Case Presentation
Pembimbing:
Dipresentasikan Oleh: Isvarani Devana Irawan Deon Kristian Steve Freyssinet Karundeng Gabriella Christy Vincent Widjaja 2011.061.021 2011.061.022 2011.061.028 2012.061.028 2012.061.034
I d e n t I t as
Nama Usia Waktu kejadian Waktu masuk RS Datang dengan Pengobatan SMRS Keluhan utama Keluhan tambahan : Tn. IF : 23 tahun : Jumat, 12 April 2013, 22:45 : Jumat, 12 April 2013, 23:00 : Diantar teman dan keluarga ::
PRIMARY SURVEY
Collar neck
LSB Penilaian jalan nafas Suction
: (-)
: (-) : (-)
Oropharyngeal airway
Endotracheal airway
: (-)
: (-)
Sirkulasi
Denyut nadi : 100 x/mnt (teratur, kuat, penuh) Tekanan darah : 130/90 mmHg Ekstremitas : CRT <2 detik, akral hangat Sirkulasi selesai diperiksa pada : pkl. 23.03
Disabilitas
GCS : 15 (E4V5M6) Pupil : isokor, 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+ Motorik : 5555 5555 5555 5555
Suhu
Suhu aksila : 36,4C
SECONDARY SURVEY
Autoanamnesis
Pasien datang diantar oleh teman dan keluarganya karena mengalami kecelakaan motor sekitar 15 menit SMRS. Pasien mengalami KLL, ia terjatuh saat menyalip truk barang ke arah kanan. Saat jatuh, pasien dan motornya tertarik sehingga tungkai bawah kanan pasien terlindas ban belakang truk. Pasien mengenakan helm saat jatuh dan kepalanya tidak terbentur aspal. Pasien berada dalam keadaan sadar saat dan setelah jatuh. Pasien dapat mengingat dan menceritakan seluruh kejadian. Pasien mengeluh nyeri yang sangat pada tungkai kanan bawahnya. Pusing dan muntah disangkal oleh pasien.
Alergic
Medication
: disangkal
: disangkal
Event
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum Kesadaran Kepala Mata : Tampak sakit berat : GCS 15 : Deformitas (-) : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil isokor 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+, exophtalmus -/: Mukosa oral basah
Mulut
Hidung o Sekret -/-, septum nasi di tengah Telinga o Sekret -/-, serumen +/+
Thorax : I : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis, tak terdapat jejas P : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri (-) P : Sonor di kedua lapang paru A : Vesikular breath sound +/+, Rh -/-, Wh -/ Jantung: I : Iktus kordis tidak terlihat P : Iktus kordis tidak teraba P: Batas atas : ICS III Batas kanan : ICS IV linea sternalis dekstra Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra A : Bunyi jantung I dan II teratur, gallop (-), murmur (-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen I : Datar, venektasi (-), tidak terdapat jejas P : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan(-) P : Timpani pada seluruh kuadran A : Bising usus (+), 4-5x/menit Punggung I : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis P : Fremitus taktil kanan = kiri P : Sonor +/+, nyeri ketok CVA -/ A : Vesikular breath sound +/+, rh -/-, wh -/-
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas : Akral dingin, CRT > 2 detik Status lokalis Neurologis o Refleks fisiologis : Normal o Refleks patologis : (-)
Status Lokalis
Look : Tampak area terbuka pada tungkai bawah kanan pasien dari bawah lutut hingga di atas ankle. Tulang patella intak. Tampak otot tungkai bawah terbuka, area kulit dan subkutis lutut hingga ankle sebagian hilang, sebagian terlepas dari tempat semula. Tampak fraktur 1/3 tengah tibia dan fibula kanan yang masih terlindung kulit. Perdarahan aktif (+). Feel : Nyeri (+), krepitasi (+), pulsasi arteri dorsalis pedis (-), pulsasi arteri tibialis posterior (+), CRT>3 detik, rangsang sentuhan plantar pedis dan jari (+).
Move : ROM terbatas, pasien tidak dapat menggerakkan tungkai kanannya sama sekali dikarenakan nyeri dan fraktur.
Status lokalis
Pemeriksaan Penunjang
Foto X-Ray cruris dekstra
19
DIAGNOSIS
Fraktur Terbuka 1/3 media tibia dan fibula dekstra dengan oblique displace Grade IIIB
20
Tatalaksana
Area terbuka ditutup dengan kassa yang dibasahi NaCl 0,9% dan dilakukan balut tekan dengan verban elastik yang dibalutkan menyeluruh hingga ke luar spalk. Imobilisasi tungkai bawah dengan pemasangan 3 buah spalk pada 3 sisi tungkai. Penyuntikan ATS dan TT Pemasangan IVFD RL 1500cc/24 jam Rujuk ke Sp.B
Fraktur Terbuka
Fraktur yang mana terjadi hubungan dengan lingk.luar melalui kulit.
