Anda di halaman 1dari 32

Adapted: www.psb-psma.

org

Materi
Radiasi Benda Hitam
Teori Planck Aplikasi Radiasi Benda Hitam Efek Fotolistrik Efek Compton Sifat Gelombang Partikel Evaluasi

Standar Kompetensi Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein dalam paradigma fisika modern Kompetensi Dasar: Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup hakikat benda hitam serta penerapannya.

Petunjuk Penggunaan Program

Materi
Radiasi Benda Hitam
Teori Planck Aplikasi Radiasi Benda Hitam Efek Fotolistrik Efek Compton Sifat Gelombang Partikel Evaluasi

Presentasi ini akan bekerja normal, bila : - Menggunakan Microsoft Power Point XP 2003 /2007

- MP3 Player - Speaker Aktif Komputer (minimum)


Petunjuk Menjalankan Presentasi :
- Jalankan presentasi (buka cd file Materi-klik play.bat)

- Jika anda menjalankan dari HARDISK, seluruh file di copy dahulu ke Satu Folder (Tidak boleh berbeda folder) agar seluruh file dapat berjalan dengan baik . - Di setiap slide sudah disediakan Tombol untuk di KLIK untuk menjelajah isi materi. - Folder-folder di CD berisi file-file pendukung presentasi.

Materi
Radiasi Benda Hitam
Teori Planck Aplikasi Radiasi Benda Hitam Efek Fotolistrik Efek Compton Sifat Gelombang Partikel Evaluasi

About Me
Nama NIP

Pangkat/Gol
Tempat/Tgl.Lahir Jenis Kelamin Alamat Rumah Telp. HP Pekerjaan Alamat Kantor Telp/Fax. Kantor E-mail

: Burha

: 197510

: Penat : Pria

: Kerinci

: Komp.

Jl. Lint

: 081366

: Guru F

: SMA T

Jl. Lint

: 0741-7

: hans_a

Materi
Radiasi Benda Hitam
Teori Planck Aplikasi Radiasi Benda Hitam Efek Fotolistrik Efek Compton Sifat Gelombang Partikel Evaluasi

Kompetensi Dasar: Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup hakikat benda hitam serta penerapannya.

Indikator:
1. Menganalisis dan menginterpretasi data empiris tentang radiasi

benda hitam.

Materi
Radiasi Benda Hitam
Teori Planck Aplikasi Radiasi Benda Hitam Efek Fotolistrik Efek Compton Sifat Gelombang Partikel Evaluasi

Kompetensi Dasar: Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup hakikat benda hitam serta penerapannya.

Indikator:
4. Mengaplikasikan sifat-sifat radiasi benda hitam untuk mengukur

suhu matahari dan suhu bintang.

Materi
Radiasi Benda Hitam
Teori Planck Aplikasi Radiasi Benda Hitam Efek Fotolistrik Efek Compton Sifat Gelombang Partikel Evaluasi

Kompetensi Dasar: Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup hakikat benda hitam serta penerapannya.

Indikator:
2. Memformulasikan hipotesis Planck.

3. Memformulasikan hukum Pergeseran Wien dan hukum Stefan Boltzmann berdasarkan hipotesis Planck.

Materi
Radiasi Benda Hitam
Teori Planck Aplikasi Radiasi Benda Hitam Efek Fotolistrik Efek Compton Sifat Gelombang Partikel Evaluasi

Kompetensi Dasar: Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup hakikat benda hitam serta penerapannya.

Indikator:
5. Menganalisis dan menginterpretasi data empiris tentang

Efek Fotolistrik sebagai Teori Kuantum Cahaya.

Materi
Radiasi Benda Hitam
Teori Planck Aplikasi Radiasi Benda Hitam Efek Fotolistrik Efek Compton Sifat Gelombang Partikel Evaluasi

Kompetensi Dasar: Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup hakikat benda hitam serta penerapannya.

Indikator:
6. Menganalisis dan menginterpretasi data empiris tentang

Efek Compton sebagai Teori Kuantum Cahaya.

Materi
Radiasi Benda Hitam
Teori Planck Aplikasi Radiasi Benda Hitam Efek Fotolistrik Efek Compton Sifat Gelombang Partikel Evaluasi

Kompetensi Dasar: Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup hakikat benda hitam serta penerapannya.

