Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 3 : Eva Olyvianti Sulistyaningrum Dini Agustina Pratiwi Fanny Agoestin Anugrah Falah Iis Wartini Ika Febri

Klarina Ranza Fadhlil Pratama Sara Lisya Sujana Wahyuni

Pengertian dari hipersensitivitas

Penyebab hipersentivitas tipe III


Mekanisme hipersentivitas tipe III Manifestasi klinik dari hipersentivitas tipe III

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

hipersentivitas tipe III

Reaksi hipersensitif merujuk kepada reaksi berlebihan, tidak diinginkan (menimbulkan ketidaknyamanan dan kadang-kadang berakibat fatal) dari sistem kekebalan tubuh. Menurut Gell dan Coombs ada 4 tipe reaksi hipersensitif yaitu : Reaksi hipersensitif tipe I atau reaksi anafilaktik. Reaksi hipersensitif tipe II atau sitotoksik. Reaksi hipersensitif tipe III atau kompleks imun. Reaksi hipersensitif tipe IV atau reaksi yang diperantarai sel.

Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun adalah reaksi yang terjadi bila kompleks antigenantibodi ditemukan dalam jaringan atau sirkulasi/ dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen. Antibodi yang bisa digunakan sejenis IgM atau IgG sedangkan komplemen yang diaktifkan kemudian melepas faktor kemotatik makrofag.

Penyebab reaksi hipersensitivitas tipe III yang sering terjadi, terdiri dari : A. Infeksi persisten B. Autoimunitas C. Ekstrinsik

Pada reaksi hipersensitivitas tipe III terdapat dua bentuk reaksi, yaitu a. Reaksi Arthus b. Reaksi serum sickness Pada berbagai infeksi, atas dasar yang belum jelas, dibentuk Ig yang kemudian memberikan reaksi silang dengan beberapa bahan jaringan normal. Hal ini kemudian yang menimbulkan reaksi disertai dengan komplek imun. Contoh dari reaksi ini adalah : Demam reuma Artritis rheumatoid Infeksi lain Farmers lung

Pemaparan antigen dalam jangka panjang dapat merangsang pembentukan antibody yang umumnya adalah IgG. Antibodi bereaksi dengan antigen bersangkutan membentuk kompleks antigen-antibodi yang kemudian dapat mengendap pada salah satu tempat dalam jaringan tubuh. Pembentukan kompleks antigen-antibodi itu akan menimbulkan reaksi inflamasi. Aktivasi sistem komplemen, menyebabkan pelepasan anafilatoksin yang kemudian merangsang berbagai mediator oleh mastosit. Selanjutnya terjadi vasodilatasi dan akumulasi PMN yang menghancurkan kompleks. Dilain pihak proses itu juga merangsang PMN sehingga sel-sel tersebut melepaskan granula berupa enzim-enzim proteolitik diantaranya proteinase, kolagenase, dan enzim pembentuk kinin. Apabila kompleks itu mengendap di jaringan, proses di atas bersamasama dengan aktivasi komplemen dapat sekaligus merusak jaringan sekitar kompleks.

Jadi dengan demikian jelas bahwa kompleks imun dapat menyulut berbagai jenis proses inflamasi, karena : 1. Kompleks imun berineraksi dengan sistem komplemen dan menghasilkan C3a dan C5a (anafilatoksin). 2. Makrofag distimulasi untuk melepaskan sitokin, khususnya TNF- dan IL-1 yang mempunyai peran penting pada inlamasi. 3. Kompleks imun segera berinteraksi dengan basofil dan trombosit melalui reseptor Fc dan menghasilkan vasoactive amine.

Manifestasi klinik akibat pembentukan kompleks imun in vivo, bukan saja bergantung pada jumlah absolute antigen dan antibody, tetapi juga bergantung pada perbandingan relatif antara kadar antigen dengan antibodi. Dalam suasana antibodi berlebihan atau bila kadar antigen hanya relatif sedikit lebih tinggi dari antibodi, kompleks imun yang terbentuk cepat mengendap sehingga reaksi yang ditimbulkannya adalah setempat berupa inflamasi hebat dari sel-sel PMN, agregasi trombosit dan vasodilatasi yang kemudian menimbulkan eritema dan edema.

Contoh penyakit yang diperantarai kompleks imun pada manusia


Jenis Penyakit SLE Antigen Yang Terlibat Mekanisme Manifestasi Klnikopatologik Nefritis, arthritis, vaskulitis

DNA, nukleoprotein Inflamasi diperantarai reseptor komplemen dan reseptor Fc HbsAg Inflamasi diperantarai reseptor komplemen dan reseptor Fc

Poliarteritis nodosa

Vaskulitis

Glomerulonefritis pasca-streptokokus

Antigen dinding Inflamasi diperantarai streptokokus mungkin reseptor komplemen mengendap pada dan reseptor Fc membran basal glomerulus Berbagai protein Inflamasi diperantarai reseptor komplemen dan reseptor Fc

Nefritis

Serum Sickness

Arthritis, vaskulitis, nefritis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pada hipersensitivitas tipe 3 yaitu : Ukuran Komplek Imun Kelas Imunoglobulin Aktivasi Komplemen Permeabilitas Pembuluh Darah Proses Hemodinamik Afinitas antigen pada jaringan

Reaksi hipersensitivitas yaitu aktivasi berlebihan oleh

antigen atau gangguan mekanisme yang akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik. Penyebab reaksi hipersensitivitas tipe III yang sering terjadi, terdiri dari infeksi persisten, autoimunitas dan ekstrinsik. Pembentukan kompleks antigen-antibodi akan menimbulkan reaksi inflamasi. Antibodi dirangsang dari pemaparan antigen dalam jangka panjang yang kemudian bereaksi dengan antigen. Dalam suasana antibodi berlebihan atau bila kadar antigen hanya relatif sedikit lebih tinggi dari antibodi, kompleks imun yang terbentuk cepat mengendap sehingga reaksi yang ditimbulkannya adalah setempat berupa inflamasi hebat dari sel-sel PMN, agregasi trombosit dan vasodilatasi yang kemudian menimbulkan eritema dan edema.

Beberapa faktor yang mempengaruhi hipersensitivitas

tipe 3 adalah ukuran komplek imun, kelas immunoglobulin, aktivasi komplemen, permeabilitas pembuluh darah, proses hemodinamik dan afinitas antigen pada jaringan.

Anda mungkin juga menyukai