LITERATUR
Antara lain: Filsafat Hukum: Apakah Hukum Itu oleh Drs. Lili Rasjidi, S.H.,LL.M. Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum oleh Prof. Dr. H. Lili Rasjidi, S.H. LL.M. Filsafat dan Teori Hukum Postmodern oleh Dr. Munir Fuady, S.H.,M.H. LL.M. Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia oleh Prof. Darji Darmodiharjo, S.H. Dan Dr. Shidarta, S.H.,M.Hum.
filsafat moral (etika). Posisi filsafat sebagai mater scientiarum menjadikan filsafat hukum juga sebagai induk dari ilmu hukum. Disiplin Hukum dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Ilmu Hukum; 2. Teori Hukum 3. Filsafat Hukum
1. Politik Hukum DISIPLIN HUKUM (Teori Hk dlm arti luas) 2. Filsafat Hukum 3. Ilmu Hukum (Teori Hk. dlm arti sempit): - Ilmu ttg Norma - Ilmu ttg Pengertian Hukum - Ilmu ttg Kenyataan Hukum: a. Sejarah Hukum; b. Sosiologi Hukum; c. Psikologi Hukum; d. Perbandingan Hukum; e. Antropologi Hukum.
Ilmu ttg norma dan Ilmu ttg pengertian hukum disebut Ilmu ttg Dogmatik Hukum dengan ciri2: teoretis rasional dengan menggunakan logika deduktif. Ciri Ilmu ttg kenyataan hukum adalah teoretis empiris dengan menggunakan logika induktif.
Filsafat Hukum membahas masalah-masalah hukum secara filosofis untuk mencari apa hakikat hukum dan menemukan hukum yang benar dan adil bagi setiap masyarakat, bangsa dan negara; Filsafat Hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis; Objek Filsafat Hukum adalah hukum yang dikaji secara mendalam sampai kepada intinya yang disebut hakikat. Modalitas untuk membahas masalah-masalah filsafat hukum adalah dengan memahami dasar-dasar pengertian, sejarah dan aliran-aliran filsafat hukum; Inti dari pembelajaran filsafat hukum adalah penguasaan aliran-aliran filsafat hukum karena dengan bekal inilah semua permasalahan filsafat hukum mampu dianalisis dengan baik melalui pendekatan integral-holistik; Aliran-aliran utama filsafat hukum: - Aliran Hukum Kodrat (Hukum Alam) - Aliran Positivisme Hukum; - Aliran Utilitarianisme; - Mazhab Sejarah;
Filsafat Hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum, apa tujuannya, mengapa hukum ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga membahasa soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum.
Filsafat hukum berusaha mencari suatu rechtsideal yang dapat menjadi dasar hukum dan etis bagi berlakunya sistem hukum positif suatu masyarakat. Menurut Satjipto Rahardjo, Filsafat Hukum mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar dari hukum. Pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat hukum, dasar-dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum. Perbedaan Ilmu Hukum Positif dengan Filsafat Hukum, yaitu: - Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan mempertanyaan konsistensi logis dari asas-asas, peraturan-peraturan dan sistem hukumnya sendiri. - Filsafat hukum mengambil hukum sebagai fenomena universal sebagai sarana perhatiannya, untuk kemudian dikupas dengan menggunakan standar analisis bersifat mendasar tentang hukum.
OBJEK FISKUM
Ojek Pembahasan Fiskum masa lalu adalah terbatas masalah tujuan hukum terutama masalah keadilan;
Saat ini Objek Fiskum adalah setiap permasalahan yang mendasar sifatnya yang muncul di dalam masyarakat yang memerlukan suatu pemecahan oleh hukum.
Fiskum sekarang bukan lagi filsafat hukumnya para ahli filsafat seperti di masa-masa lampau, melainkan buah pikiran para ahli hukum (teoritis maupun praktis) yang dalam tugas sehariharinya banyak menghadapi permasalahan yang menyangkut keadilan sosial di masyarakat. Masalah-masalah hukum di masyarakat seperti: - Hubungan hukum dengan kekuasaan; - Hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya; - Apa sebabnya negara berhak menghukum seseorang; - Apa sebabnya orang mentaati hukum; - Masalah pertanggungjawaban; - Masalah hak milik; - Masalah kontrak; - Masalah peranan hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat; - dlsbnya.
Masalah Klasik tentang: 1. Hakikat Hukum 2. Tujuan Hukum 3. Keadilan 4. Penaatan Hukum 5. Hak Negara Menghukum 6. Hubungan Hukum dan Kekuasaan Masalah Kontemporer: 1. Hak Asasi Manusia 2. Hak Milik 3. Demokrasi 4. Hukum sbg sarana pembaruan masyarakat 5. Semua masalah kemasyarakatan
1. 2. 3.
Sumber Hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan; Pembukaan UUD 1945 sebagai Staatsfundamentalnorm; Transformasi nilai-nilai Pancasilla dalam sistem hukum di Indonesia.
Ketiga permasalahan tsb penting diajukan mengingat masing-masing berkontribusi pada pencarian atas jawaban apa dan bagaimana filsafat hukum Indonesia yang dengan sendirinya mendorong kita untuk mencari tahu tentang mengapa jawabannya seharusnya demikian.