Indikator:
7. Menganalisis dan menginterpretasi data empiris tentang

Sifat Gelombang Partikel sebagai Teori Kuantum Cahaya.

Materi
Radiasi Benda Hitam
Teori Planck Aplikasi Radiasi Benda Hitam Efek Fotolistrik Efek Compton Sifat Gelombang Partikel Evaluasi

Kompetensi Dasar: Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup hakikat benda hitam serta penerapannya. Indikator:
1. Siswa dapat menginterpretasi data empiris tentang radiasi

benda hitam. 2. Siswa dapat memformulasikan hipotesis Planck. 3. Siswa dapat memformulasikan hukum Pergeseran Wien dan hukum Stefan Boltzmann berdasarkan hipotesis Planck. 4. Siswa dapat mengaplikasikan sifat-sifat radiasi benda hitam untuk mengukur suhu matahari dan suhu bintang. 5. siswa dapat menganalisis dan menginterpretasi data empiris tentang Efek Fotolistrik sebagai Teori Kuantum Cahaya. 6. Siswa dapat menganalisis dan menginterpretasi data empiris tentang Efek Compton sebagai Teori Kuantum Cahaya. 7. Siswa dapat menganalisis dan menginterpretasi data empiris tentang Sifat Gelombang Partikel sebagai Teori Kuantum Cahaya.

Berdasarkan hasil eksperimen diperoleh bahwa banyaknya radiasi termal yang dipancarkan oleh suatu benda dipengaruhi oleh: 1. Suhu benda : benda bersuhu lebih tinggi akan memancarkan lebih banyak radiasi. 2. Sifat permukaan benda : permukaan kasar lebih banyak memancarkan radiasi dibandingkan permukaan halus. 3. Bentuk benda : permukaan yang lebih luas akan memancarkan radiasi yang lebih banyak. 4. Jenis material : logam lebih banyak memancarkan radiasi dibandingkan dengan non logam. Hasil eksperimen di atas pertama kalinya dilakukan oleh Joseph Stefan. Kemudian oleh Ludwig Boltzmann merumuskan secara matematis Intensitas rasiasi (I) dipancarkan oleh sebuah benda sbb:

I = e T4

P=

Q = e A T4 t

dimana : P = daya yang dipancarkan (Watt). e = emisivitas benda. = konstanta Stefan-Boltzmann = 5,67 x 10-8 W/m2 K4 A = luas permukaan benda (m2) T = suhu mutlak benda (Kelvin). Emisivitas adalah kemampuan suatu benda memancarkan energi (gelombang elektromagnetik). Nilai e antara 0 dan 1. Suatu benda yang dapat menyerap semua radiasi yang mengenainya disebut benda hitam sempurna. Radiasi yang dihasilkan oleh sebuah benda hitam sempurna ketika dipanaskan disebut radiasi benda hitam. Perlu diingat bahwa benda hitam sempurna merupakan suatu model, jadi sebenarnya tidak ada sebuah benda yang berprilaku sebagai benda hitam sempurna. Berdasarkan nilai emisivitas (e), maka benda hitam sempurna memiliki nilai e = 1.

Berdasarkan definisi benda hitam sempurna, dapat digambarkan model benda hitam pada gambar di samping. Seberkas sinar datang mengenai lubang pada sebuah dinding berongga. Sinar ini akan dipantulkan berkali-kali oleh dinding rongga dan setiap kali dipantulkan intensitasnya berkurang (karena sebagian diserap) sampai suatu saat energinya kecil sekali (hampir nol). Jadi dapat dikatakan sinar yang mengenai lubang tidak keluar lagi. Itulah sebabnya lubang ini dinamakan benda hitam. Walaupun dinding dalam kaleng mengkilat, akan tetapi lubang tampak gelap. Penyerapan sinar oleh dinding berongga ini mengakibatkan naiknya suhu (T) pada dinding tersebut. Sehingga sesaat kemudian dinding ini akan memancarkan radiasi ke sekitarnya. Jika dinding diberi logam maka radiasi akan keluar dari lubang tersebut. Peristiwa ini disebut radiasi benda hitam.