Resiko kontaminasi bakteri meningkat. Merupakan keadaan darurat . Pada kulit dapat berupa tusukan tulang tajam yang keluar menembus kulit (from within) atau dari luar (from without) misalnya oleh luka tembus akibat peluru.
2. Tipe II Laserasi kulit > 1 cm Kerusakan jaringan sedang kontaminasi dari fraktur
dengan
sedikit
3. Tipe III Kerusakan hebat jaringan lunak termasuk otot, kulit, dan struktur neurovaskular dengan kontaminasi hebat Biasanya disebabkan karena trauma dengan kecepatan tinggi.
Tipe III a
Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi hebat ataupun adanya flap Fraktur bersifat segmental atau komunitif hebat
Tipe III b
Fraktur disertai dengan trauma hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan Terdapat pendorongan (stripping) periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebat Fraktur bersifat komunitif hebat
Tipe III c
Fraktur terbuka yangdisertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.
Klasifikasi Fraktur pada tibia dan fibula: 1. Fraktur kondilus 2. Fraktur diafisis 3. Fraktur dan fraktur dislokasi pada pergelangan kaki
Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Mekanisme: Trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek Trauma rotasi akan menimbulkan fraktur spiral Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian distal; fraktur fibula pada batas 1/3 bagian tengah dan bagian 1/3 bagian proksimal. Tungkai bawah bagian bawah bagian depan sangat sedikit ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka Penyebab utama: kecelakaan lalu lintas.
DIAGNOSIS
Anamnesis
trauma (jatuh, terputar, tertumbuk) kekuatan trauma distribusi nyeri yang dirasakan (VAS) seringkali pasien datang sudah dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena jelasnya keadaan patah tulang tersebut bagi pasien. riwayat fraktur terdahulu jika pasien pernah mengalami fraktur pada daerah cruris juga
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
pasien tampak kesakitan mencoba melindungi anggota badannya yang patah pembengkakan perubahan bentuk: bengkok, terputar, pemendekan gerakan yang abnormal pada fraktur cruris pasien tidak dapat berjalan dengan normal karena sulit menyangga berat tubuh pada kaki yang cedera tanda cedera jaringan lunak sekitarnya: kemerahan bengkak luka robek pada kulit kelemahan atau hilangnya pulsasi pemanjangan capillary refill time hilangnya sensasi perabaan dan menurunnya fungsi motorik untuk menggerakan jari jari kaki, yang merupakan gejala gejala awal dari Compartment Syndrome.
LOOK
Compare Pallor
Cyanosis
Deformity
Pemeriksaan Fisik
Nervus: N. peroneal dan N. tibial Pulsasi: A. poplitea, A. tibialis posterior, A. femoral, dan A. dorsalis pedis. Pemeriksaan ROM: gerakan plantar fleksi, dorsofleksi, inversi, eversi, fleksi ekstensi jari kaki dan dibandingkan dengan sisi yang normal. Pemeriksaan ROM lebih baik dibatasi dan jangan dipaksakan untuk mencegah fraktur dengan derajat yang lebih tinggi.
Pemeriksaan Fisik
Evaluasi status sirkulasi perifer : Evaluasi klinik yang dilakukan meliputi keadaan kulit kaki, kuku, perubahan warna, suhu, dan denyutan arteri
FEEL
Temperature Tenderness
Crepitation
Vascular exam
Length measure
Movement
Aktif Pasif
Neurologic
Sensorik Motorik Reflex
Radiologic
Pemeriksaan Penunjang
Foto polos X-ray: sepanjang regio tibia dan fibula termasuk di dalamnya sendi lutut dan pergelangan kaki, dan diambil secara posisi AP dan lateral
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Penyembuhan Fraktur
1. 2. 3. 4. 5. Destruksi jaringan dan pembentukan hematoma Inflamasi dan ploriferasi sel Pembentukan kalus Konsolidasi Remodelling
Fase Reaktif
Vasokonstriksi vaskular hingga perdarahan berhenti.
Sel darah ekstravaskular membentuk pembekuan = hematoma (sel-sel dalam bekuan darah berdegenerasi dan mati) Sel-sel di luar pembekuan darah, namun berada di sekitar daerah luka, juga mengalami degenerasi dan mati. Replikasi jaringan fibroblas diselingi vaskular-vaskular kecil = jaringan granulasi.
