CEDERA KEPALA O Penyebab kecacatan dan kematian dalam neurologi dan bedah O Masalahmuda,sehat dan produktif O Manajemen cedera kepalakualitas otak setelah cedera kepala Definisi O Trauma mekanik pada kepala O Langsung atau tidak langsung O Ggn fs neurologis fisik, kognitif, psikososial O Temporer atau permanen Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Anatomi Anatomi Klasifikasi 1. Patologi - Komosio serebri - Kontusio serebri - Laserasio serebri 2. Lokasi lesi - Lesi difus - Lesi kerusakan vaskuler otak - Lesi fokal Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Klasifikasi O Lesi fokal - Kontusio dan laserasi serebri - Hematoma intrakranial - Hematoma epidural - Hematoma subdural - Hematoma intraparenkimal - Subarachnoid - intraserebral - intraserebelar Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 konkusio O Keadaan penurunan kesadaran yg terjadi tepat setelah cedera terjadi dan berlangsung secara temporer (maksimal dlm beberapa jam) komosio serebri O Keadaan pingsan tdk lebih dr 10 menit, akibat cedera kepala, tanpa adanya kelainan neurologis lain. O Konkusio dan komosio secara klinis termasuk dalam kategori cedera kepala ringan, karena presentasi klinisnya adalah dng skor GCS 13 15, hilang kesadaran tdk lebih dr 10 menit, dan tdk ada kelainan neurologis. O Lokasi fokus lesi penkesARAS O Proses akselerasi dan deselerasiregangan batang otak Kontusio O Cedera atau gangguan pada jaringan otak yang lebih berat dari konkusi, dengan karakteristik adanya kerusakan sel saraf dan aksonal, dengan titik-titik perdarahan kapiler dan edema jaringan otak. O Piameter masih utuh O RinganGangguan kesadaran spt konkusio namun ggn fx mental terjadi beberapa jam bahkan hari,amnesia,confuse,iritabel dan gelisah O Beratdefisit neurologis Laserasi O Kontusio serebral yang berat, mengakibatkan ggn kontinuitas jaringan, kerusakan dan robeknya piameter. O Biasanya berkaitan dg perdarahan subarakhnoid, subdural, dan intraserebral. Diffuse Brain injury O Kerusakan otak menyeluruh, px koma sejak cedera terjadi, namun tidak terdapat gambaran lesi desak ruang pada CT scan. O Kerusakan pembuluh darah maupun parenkim difus scr patologi anatomi O Adanya edema O Dibagi menjadi diffuse axonal injury dan diffuse vascular injury O Mekanisme akselerasi dan deselerasi Kepala yang sedang bergerak tiba-tiba berhenti, tetapi otak tetap bergerak karena inersia sehingga otak dapat cedera oleh permukaan dalam dari kranium
Akselerasi-Deselerasi O Akselerasi adalah gerakan cepat yang timbul secara mendadak O Deakselerasi adalah penghentian secara mendadak dari suatu gerakan yang cepat. Stamp, 2000 Cerebral Changes berdasar terjadinya lesi Klasifikasi Cedera primer yaitu kerusakan yg tjd pada masa akut langsung saat terjadinya cedera Secara klinis pencegahan dan penanganan secara dini dan tepat dari cedera serkunder berpengaruh thd prognosis Trauma Ischemia Edema sitotoksik Ggn membran Ggn sintesis protein Energi turun Depolarisasi Sel Fe lepas Disrupsi Ca Glutamat lepas Radikal bebas Destruksi sel Asidosis Secondary Brain Injury Edem serebri vasogenik merupakan akibat primer dari meningkatnya permeabilitas blood brain barier Cairan plasma ekstraseluler Edem serebri sitotoksik terjadi sekunder dari kerusakan elemen seluler serebri, penimbunan cairan didalam sel Akibat hipoksia dan iskemi jaringan otak Edem serebri interstitial terjadi sekunder dari obstruksi aliran LCS akibat inflamasi ruang subarakhnoid, seperti hidrosefalus. Back Derajat kesadaran (GCS) Triase Kategori