Para fisikawan tertarik untuk mempelajari dan meneliti intensitas radiasi benda hitam ini. Ilmuwan yang pertama kali melakukan penelitian ini adalah Wilhelm Wien.

Radiasi yang dipancarkan benda hitam dilewatkan melalui celah agar diperoleh berkas gelombang yang sempit. Setelah melewati prisma, gelombang terdispersi menurut panjang gelombang masing-masing. Untuk mengukur intensitas dan panjang gelombang setiap spektrum, detektor digeser-geser menurut sudut deviasi berkas gelombang terdispersi. Percobaan ini dilakukan pada suhu benda hitam yang berbeda-beda

Panjang Gelombang

Berdasarkan percobaan (data emeperis) dapat ditunjukkan grafik intensitas radiasi terhadap panjang gelombang. Jika suhu dinaikkan, intensitas radiasi akan meningkat. Dalam setiap suhu dapat dilihat adanya panjang gelombang yang memiliki intensitas maksimum, yaitu maks. Terlihat pula jika suhu berubah maka maks akan mengalami pergeseran. Semakin tinggi suhu, intensitas maks semakin bergeser ke arah panjang gelombang yang lebih pendek. Hukum Pergeseran Wien

maks maks

Gejala pergeseran intensitas cahaya maks pada radiasi benda hitam disebut Pergeseran Wien. Wien menemukan bahwa hasil kali antara intensitas pada maks dan suhu mutlak merupakan bilangan konstan yang berharga 2,898 x 10-3 mmK. Secara matematis Hukum Pergeseran Wien dapat dinyatakan dengan persamaan:

Panjang Gelombang

maks T = 2,898 mmK


maks T = konstan

Hukum Rayleigh-Jeans Berdasarkan grafik intensitas radiasi terhadap panjang gelombang, Lord Rayleigh dan James Jeans mencoba menerangkan spektrum radiasi benda hitam dengan menggunakan teori Fisika Klasik mengenai teori kinetik gas (termodinamika klasik). Mereka dapat menurunkan rumus Intensitas (I) radiasi benda hitam untuk panjang gelombang yang besar sbb:

Hukum Rayleigh-Jeans

8kT 4 dengan k = 1,38 x 10-23 J/K adalah konstanta Boltzmann I =


Hasil perhitungan Rayleigh-Jeans dibandingkan dengan hasil eksperimen dapat ditampilkan pada gambar di samping. Terlihat bahwa pada panjang gelombang pendek, ramalan teori RayleighJeans gagal total. Rumus Rayleigh-Jeans meramalkan bahwa pada 0, intensitas I , ini sangat bertentangan sekali dengan hasil eksperimen. Penyimpangan persamaan Rayleigh-Jeans yang jauh ini diberi istilah katastrof (bencana) ultraviolet.

Panjang Gelombang

Hukum Rayleigh-Jeans

Hukum Wien

Panjang Gelombang

Berbeda dengan keterangan yang diajukan oleh Wilhen Wien, jika RayleighJeans hanya bisa menerangkan grafik intensitas radiasi benda hitam pada panjang gelombang besar, Wilhem Wien justru mampu menerangkan grafik intensitas radiasi benda hitam pada panjang gelombang pendek. Lihat gambar grafik di samping. Dengan menggunakan termodinamika klasik, Wilhem Wien merumuskan intensitas radiasi benda hitam sbb:

I =

A -c / T e 4

dengan A dan c adalah konstanta. Hukum Planck Pada tahun 1900 Max Planck mengajukan rumus emperis yang spektakuler dan menghasilkan grafik intensitas radiasi benda hitam yang cocok dengan hasil pengamatan, sbb:

