Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PARAMETER KUALITAS BATUBARA TERHADAP PEMANFAATANNYA

Kualitas batubara sangat menentukan pemanfaatannya dan ikut menentukan peralatan yang harus digunakan. Dari berbagai parameter kualitas batubara, maka ada parameter yang harganya dapat diambil rata-ratanya, tetapi ada pula yang tidak dapat diambil harga rata-ratanya.

Parameter yang dapat diambil harga rata-rata : kadar abu, kadar air, nilai kalor, kadar sulfur Parameter yang tidak dapat diambil harga rata-ratanya : H G I dan titik leleh abu (AFT)

1. Kandungan air, ada dua : Air bebas : air yang ada pada permukaan dan pori bagian luar batubara. Berasal dari air hujan, maupun air yang berasal dari proses pencucian batubara. Batubara dengan ukuran butir halus mempunyai kemampuan absorbsi air lebih tinggi. Air bebas tidak berpengaruh terhadap nilai kalor batubara, tetapi kandungan air secara total banyak berpengaruh terhadap : pengangkutan, penanganan (handling) dan penggerusan. Air bawaan : air yang terdapat dalam pori bagian dalam dan berasal dari air rawa pada saat pembentukan batubara. Air bawaan sangat mempengaruhi nilai kalor. Kadar air bawaan akan bertambah besar seiring dengan menurunnya peringkat batubara.

2. Kandungan abu Mineral matter ada dua jenis :mineral matter bawaan dan mineral matter luar. Mineral matter bawaan sukar dipisahkan dari batubara dan jumlahnya sekitar 0,5 1 %. Sedangkan mineral matter luar : ikut bersama batubara akibat kegiatan penambangan. Mineral matter ini dapat dipisahkan dari batubara dengan proses pencucian. Jika batubara dibakar, maka mineral matter akan mengalami perubahan secara kimia menjadi abu. Perubahan tersebut antara lain : Kehilangan air dari senyawa-senyawa yang mengandung hidrogen. Kehilangan CO2 dari karbonat. Oksidasi FeS2 menjadi besi sulfida dan besi oksida. Penguapan dan penguraian dari alkali chlorida.

Pengaruh mineral matter dalam proses grinding : adalah senyawa yang banyak berpengaruh dalam EMM adalah : Silika : mempunyai kekerasan lebih tinggi dibanding batubara, tentu akan berpengaruh pada harga H G I yang semakin kecil, sehingga kapasitas penggilingan akan turun. Silika mempunyai sifat abrassivitas yang tinggi sehingga alat penggiling menjadi lebih cepat aus. 3. Zat terbang zat terbang dapat menentukan peringkat batubara. Pengaruhnya dalam preparasi batubara adalah jika zat terbang > 24 % maka dalam alat penggiling dapat terjadi ledakan bila udara yang dimasukkan terlalu banyak. 4. Nilai kalor Nilai kalor batubara dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Gross calorivic value (GCV) : nilai kalor yang dihasilkan dari reaksi oksidasi seluruh unsur dalam batubara. Contoh dapat dihitung dengan rumus Dulong Petit : G C V = 81 C + 340 (H O/8) + 25 S (kcal/kg batubara)

b. Net Calorivic Value ( N C V) : nilai kalor yang benar-benar dapat dimanfaatkan dalam pembakaran Menurut ASTM D 407 :

N C V = G C V 0,024 ( 9 H + M ) mj/kg batubara Dimana : C , H, O, S : % tase unsur dalam batubara M : kadar air

H G I (hardgrove Grindability Index) Harganya antara 30 110 H G I = 13,6 + 6,93 W W = berat (gram) batubara halus ( - 200 mesh)

Ash Fusion Temperatur Menggambarkan sifat softening (melunak) dan sifat melting (meleleh) abu batubara pada saat pemanasan (pembakaran batubara). AFT dapat diukur dalam kondisi oksidasi dan reduksi. Pengukuran dalam kondisi oksidasi secara normal lebih tinggi, tetapi juga tergantung dari komponen yang ada dalam batubara. Menurut ASTM D-1857, suhu pelelehan abu adalah suhu dimana saat terjadi perubahan bentuk secara perlahan-lahan karena proses pemanasan.

Contoh pada bentuk susunan abu dibuat kerucut setinggi dan dasarnya dipanaskan akan terjadi empat tahap perubahan bentuk 1, Suhu permulaan terjadinya perubahan bentuk ( I T = initial temperatur) 2. Suhu mulai melunak ( ST = softening temperatur) 3. Suhu terbentuknya setengah bola ( HT = hemisperical temperatur) Suhu mulai meleleh ( FT = fluid temperatur) Titik leleh abu sangat tergantung atas komposisi senyawa abu. Dari komposisi senyawa abu ini dapat diperkirakan kemungkinan terbentuknya slagging pada saat batubara dibakar.

ST :

a. Bila suhu T = ST maka abu yang menempel pada permukaan membentuk deposit berpori-pori, terikat lemah dan mudah lepas. b. Bila suhu pembakaran T < ST, maka abu yang menempel pada permukaan sebagai deposit mudah lepas. c. Bila suhu pembakaran T > ST maka abu yang menempel di permukaan sebagai deposit akan menyatu sehingga sukar dilepas. AFT tergantung dari komposisi senyawa abu, yaitu : a. Bila Al2O3 / SiO2 antara 1 : 1,18 maka abu ini bersifat refraktory, sehingga mempunyai titik leleh tinggi, maka antara oksidasi dan reduksi selisihnya kecil.

b. Ca O , MgO dan Fe2O3 mempunyai sifat sebagai flux, maka akan menurunkan titik leleh abu. c. FeO , Na2O dan K2O mempunyai kemampuan yang kuat untuk menurunkan titik leleh abu. d. % S yang tinggi mengakibatkan rendahnya temperatur mula deformasi. Unsur S akan mengakibatkan semakin melebarnya perbedaan temperatur lelehan oksidasi dan reduksi.

7.Kandungan sulfur. Pada umumnya S kurang dari 3 %. Sulfur ini selama pembakaran akan teroksidasi menjadi SO2 atau SO3.

Anda mungkin juga menyukai