SKG Gambaran Klinik CT Scan otak Minimal 15 Pingsan (-), defisit neurologi (-) Normal Ringan 13-15 Pingsan <10 mnt, Defisit neurologik (-) Normal Sedang 9-12 Pingsan >10 mnt s/d 6 jam defisit neurologik (+) Abnormal Berat 3-8 Pingsan >6 jam, Defisit neurologik (+) Abnormal Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Diagnostik paska perawatan Minimal Ringan Sedang Berat SKG 15 13-15 9-12 <9 Pingsan - < 30 mnt 30 mnt-24 jam > 24 jam Amnesia paska trauma - < 1 jam 1-24 jam > 7 hari CT Scan N N Abnormal Abnormal Perawatan - < 48 jam > 48 jam Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Gejala Cedera Kepala Gejala Fisik/Somatik Nyeri kepala Dizzines Nausea Vomitus Gejala kognitif Gangguan memori Gangguan perhatian, Gangguan berfikir kompleks Gejala emosional/kepribadian Kecemasan Iritabilitas 1 3 2 (Hoffman dkk., 1996) Diagnosis 1. Anamnesis - Gangguan kesadaran atau interval lucid - Perdarahan/otorhea/rhinorrhea - Amnesia traumatika (retrograd/anterograd)
2. Pemeriksaan neurologis
3. Foto kepala polos, posisi AP, lateral, tangensial
4. Foto lain dilakukan atas indikasi
5. HCT Scan Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Pemeriksaan Klinis O GCS O Vital sign O Otorrhea, Rhinorrhea O Ecchymosis periorbital bilateral O Ecchymosis mastoid bilateral/battles Sign O Gangguan fokal neurologik O Fungsi motorik : lateralisasi, kekuatan otot O Refleks tendon, refleks patologis O Pemeriksaan fungsi batang otak O Pupil : Ukuran, bentuk, isokor/anisokor O Refleks kornea O Dolls eye phenomen Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Type Trauma Kepala Type Trauma Kepala Type Trauma Kepala Klasifikasi Perdarahan intrakranial EDH O Perdarahan antara tabula interna dan duramater
O Hematom masif, akibat pecahnya a. meningea media atau sinus venosus
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 EDH Klinis EDH 1. Lucid interval ( + ) 2. Kesadaran menurun 3. Late hemiparese kontralateral lesi 4. Pupil anisokor 5. Babinsky ( + ) kontralateral lesi 6. Fraktur di daerah lesi HCTS gambaran hiperdens di tulang tengkorak dan dura, umumnya daerah temporal dan tampak bikonveks Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Klinis EDH O Jenis: 1. Akut : interval lucid ( 0 5 hari ) 2. Subakut : interval lucid ( 5 hari bbrp minggu) 3. Kronik : interval lucid ( > 3 bulan )
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 SDH O Perdarahan antara duramater dan arakhnoid akibat robeknya bridging vein ( vena jembatan )
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 SDH Klinis SDH 1. Sakit kepala 2. Kesadaran menurun + / -
HCTS Gambaran hiperdens di antara duramater dan arakhnoid, dan tampak seperti bulan sabit Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 The Mechanism In the subacute phase, the clotted blood liquifies. Occasionally, in the prone patient, the cellular elements layer can appear on CT imaging as a hematocritlike effect. In the chronic phase, cellular elements have disintegrated, and a collection of serous fluid remains in the subdural space. In rare cases, calcification develops. SAH O Gejala dan tanda klinis : 1. kaku kuduk 2. Nyeri kepala 3. Gangguan kesadaran
HCTS Gambaran hiperdens di ruang subarakhnoid Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 ICH Perdarahan parenkim otak, disebabkan karena pecahnya arteri intraserebral mono atau multiple
(Greenberg, 2001) Fraktur Basis Kranii a type of diffuse brain injury, meaning that damage occurs over a more widespread area than in focal brain injury.