2 hc2 I 5 hc / kT (e 1)

dengan h = 6,626 x 10-34 Js disebut Konstanta Planck. Dalam teorinya Planck memakai anggapan sama seperti Rayleigh-Jeans yaitu dengan menganggap radiasi dihasilkan oleh muatan atau molekul yang bergetar. Sehingga pada panjang gelombang yang panjang, rumus Planck mendekati rumus Rayleigh-Jeans. Di samping itu ia menambah dua anggapan yang sangat berani dan kontroversial mengenai osilasi molekul-molekul, sbb: 1. Molekul-molekul yang berosilasi akan memancarkan energi diskrit (tidak kontinu), En yang diberikan rumus: En = nhf dengan n aadalah bilangan asli yang disebut bilangan kuantum. dan f disebut frekuensi getaran molekul-molekul. Karena energi radiasi bersifat diskrit maka energinya terkuatisasi dan energi yang diperkenankan adalah n = 1,2,3,. Disebut tingkat energi. 2. Molekul memancarkan atau menyerap energi dalam satuansatuan diskrit yang dinamakan kuanta/kuantum atau foton. Tiap foton memiliki energi sebesar E = hf. Asumsi Planck ini mempelopori lahirnya mekanika kuantum.

Hukum Planck

Panjang Gelombang

Pada tahun 1905, Albert Einstein mengemukakan teori baru yang spektakuler. Teori ini mengatakan bahwa energi cahaya terkuantisasi dalam bentuk bundelbundel energi yang besarnya
E = hf

Bundel-bundel energi ini dinamakan foton yang memiliki kelakuan seperti partikel tidak seperti gelombang. Dengan teori ini Einstein mampu menjelaskan peristiwa efek fotolistrik dengan baik.

A A V

Fotolistrik merupakan peristiwa dipancarkannya elektron ketika permukaan suatu logam disinari cahaya. Elektron yang terlepas disebut fotoelektron. Ketika tabung ditempatkan di tempat gelap, jarum galvanometer pada amperemeter menunjuk angka nol. Tetapi ketika sinar monokromatik dengan panjang gelombang tertentu menyinari keping K jarum galvanometer menyimpang (terdapat arus yang mengalir dalam rangkaian). Arus ini berhubungan dengan terpancarnya elektron dari keping K dan dikumpulkan di keping A.

1. Tidak semua frekuensi gelombang cahaya dapat menyebabkan efek fotolistrik, walaupun intensitas cahaya diperbesar. Contoh : pada logam Na. Menurut teori gelombang: semakin besar intensitas cahaya, semakin besar arus yang mengalir, tetapi kenyataannya tidak terjadi demikian. Menurut Einstein: cahaya datang berupa bundel-bundel energi sebesar E = hf , jika mengenai logam, maka elektron menyerap energi ini dan energinya naik sebesar hf. Jika energi ini lebih tinggi dari energi ikat atom terhadap elektron-elektronnya maka elektron akan terlepas. Frekuensi terkecil cahaya yang dapat melepaskan elektron dinamakan frekuensi ambang, f0. Sedangkan energi untuk frekuensi ini disebut energi ambang yang besarnya harus sama dengan energi ikat atom, E0 = hf0 , dinamakan fungsi kerja. Jika elektron mendapatkan energi lebih besar dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi ini digunakan untuk menambah energi kinetik elektron, disebut energi kinetik maksimum (Ek)maks, sehingga diperoleh hubungan sbb: hf = E0 + (Ek)maks

2. Energi kinetik maksimum elektron yang terlepas tidak tergantung pada intensitas cahaya, tetapi tergantung pada frekuensi sinar yang datang. Menurut Einstein, ketika tegangan diperkecil hingga polaritas batere terbalik, maka beda potensial mencapai nilai kritis -V0 , dan arus listrik yang terbaca menunjuk angka nol (tidak ada elektron yang keluar dari keping K). Potensial ini disebut potensial penghenti ,V0 . Sehingga diperoleh hubungan sbb: V (Ek) maks = e V0 Grafik yang menunjukkan hubungan beda potensial V dengan arus I dapat dilihat pada gambar di samping.

-V0

3. Berdasarkan teori gelombang, elektron membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyerap energi agar dapat terlepas dari permukaan logam, tetapi kenyataannya elektron yang dipancarkan dari keping logam terjadi dalam waktu yang singkat, 10-9 sekon setelah permukaan disinari, bahkan pada intensitas cahaya yang rendah.