Asas moralitas yang bernilai universal dan menjadi bagian inheren sistem hukum alam; Keadilan yang (masih) harus diwujudkan.
Kaidah-kaidah positif yang berlaku umum in abstracto di suatu waktu / tempat tertentu; Terbit sebagai produk eksplisit suatu sumber kekuasaan politik tertentu yang berlegitimasi; Hukum perundang-undangan nasional / negara; Perintah-perintah eksplisit yang secara positif telah terumus jelas guna menjamin kepastiannya.
Laws as it is made by
Keputusan yang diciptakan hakim in concreto dalam proses peradilan; Hasil cipta penuh pertimbangan (judgement) dari hakim pengadil. Pola perilaku sosial; Institusi sosial yang nyata dan fungsional di dalam sistem kehidupan masyarakat, baik dalam proses pemulihan ketertiban dan penyelesaian sengketa, maupun dalam proses pengarahan dan pembentukan pola perilaku yang baru. Serangkaian struktur, sebagai suatu realitas virtual atau historis, yang merupakan hasil proses panjang kristalisasi nilai-nilai politik, ekonomi, sosial, budaya, etnik, gender, dan agama; Sebagai instrumen hegemoni yang cenderung dominan, diskriminatif dan eksploitatif; Setiap saat terbuka bagi kritik, revisi, dan transformasi, guna menuju emansipasi.
Empirik Normologik
Law as historical /
virtual realities; Law as historically / virtually understood or believed; Law as false consciousness or as falsely realised.
(hk sbg kesadaran palsu)
Empirik Kritis
Law as it is in human
Makna-makna simbolik hasil interpretasi (individual ataupun kolektif) sebagaimana dalam dan dari aksi serta interaksi masyarakat.
contextual consensus
Legal Constructivism
Konstruksi mental yang bersifat relatif, majemuk, beragam, intangible, lokal, dan spesifik (walaupun elemen-elemen serupa dapat saja dijumpai pada individu, kelompok masyarakat, maupun budaya yang berbeda); berbasis sosial / eksperiential; Rekonstruksi / revisi / perubahan terjadi berkesinambungan, sejalan dengan pengayaan informasi dan sofistikasi atau olah cipta-rasa; Yang ada, setiap saat, adalah konsensus atau kesepakatan relatif berkenaan dengan konstruksi tersebut, sesuai dengan konteks ruang dan waktu.
Relatif Konstruktivis
Alat penyelesaian sengketa (dispute settlement) Sarana tertib sosial (social order) Sarana Pembaharuan Masyarakat (social engineering)
b. masa Socrates, Plato & Aristoteles; c. masa Stoa 2. Masa Romawi: a. Cicero b. Agustinus, dll Karakteristiknya:
semesta
Hukum keluar dari lingkup sakral dan mulai dipersoalkan sebagai gejala alam (abad VI sebelum masehi abad V sesudah masehi);
Aturan masyarakat (hukum) ada hubungan dengan aturan alam; Alam ini dianggap sebagai suci dan sakral sebab berkaitan dengan kekuasaan ilahi. Oki aturan alam dicerminkan dalam aturan masyarakat yang harus ditaati untuk menimbulkan keadilan, keamanan dan kebahagian hidup bersama.
1. 2.
Masa Gelap runtuhnya Kekaisaran Romawi Masa Scholastik corak khusus dari ajaran kristen
Karakteristiknya: Hukum ditanggapi dalam hubungan erat dengan Tuhan dan Agama (abad V abad XV sesudah masehi); Aturan alam tetap dianggap sebagai norma untuk kehidupan bersama, namun motifnya berubah yaitu ditaati karena alam merupakan ciptaan Tuhan.
Karakteristiknya: Hukum mulai dipandang dalam hubungannya dengan kebebasan manusia dan dengan negara-negara nasional (abad XV 1650)
Tokoh:
Hobes, bentham, Imanuel khant
Karakteristiknya: Norma utama adalah akal budi manusia; Oki aturan masyarakat merupakan pencerminan akal budi manusia. Hukum dipandang sebagai faktor dalam perkembangan kebudayaan dan sebagai objek penyelidikan ilmiah; Pengertian Filsafat hukum dikembangkan dari ahli hukum
BERSIFAT ANTROPOSENTRIS
ZAMAN MODERN BERSIFAT INDIVIDUALIS, RASIONALIS DAN MATERIALIS ZAMAN POSTMODERN BERSIFAT KEMAJEMUKAN DAN DINAMIS
Aliran Hukum Alam menurut sumbernya dapat dibedakan antara: 1. Aliran Hukum Alam Irasional berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung; Tokoh: Thomas Aquinas, John Salisbury, Dante, Piere Dubois, Marsilius Padua, dan John Wycliffe. 2. Aliran Hukum Alam Rasional berpendapat bahwa sumber dari hukum yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia (Pandangan ini muncul setelah zaman Renesanse (era ketika rasio manusia dipandang di atas segala-galanya)
Menurut Ajaran Postmodern, bahwa perbedaan merupakan inti dari segala kebenaran, Oki mereka tidak mempercayai kepada hal-hal yang universal, harmonis, konsisten, dan transendetal.