extensive lesions in white matter tracts, is one of the major causes of unconsciousness and persistent vegetative state after head trauma
MRI is more sensitive Diffuse Axonal Injury O Kerusakan otak yg menyeluruh, O px koma namun tdk tdp gambaran SOL pada CT Scanterlihat dari patologi anatomi O gambaran kerusakan pembuluh darah dan parenkim serta edema, O terjadi akibat proses akselerasi dan deselerasi, O kerusakan ini bersifat ireversibel
Diffuse Axonal Injury O Klinis - Koma lama paska trauma kepala ( prolonged coma ) - disfungsi saraf otonom - demam tinggi
HCTS awal normal setelah 24 jam edema luas Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Penatalaksanaan Manajemen umum Survei primer A = Airway B = Breathing (target O2 > 92%) O2 10-15l/mnt C = Circulation,akibat hipovolemi - MAP 90 mmHgperfusi serebral adekuat - Nacl 0.9% atau RL - Hindari cairan hipotonis - Kalau perlu obat vasopresor & inotropik konsul bedah saraf berdasarkan indikasi D = Disability ( mengetahui lateralisasi dan kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi) GCS
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Survei sekunder E = Laboratorium - Darah : Rutin, ureum, kreatinin, GDS, AGD dan elektrolit - Radiologi : Foto kepala, HCTS dll F = Manajemen Terapi - Operasi pasien yang indikasi - Ruang rawat - penanganan luka-luka - terapi obat-obatan sesuai kebutuhan
Manajemen umum Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Manajemen cedera kepala ringan (GCS 14-15) Pasien sadar, atau ggn kesadaran <10 menit Perawatan luka,obat simtomatik,antibiotik dan roboransia sesuai indikasi
Masuk Rumah Sakit: Gangguan orientasi waktu,tempat Sakit kepala dan muntah Tidak ada yg mengawasi dirumah Letak rumah jauh atau sulit kembali
Dipulangkan dengan penga Wasan keluarga 48 jam dg Informasi tanda bahaya Segera kembali jika:
Cenderung mengantuk Sakit kepala makin berat Muntah Bingung dan gelisah Jika tidak memburuk kontrol 5-7 hari kmdian Manajemen cedera kepala sedang (GCS 9-13) Evaluasi awal Sama dengan cedera kepala ringan CT scan kepala pada semua kasus Perintah untuk observasi Observasi Pemeriksaan neurologik sering Follow-up CT scan jika keadaan memburuk atau sebelum pulang
Jika pasien membaik (90 %)
Dipulangkan pada saat yang tepat Follow-up ke klinik
Jika pasien memburuk (10 %)
Diulangi CT scan dan dimanajemen dengan protokol cedera kepala berat
Manajemen cedera kepala berat (GCS 3-8)
Penilaian dan manajemen ABC Survei primer dan riwayat AMPLE ( alergi, pengobatan yang terbaru, penyakit dahulu, makanan sebelumnya, kejadian/kondisi lingkungan yang berhubungan dengan cedera Evaluasi ulang neurologik Buka mata Respon motorik Respon verbal Reaksi cahaya pupil Dolls eye phenomen Tes kalorik Terapi Simtomatik suportif Tes diagnostik CT scan kepala pada semua pasien Jika CT scan tidak tersedia, dilakukan air ventriculogram dan angiogram
Indikasi HCTS pada trauma kranioserebral O GCS 14 atau lebih rendah O GCS 15 dengan: * Dibuktikan pernah hilang kesadaran * Amnesia untuk trauma * Defisit neurologik fokal * Tanda fraktur tulang tengkorak basal atau kalvaria (Narayan, 1996) A. Kritikal GCS 3-4 Unit Intensif Neurologi
Manajemen di Ruang Rawat Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Manajemen di Ruang Rawat 3. Cegah ^ TIK : - Posisi kepala 30aliran vena dari kepala lebih baik tp tidak dianjurkan pada hipovolemi dan cedera leher - Manitol 20% : Dosis awal : 1 gr/kgBB, drip cepat dalam -1 jam 6 jam : 0.5 gr/kgBB, drip cepat dalam -1 jam 12 jam : 0.25 gr/kgBB, drip cepat dalam -1 jam 24 jam : 0.25 gr/kgBB, drip cepat dalam -1 jam - Analgetika, kalau perlu sedasi jangka pendek.