(Ek)maks

4. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa hubungan antara f dan (Ek) maks adalah hubungan linear seperti pada gambar di samping. Menurut teori gelombang : energi gelombang sebanding dengan frekuensi kuadrat. E = m2A2. Jika energi gelombang diserap tan = h maka seharusnya energi kinetik maksimum sebanding dengan f f0 frekuensi kuadrat. Tetapi hasil eksperimen tidak demikian. Menurut Einstein : dengan rumus (Ek)maks = hf E0 berhasil memperlihatkan bahwa hubungan energi kinetik maksimum ini sebanding dengan frekuensi. Eksperimen juga membuktikan bahwa besarnya kemiringan grafik pada gambar adalah sama dengan h. Kemampuan Einstein untuk menjelaskan peristiwa fotolistrik memaksa orang untuk menerima pendapat Einstein bahwa cahaya dapat berkelakuan seperti partikel. Apalagi ditambah dengan percobaan Compton yang membuktikan bahwa sungguh cahaya dapat berkelakuan sebagai partikel.

Gejala Pemanasan Global

Bumi dapat diasumsikan sebagai benda hitam. Ketika dipanaskan akan menyerap energi kalor dan ketika sudah panas akan memancarkan kembali ke luar angkasa. Apabila energi sinar inframerah yang dipancarkan bumi tidak mampu menembus lapisan atmosfer (CO2), akibatnya sinar ini akan terperangkap. Akhirnya akan terjadi kenaikan suhu pada bumi yang cenderung meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca.
Mengukur Suhu Matahari Untuk mengukur suhu sebuah bintang atau matahari, para ilmuwan meneliti spektrum cahaya matahari dengan menganalisis menurut frekuensi dan panjang gelombangnya. Alat bantu yang dipergunakan untuk mengamati spektrum matahari atau bintang ini disebut spektroskop. Kemudian dengan menggunakan persamaan Wien maka dapat diketahui suhu pada permukaan bintang atau matahari tsb.

Ide foton dikembangkan oleh Einstein dan pada tahun 1919, Einstein menyimpulkan bahwa suatu foton yang bergerak mempunyai momentum sebesar E/c. E = mc2 = mc c = p c Pada tahun 1923 Arthur Holly Compton dan Peter Debye melakukan eksperimen mengenai momentum foton ini. Mereka mengamati bahwa hamburan foton sinar X oleh elektron dapat diterangkan dengan menganggap foton sebagai partikel titik dengan energi hf dan momentum hf/c serta menggunakan hukum kekekalan momentum dari foton dan elektron yang bertumbukan. Menurut teori gelombang, ketika cahaya/sinar X datang pada sebuah elektron, akan diserap lalu dipancarkan kembali dengan frekuensi lebih kecil dari frekuensi semula. Frekuensi atau panjang gelombang tergantung pada lamanya elektron disinari. Namun pada pada percobaan Compton mencatat bahwa ketika elektron disinari oleh sinar X, maka panjang gelombang foton yang terhambur hanya tergantung pada sudut hamburan, sama sekali tidak dipengaruhi oleh lamanya penyinaran.

E c

hf c

hc

Sebelum tumbukan elektron dalam keadaan diam E0=m0c2. Sesudah tumbukan, elektron memiliki energi E dan momentum relativistik pe. Hubungan energi total E dengan momentum relativistik adalah sbb:

E 2 E0 pe c 2
2 2

E 2 (m0c 2 ) 2 pe c 2 .......... .......... .......... ... (*)


2

Sebelum tumbukan energi foton = pc dan energi elektron = energi diam. Sesudah tumbukan energi foton = pc dan elektron = energi total, sehingga:

pc m0 c 2 p ' c E E pc p ' c m0 c 2 E 2 ( pc p ' c m0 c 2 ) 2 .......... ........ (**)

Jika persamaan (*) dan (**) saling disubstitusikan, maka:

( p p' m0c)2 (m0c)2 pe .......... ......(***)


2

Pada tumbukan antara foton dan elektron berlaku juga hukum kekekalan momentum, sebelum tumbukan vektor momentum foton = p dengan arah horisontal dan momentum elektron = 0. Sesudah tumbukan vektor momentum foton = p dengan arah membentuk sudut , dan momentum elektron = pe

p = p + pe
Dengan memperhatikan gambar vektor, kita peroleh hubungan skalar dengan menggunakan rumus cosinus sbb:

pe p'2 p 2 2 p' p cos


2

Substitusikan nilai pe2 ini ke persamaan (***), diperoleh:

