteliti. mis.: studi CS ttg infeksi HIV ( penyebab AIDS ), maka pop. yg dipilih hendaklah klpk subyek yg sering terpajan virus jenis ini, : kaum homoseks, penyalahguna narkotik, atau pekerja seks profesional. Bila populasi umum, maka kemungkinan u/ memperoleh subyek dg HIV (+) menjadi sangat kecil, diperlukan sampel p.litian yg sangat besar.

Penentuan sampel & perkiraan besar sampel. Berdasarkan pd besar sampel yg diperlukan serta perkiraan prevalen var. penelitian, maka dpt ditentukan apakah seluruh populasi-terjangkau a diteliti ataukah dipilih sampel yg representatif u populasi terjangkau itu. Pemilihan sampel harus dikakukan dg benar, agar dpt mewakili populasi terjangkau. Penetapan sampel u studi CS yg mencari rasio prevalens (RP) = penetapan besar sampel u studi kohort yg mencari risiko relative (RR)
4. Melaksanakan Pengukuran Pengukuran variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek,penyakit) harus dilakukan sesuai dg prinsip-prinsip pengukuran

Faktor risiko/ paparan

penyakit

jml

+ jumlah

Wassalam,terimakasih

Anda mungkin juga menyukai