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 4. Atasi komplikasi : Kejang : profilaksis OAE 7 hr cegah immediate & early seizure pada kasus risti Infeksi akibat fraktur : profilaksis antibiotika slm 10-14 hr Gastrointestinal perdarahan lambung Demam DIC : pasien trauma tertutup cenderung mengalami koagulopati akut
5. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
6. Roburansia, neuroprotektan, nootropik sesuai indikasi. Manajemen di Ruang Rawat Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Manajemen di Ruang Rawat C. Trauma kapitis ringan (Komosio serebri) 1. Dirawat 2 x 24 jam 2. Tidur dengan posisi kepala 30 3. Simptomatis : analgetika, anti emetik sesuai kebutuhan
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006 Prognosis Prognosis GCS 24j Good Recovery or Vegetative or moderate disability dead 11-15 91% 6% 8-10 59% 27% 5-7 28% 54% 3-4 13% 80% (Stein, 2000) - Post-traumatic seizures - Communicating hydrocephalus - Post-traumatic syndrome (or post-concussive syndrome) - Hypogonadotropic hypogonadism - Chronic traumatic encephalopathy - Alzheimers disease Komplikasi -Memory dysfunction - Impaired concentration and attention - Slowing of reaction time - Slowing of information processing speed - Impaired judgement Cognitive impairment Nyeri Kepala post trauma wKeluhan tersering
wKriteria diagnostik The International Headache Society (HIS): sakit kepala yang dimulai kurang dari 14 hari setelah trauma atau setelah kembali sadar
wPengobatan harus mengikuti rekomendasi untuk tipe sakit kepala primer
Pusing Penyebab meliputi ecedera telinga dalam vertigo posisional paroksismal benigna (BPPV), hidrops endolimfatik, labyrinthine concussion, fistula perilimfatik
ecedera otak yang mempengaruhi serebellum, nuklei vestibuler, atau lobus temporal
Epilepsi Jarang
Diagnosis epilepsi membutuhkan bangkitan epileptik rekuren MEKANISME SELULER TIMBULNYA EPILEPTOGENESIS DARAH hemolisis Fe++ atau Fe+++ Hidrogen Peroksida (H2O2) Radikal Hidroksil (OH-) Radikal Superoksid (O2-) Radikal Bebas Peroksidasi Lipid Aktivasi asam arakhidonat Asam arakhidonik fosfitate (IP3) Osilasi kalsium Pada sel glia Ca++ intrasel Kerusakan eksitotoksik Kematian neuron/jar. Parut sel glia AKTIVITAS EPILEPTIFORM PATOFISIOLOGI EPILEPSI POST TRAUMA Kemungkinan: a) Radikal bebas yang disebabkan oleh deposit besi dari darah yang ekstravasasi b) Eksitotoksisitas oleh karena akumulasi glutamat. Pada saat benturan, reaksi neuronal direk dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Depolarisasi membran dapat terjadi oleh karena trauma: a) Pelepasan asetilkolin yang berlebihan (hitungan menit hingga jam setelah cedera kepala) b) Kontusio cerebral lokal dan edema (hitungan jam ke hari setelah cedera kepala) Hipoksia serbral dan hilangnya glukosa hilangnya K+ intraseluler secara cepat dan banyak dan digantikan oleh Na+ edema dan depolarisasi sel ketidakstabilan membran dan keluaran repetitif paroksimal konvulsi TERAPI kejang post trauma 1. Tidak perlu dirawat inap pada kasus status epileptikus dan untuk videotelemetri rawat inap dapat membantu penegakan diagnosis. 2. Pemberian PTE segera tidak mengobati tidak ada terapi 3. PTE awal dan susulan membutuhkan terapi sama seperti pada kejang oleh karena penyebab lainnya. 4. Edukasi dan konseling. 5. Pembedahan: menolak untuk pengobatan identifikasi lokasi dan eksisi fokal epileptogenik Reseksi sikatrik cerebral. 6. Terapi antikonvulsan profilaktik untuk mencegah PTE yang terlambat 1-6 bulan 1. Riwayat epilepsi sebelumnya atau kejang demam 2. Fraktur tekanan. 3. Hematoma intrakranial. 4. Laserasi cerebral. Serangan terkontrol 6 - 24 bln EEG dosis diturunkan secara individual Nyeri Leher OAKUT: Sindroma nyeri tulang belakang servikal Sprain