Aliran Postmodern ini merasuk ke dalam bidang hukum dan bersama2 dengan paham Realisme Hukum dan paham Kritis Radikal seperti aliran Frankfurt di Eropa, mempolakan suatu aliran baru dalam bidang hukum yang radikal yaitu Aliran Hukum Kritis/critical legal studies , tokoh: Roberto Mangabeire Unger. Menurut aliran critical legal studies, bahwa: - Hukum pada abad ke 20 dianggap suatu proses pembiaran terhadap ketidakadilan, ketidaknyataan, dan ketidaktertiban. - Hukum telah ditaruh di suatu tempat di awang2 yang tinggi dimana semua justitiabelen (pencari keadilan) diharuskan mengadah tanpa dapat menjangkaunya.
Aliran critical legal studies merupakan aliran yang bersikap antiliberal, antiobjektivisme, antiformalisme dan antikemapanan dalam Teori Hukum dan Filsafat Hukum yang dipengaruhi oleh pola pikir postmodern, neomarxism dan
realisme hukum.
Aliran critical legal studies menolak unsur kebenaran objektif dari ilmu pengetahuan hukum dan menolak pula kepercayaan terhadap unsur keadilan, ketertiban, dan kepastian hukum yang objektif. Gerakan Postmodern telah ikut melahirkan aliran legal studies movement.
Prinsip kekomplitan dan kelayakan (adequacy); Berdasarkan fakta-fakta; Berlandaskan pada aksi-aksi; Berpegang pada kekuasaan.
1. 2.
Bahwa kultur (kultur hukum) adalah heterogen dan bukan hanya satu nilai tertentu saja yang membentuk kultur tsb; Bahwa hukum yang uniform yang hanya diarahkan/dibentuk berdasarkan presumsi untuk diterapkan ke dalam masyarakat yang uniform sudah tidak mungkin dipertahankan lagi;
3.
4.
Bahwa hukum akan berbeda-beda sesuai konteks dan sesuai kultur hukum yang berbeda dan saling tidak menyambung;
Tidak dapat dipertahankan lagi pendapat bahwa otoritas pembuatan dan penegakan hukum dianggap memiliki hierarkis yang superior secara metanorma;
Penetrasi Aliran Postmodern ke dalam bidang hukum telah melahirkan beberapa paradigma dalam bidang hukum yaitu sbb:
Otoritas hukum lebih superior dari hukum positif; Teori ttg kebenaran yang bersifat enlightened harus dirubah menjadi kebenaran yang bersifat systemic Tidak ada satu uniformitas dari nilai dalam suatu kebudayaan. Kebudayaan bersifat multiplisitas dan heterogen; Metodologi hukum harus berubah menjadi metodologi yang bersifat aksi; Merubah kriteria rasionalitas bersifat unifersal kepada rasionalitas yang perspektif; Keadilan hukum yang dicari adalah keadilan kreatif yaitu suatu keadilan dalam masyarakat yang aktif dimana standar sosial, teknologi, ekonomi dan etikanya yang terus berubah; Reformulasi dan reorientasi terhadap katagori formal untuk ditransformasi ke dalam katagori fungsional; Membangun proses judicial yang dapat menghargai pluralitas.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8.
1.
Ajaran analytical jurisprudence oleh John Austin, bahwa : Hukum bukan merupakan hal-hal yang ideal melainkan empiris yakni benar2 eksis dan tidak terlalu terpaut dengan faktor alam, moralitas atau agama; Hukum bukan apa yang seharusnya (das sollen) melainkan hukum adalah apa adanya (das sein); Hakim bukan hanya menerapkan hukum, melainkan juga membuat hukum yaitu ex post facto; Dalam proses hukum dan legal reasoning, hakim tidak menggunakan metode syllogism, tetapi lebih menggunakan prasangka dan personalitas dari hakim tsb.
2.
3. 4.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
4.
5.
6.
ALIRAN REALISME HUKUM Existential truth Personal-engaged values Humanisme Emphatic Contextual/Imminent To praise, eulogize (memuji)
ALIRAN HUKUM KRITIS Ideological truth (concept, principles) Communal-engaged values Humanism Developmental reformist Contextual/transcendent To influence and engineer life/world/society according to valued ideals and principles
Bersikap antiliberal, antiobjektivisme, anti formalisme dan anti kemapanan dalam filsafat hukum; Aliran ini dipengaruhi oleh pola pikir postmodern, neo marxisme dan realisme hukum; Aliran ini secara radikal mendobrak paham hukum yang sudah ada sebelumnya; Aliran ini menggugat kenetralan dan keobjektifan peran dari hukum, hakim dan penegak hukum lainnya dalam keberpihakan hukum dan penegak hukum terhadap golongan yang kuat/mayoritas/berkuasa/kaya dalam rangka mempertahankan hegemoninya; Aliran ini menolak unsur kebenaran objektif dari ilmu pengetahuan dan kepercayaan terhadap unsur keadilan, ketertiban dan kepastian hukum yang objektif.