( p p' m0c) 2 (m0c) 2 ( p'2 p 2 2 p' p cos ) p 2 p'2 (m0c) 2 2 p' p 2 pm0c 2 p' m0c (m0c) 2 p'2 p 2 2 p' p cos

2 p' p 2 pm0 c 2 p' m0 c 2 p' p cos

Jika kedua dibagi dengan 2pp, kita peroleh:

m0 c m0 c cos p' p m0 c m0 c 1 cos p' p m0 c mc 0 1 cos h / ' h / mc ( ' ) 0 1 cos h

( ' )

h (1 cos ) m0 c

Louis de Broglie pada tahun 1923, membuat suatu postulat yang sangat berani yaitu bahwa semua materi termasuk elektron mempunyai sifat gelombang. Untuk menghitung panjang gelombang suatu materi (partikel), Broglie menggunakan rumus Einstein tentang momentum dan energi foton.
E hf p hc

E h c h p

Sehingga diperoleh persamaan untuk partikel berlaku p = mv, dan selanjutnya dikenal dengan persamaan de Broglie, sbb:

h h p mv

Lebih jauh lagi Broglie membuat postulat bahwa frekuensi gelombang dari suatu materi yang mempunyai energi E adalah:

E h

C.J Davisson dan L.H Germer tiga tahun kemudian, berhasil mengukur panjang gelombang suatu elektron dan hasilnya tepat sesuai dengan rumus Broglie. Dalam eksperimennya, elektron diarahkan pada suatu target nikel dalam ruang hampa. Ternyata elektron yang terhambur menunjukkan gejala interferensi dan difraksi. Pada tahun yang sama G.P Thomson menunjukkan bahwa elektronelektron yang ditembakkan pada lempengan emas tipis menunjukkan polapola difraksi. Pola-pola difraksi yang ditunjukkan oleh Davisson Germer dan Thomson tidak mungkin terjadi jika elektron tidak berkelakuan sebagai gelombang.

Soal Evaluasi
1. Suatu benda mempunyai emisivitas 0,5. Hitunglah intensitas radiasi yang dipancarkan oleh benda tersebut pada suhu 100 K dan 400 K

2. Bagaimana seorang Astronom dapat mengetahui suhu sebuah bintang, padahal sebuah bintang tidak mungkin dapat didekati, atau suhu bintang tidak dapat diukur secara langsung ?
3. Dari hasil pengukuran spektrum cahaya yang dihasilkan Matahari, didapatkan suhu permukaan Matahari sekitar 6000 K. Tentukan panjang gelombang cahaya yang dihasilkan Matahari pada intensitas maksimum menurut Wien. Tentukan pula energi yang dihasilkan intensitas maksimum trsebut. Diketahui konstanta Wien 2,898.10-3 mK dan kostanta Planck = 6,63.10-34 Js

4. Bagaimana hubungan antara prinsip ekuipartisi energi dan perumusan Rayleigh-Jeans? Jelaskan apa yang dimaksud dengan bencana Ultraviolet ? 5. Sebuah lampu pijar menghasilkan daya 12 watt dengan panjang gelombang 6000 A. Anggap 10 % energi lampu berubah menjadi energi cahaya dan h = 6,63.10-34 Js. Tentukan jumlah foton yang dihasilkan oleh lamu setiap sekon 6. Setelah mengalami tumbukan dengan foton, sebuah elektron memperoleh energi kinetik sebesar 3 eV. Jika karena tumbukan itu foton mengalami penurunan energi sebesar 25%. Tentukan : a. Energi foton sebelum tumbukan dan setelah tumbukan b. Sudut hamburan yang dialami foton. 7. Sinar-X memiliki energi sebesar 10-15 J bertumbukan dengan sebuah elektron. Jika energi foton setelah tumbukan berkurang menjadi setengahnya, tentukan sudut hamburan yang dialami oleh foton sinar-X.

Anda mungkin juga menyukai