Gangguan Tidur OTerutama pada fase akut dari trauma
OFaktor-faktor yang mempengaruhi: nyeri, obat-obatan dan faktor psikologik Amnesia O Memory deficit, regardless of cause O DSM IV (Amnestic disorder) A. The development of memory impaiment as manifested in the inability to learn a new information or in the inability to recall previously learned information B. The memory disturbance cause significant impairment in social or occupational functioning and represent a significant decline from a previous level of functioning C. The memory disturbance does not occur exclusively during the course of a delirium or a dementia and persist beyond the usual duration of substance intoxication or withdrawal Amnesia OLesion of mesial temporal lobes: anterograde amnesia ONuc thalamus and/or the mamilary bodies: Wernicke-korsakof syndrome OFrontal lobus: poorly on recall than recognition Amnesia Tipe gangguan memory Korelasi sistem saraf Anterograde (deklaratif) a. Verbal Temporal mesial kiri, thalamus kiri, basal forebrain b. Non-verbal Temporal mesial kanan, thalamus kanan, basal forebrain Retrograde a. Verbal Anterotemporal nonmesial kiri b. Non-verbal Anterotemporal nonmesial kanan Working memory Frontal dorsolateral Non-deklaratif Basal ganglia, serebelum Amnesia
Pendefinisian PCS Suatu kondisi yang terjadi setelah cedera kepala yang menyebabkan defisit pada area fungsi susunan saraf pusat (SSP) PCS ICD-10
3 atau lebih dari 8 gejala : 1. Nyeri kepala 2. Pusing 3. Kelelahan/fatique 4. Iritabel 5. Insomnia 6. Gangguan konsentrasi 7. Gangguan memori 8. Intoleransi thd stres, emosi atau alkohol ICD X PCS KRITERIA APA 3 gejala berikut menetap 3 bulan post trauma 1. Mudah lelah 2. Gangguan tidur 3. Nyeri kepala 4. Vertigo/dizziness 5. iritabilitas atau agresi dengan atau tanpa provokasi 6. Depresi 7. Ansietas atau labilitas afektif 8. Apatis atau kurangnya spontanitas 9. Perubahan kepribadian (sosial atau seksual yang tidak pantas) Tabel 1. Keluhan Pasien dengan PCS Somatik Psikologik Kognitif Nyeri kepala Depresi Penurunan konsentrasi Dizziness Ansietas Mudah lupa Fotofobia Iritabilitas Kesulitan belajar Fonofobia Apathy Kesulitan reasoning Tinitus Labilitas emosi Kesulitan memproses informasi Penglihatan kabur Gangguan memori Kecenderungan fatigue Gangguan penciuman dan penghiduan PCS O Mayoritas membaik dalam 3-6 bulan O PCS persisten: gejala menetap >1 tahun O Faktor prediktif: Perempuan Litigasi Status sosial ekonomi rendah Usia >40 tahun Penyalahgunaan alkohol Penyakit psikiatrik Kemampuan kognitif dan fungsi sosial pra-cedera rendah Penyakit jiwa dan nyeri kepala sebelumnya
Influks sitokin Radikal bebas Kerusakan reseptor Inflamasi Perubahan Ach Perubahan katekolamin Perubahan serotonin Kesimpulan Kesimpulan O Unit Gawat Darurat sebagai lini pertama pertolongan pada cedera kepala harus lebih waspada pada kasus cedera kepala dengan GCS 15 O mengingat tidak semua lesi perdarahan diotak bermanifestasi karena sangat ditentukan oleh lokasi dan besarnya lesi pada otak Kesimpulan O GCS 15 pasca cedera kepala memerlukan kewaspadaan khusus. O GCS pada saat masuk merupakan prediktor penting outcome cedera kepala. O HCTS merupakan pemeriksaan wajib pada kasus cedera kepala O Klasifikasi cedera kepala ditegakkan setelah pemeriksaan HCTS
Kesimpulan O Klasifikasi Cedera Kepala Berat pada Konsensus PERDOSSI tidak dapat diterapkan pada kasus kasus tertentu, dimana didapatkan ketidaksesuaian antara GCS dengan pemeriksaan HCTS. O Manajemen cedera kepala harus dilakukan dengan cepat, tepat dan adekuat sesuai dengan klasifikasi cedera kepala.
