KELOMPOK 5
BATAM
Sejarah
Pulau Batam dihuni pertama kali oleh orang melayu dengan sebutan orang selat sejak tahun 231 Masehi. Pulau yang pernah menjadi medan perjuangan Laksamana Hang Nadim dalam melawan penjajah ini digunakan oleh pemerintah pada dekade 1960-an sebagai basis logistik minyak bumi di Pulau Sambu. Pada dekade 1970-an, dengan tujuan awal menjadikan Batam sebagai Singapura-nya Indonesia, maka sesuai Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973, Pulau Batam ditetapkan sebagai lingkungan kerja daerah industri dengan didukung oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau lebih dikenal dengan Badan Otorita Batam (BOB) sebagai penggerak pembangunan Batam. Di era reformasi pada akhir dekade tahun 1990-an, dengan UndangUndang nomor 53 tahun 1999, maka Kotamadya administratif Batam berubah statusnya menjadi daerah otonomi, yaitu Pemerintah Kota Batam untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan dengan mengikut sertakan Badan Otorita Batam.
GEOGRAFIS
Luas wilayah daratan seluas 1.040 km atau sekitar 1,5 kali dari wilayah Singapura, sedangkan luas wilayah keseluruhan mencapai 2.950 km. Kota Batam beriklim tropis dengan suhu rata-rata 26 sampai 34 derajat celsius. Kota ini memiliki dataran yang berbukit dan berlembah. Tanahnya berupa tanah merah yang kurang subur.
Batas Utara : Selat Singapura
Batas Selatan
Batas Timur Batas Barat
: Kabupaten Lingga
: Pulau Bintan dan Tanjung Pinang : Kabupaten Karimun
Terwujudnya Kota Batam sebagai Bandar Dunia Madani yang Modern dan Menjadi Andalan Pusat Pertumbuhan Perekonomian Nasional
Mensukseskan misi pemerintah untuk mengembangkan Kota Batam sebagai Bandar
Modern berskala internasional sebagai kawasan investasi dilengkapi dengan fasilitas pusat perdagangan, kawasan industri besar, menengah kecil, koperasi, usaha rumah tangga, industri pariwisata, pusat perbelanjaan dan kuliner, hiburan, pengelolaan sumberdaya kelautan melalui kerjasama dengan Pengelola Kawasan dan pemangku kepentingan pembangunan lainnya. Mengembangkan sistem pendukung strategis penataan ruang terpadu meliputi komponen fasilitas sarana dan prasarana sistem transportasi darat laut dan udara yang memadai, sistem telekomunikasi dan teknologi informasi (ICT) modern dan prima, ekosistem hutan kota, penataan lingkungan kota yang bersih, sehat, aman, nyaman dan lestari. Meningkatkan pelayanan prima dalam hal pendidikan, kesehatan, perumahan yang layak dan terjangkau, ketenagakerjaan, sosial budaya, fasilitasi keimanan dan ketaqwaan, kepemudaan dan olahraga agar kualitas hidup manusia dan kecerdasan seluruh lapisan masyarakat meningkat serta pengentasan kemiskinan. Menumbuhsuburkan kehidupan harmonis dan berbudi pekerti atas dasar nilai multi etnis, multi kultur, multi agama dan melestarikan nilai-nilai seni budaya melayu, kearifan lokal dan memelihara kelestarian lingkungan hidup. Mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa.
Arti Warna Lambang Merah = keberanian. Kuning = berarti keagungan. Hijau = kesuburan, kemakmuran. Hitam = berarti keabadian. Putih = berarti kesucian. Biru = berarti ketenangan, keluasan
Bintang, melambangkan masyarakat Batam yang religius dan Ketuhanan Yang maha Esa. Keris Melayu, lambang keperkasaan dan kepahlawanan Laksamana Hang Nadim yang dapat dijadikan contoh bagi masyarakat. Lambang kebenaran berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Gelombang berjumlah lima lapis, berarti kerja atau bekerjanya masyarakat kota Batam dengan dasar Pancasila, letak geografis Batam yang dikelilingi oleh laut yang berarti juga bahwa Laksamana Hang Nadim berkuasa didaratan dan lautan. Perahu Dendang, yaitu perahu dalam bentuk lambing keperkasaan di laut dan penguasa wilayah. Jembatan Barelang, lambang kegiatan pembangunan kota Batam yang menjembatani kemajuan perdagangan, industri, pariwisata dan alih kapal. Pita berwarna merah dengan tulisan kota Batam, berarti siap menghadapi/ memasuki era baru alap/ millenium III dan kemajuan jaman. Rantai, berjumlah 45 melambangkan semangat persatuan/ persaudaraan antar masyarakat kota Batam yang heterogen.
BAHAS A
Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti Bahasa Minang, Bahasa Batak, dan Bahasa Jawa. Hal demikian terjadi karena Batam adalah tempat berbagai suku bangsa bertemu.
Walikota Batam
Kecamatan Belakang Padang Kecamatan Bulang Kecamatan Sagulung Kecamatan Galang Kecamatan Lubuk Baja Kecamatan Sungai Beduk Kecamatan Batu Aji
Agama
Islam adalah agama mayoritas di Kota Batam, dengan jumlah penganut sebanyak 76,69% dari seluruh penduduk kota. Diikuti oleh penganut Kristen (17,02%), Budha (5,79%), dan Hindu (0,40%). Mesjid Raya Batam yang terletak di tengah kota, berdekatan dengan alun-alun, kantor walikota dan kantor DPRD menjadi simbol masyarakat Batam yang agamis. Agama Kristen dan Katholik juga banyak dianut oleh masyarakat Batam, terutama yang berasal dari suku Batak dan Flores. Agama Buddha kebanyakan dianut oleh warga Tionghoa. Batam memiliki Vihara yang konon terbesar di Asia Tenggara, yaitu Vihara Duta Maitreya.
Suku Budaya
Meskipun budaya Melayu yang dominan di daerah ini, penduduk Batam terdiri dari budaya dan etnis yang beragam, yang datang dari seluruh Indonesia maupun dari luar negeri. Penduduk pada Maret 2011 adalah 1.081.527 orang (Sumber: http://skpd.batamkota.go.id), terdiri dari 558.461 laki-laki dan perempuan 523.066. Pertumbuhan penduduk tahunan selama satu dekade cukup besar, karena perekrutan tenaga kerja oleh perluasan industri dilakukan secara aktif. Meskipun dalam keragaman budaya dan bahasa, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, digunakan oleh orang-orang dari nusantara sedangkan Bahasa Inggris diajarkan di sekolah dan lebih umum digunakan di kalangan bisnis/perusahaan multinasional.
Adat Istiadat
Ada beberapa tarian tradisional yang populer, seperti tari Jogi serta Tari Zapin yang mencerminkan pengaruh kuat budaya Arab. Ada juga Tari Persembahan yang biasanya dilakukan saat menyambut tamu kehormatan. Selain itu ada drama Mak Yong yang merupakan drama pertunjukan tari dan lagu, menceritkan tentang sebuah negara bernama "Riuh", yang diyakini menjadi asal nama propinsi Riau.
Bandar
Udara
Internasional
Hang Nadim, terletak di Batam, Kepulauan Riau (bagian dari Sumatera), Indonesia. Ini adalah satu-satunya bandara di pulau Batam
Pariwisata-Jembatan Balerang
Pariwisata-Pulau Galang