Citicholin & Piracetam O Citicholin : ^ neurotransmiter dopaminergik, + asam radikal bebas, memperbaiki kerusakan metabolisme lipid mitokondria di serebral akibat hipoksia
O Piracetam : ^ jumlah dan fungsi neurotransmiter kholinergik dan neurotransmiter eksitatori amin (glutamat dan aspartat), + radikal bebas, memproteksi metabolisme neuron. Piracetam O Mechanism (neuronal) Repair cell membran fluidity Repair neurotransmission Stimulation adenylate kinase O Mechanism (vascular) Increase eritrocyte deformability Decrease platelet hyperagregation Repair microcirculation
Perdossi, 2004 Hyperosmolar Therapy: Increase Blood Osmolarity Fluid Movement of fluid out of cell reduces edema Brain cell Blood vessel Trimarchi, 2000 Manitol 1. Lowering ICP : Immediate plasma expansion : reduce the hematocrit and blood viscosity (improved rheology) which increases CBF and O 2 delivery. Osmotic effect : increased serum tonicity draws edema fluid from cerebral parenchyma. 2. Supports the microcirculation by improving blood rheology 3. Possible free scavenging (Greenberg,2000)
Dose : 0,5 1,0 g/kg body weight (Adam,et al., 2001) Iv bolus 100 ml of 20 % mannitol over 15 minutes (Lindsay, et al., 1997) Citicholin Mekanisme : O Menjaga cardiolipin (komponen penting inner membran mitokondria) dan sphingomyelin; O Menjaga kandungan asam arakidonat yang berupa PtdCho dan Ptd-ethanolamine; O Secara parsial mengembalikan kadar PtdCho ; O Menstimulasi sintesis glutathion dan aktifitas glutathion reduktase; O Menurunkan peroksidasi lipid; dan O Mengembalikan aktifitas Na/K-ATPase.
Citicholin dibandingkan Placebo pada TBI ODouble blind Controlled Trial O43 pasien dengan TBI 24 pasien pada kelompok CDP- Cholin. 19 pasien pada kelompok placebo. Citicholin dibandingkan Placebo pada TBI (hasil)
CITICOLIN PADA NYERI KEPALA POST TRAUMA O 153 pasien diterapi dengan citicolin 2x1000 mg po selama 28 hari dibandingkan dengan placebo O Pasien yang diterapi dengan citicholin mengalami perbaikan yang lebih cepat dibandingkan dengan plasebo
(Setyopranoto, 2007)
PIRACETAM O Mekanisme pada neurotransmiter O Kholinergik & NMDA O Metabolisme anaerob O Radikal bebas PIRACETAM pada TBI (Foroglou et al, 1990) O 26 pasien dengan TBI sedang/berat (GCS 3-10) O Terapi standar + piracetam 4x3 gr/hari iv dibandingkan dengan terapi standar O Hasil : kadar lactat, piruvat, GCS pada hari ke 7 yang bermakna secara statistik.