Fase Reparatif
Sel-sel periosteum pada daerah fraktur proksimal : periosteum chondroblasts kartilago hialin distal : periosteum osteoblasts woven bone fibroblasts pada jaringan granulasi chondroblasts kartilago hialin Kedua jaringan baru tumbuh hingga menyatu = callus
Penggantian kartilago hialin dan woven bone lamellar bone Osifikasi endochondral pada kartilago hialin Substitusi tulang pada woven bone
Lamellar bone terbentuk segera setelah matriks kolagen pada jaringan mengalami mineralisasi. Pada keadaan ini, matriks yang termineralisasi dimasuki oleh saluran yang terdiri dari pembuluh darah mikro dan sejumlah osteoblast.
Fase Remodeling
Substitusi tulang trabekular dengan tulang kompak dengan resorbsi oleh osteoclasts.
Callus fraktur mengalami remodelling ke bentuk baru yang dengan mirip menduplikasi bentuk dan kekuatan tulang sebelum fraktur.
Terapi Operatif
Harus diputuskan secepat mungkin intervensi berupa debridemen dan irigasi kurang dari 8 jam setelah cedera akan menurunkan insidensi infeksi dan osteomyelitis. Di ruang operasi luka harus diperluas pada proximal dan distal untuk memeriksa daerah yang cedera. Jaringan lunak termasuk kulit, lemak subkutan, dan otot sekitar harus didebridemen dengan cermat.
Debridemen dilakukan dengan menghilangkan debris dan benda asing lain dari superfisial sampai ke dalam dan juga seluruh jaringan nekrotik. Fraktur dapat distabilisasi dengan fiksasi internal ataupun eksternal.
Fiksasi Eksternal
Biasa digunakan saat terdapat kontra indikasi untuk fiksasi internal seperti pasien dengan keadaan vital tidak stabil, fraktur terbuka yang berat dengan debridemen luka yang tidak adekuat, crushing injuries.
Stabilisasi fiksasi eksternal dapat dengan bidai, gips, atau fiksator external seperti pin fixator, ring, hybrid fixator. Untuk fraktur Gustilo-Anderson tipe IIIA dan IIIB
Indikasi: Fraktur terbuka Fraktur Peri-articular Fraktur pada pediatrik Keuntungan: Minimal invasif Flexibel Cepat Dapat digunakan untuk sementara atau terapi definitive
Kerugian: Imobilisasi tidak adekuat Berat Dapat terjadi refraktur Gangguan pada tempat fraktur
2. One-side (Cantilever system) pin dimasukkan melewati fragmen tulang tetapi tidak sampai menembus sampai pada sisi sebelah dan menonjol hanya pada salah satu sisi tubuh.
Pin Fiksator
Ring Fixator
Fiksasi Internal
Yaitu pemasangan suatu alat untuk menyatukan tulang yang patah selama kurun waktu tertentu. Dapat dengan tekhnik Open Reduction Internal Fixation (ORIF) atau Closed Reduction Internal Fixation (CRIF)
Plate: sebuah plat panjang dipasang pada permukaan tulang, kemudian potongan-potongan tulang disatukan dengan menggunakan beberapa sekrup, metode ini cocok untuk fraktur Comminuted.
Wire Tampak wire (kawat) digunakan bersama sekrup pada lutut. Gunanya wire ini adalah untuk meningkatkan tegangan pada tulang yang patah.
Pins Terdapat berbagai ukuran pin, pin ini dapat digunakan sebagai fiksasi temporer pada proses reduksi.
Intramedullary Nail
Nail dipasang dari puncak tulang, masuk melalui bagian tengah tulang melewati bagian yang patah, hingga ujung tulang yang satunya, kemudian difiksasi dengan menggunakan sekrup. Paling populer karena mempertahankan suplai darah periosteal yang mengoptimalisasikan penyembuhan fraktur.
Intramedullary nailing biasa digunakan pada fraktur Gustilo-Anderson tipe I, II, dan III
Screw (sekrup) Screw kadang dipakai sendiri atau kombinasi dengan alat lain seperti wire dan plate.
Setelah difiksasi, luka tidak ditutup dan dilakukan pemeriksaan dan perawatan rutin.
Setelah memastikan luka bersih dan bergranulasi, cedera dapat ditutup dengan penjahitan atau cangkok kulit.
Fiksator dipertahankan sampai fraktur lengket dan dapat diganti dengan gips.
Gips dapat dilepas setelah terjadi konsolidasi.
Komplikasi
Compartment syndrome Kekakuan sendi Complex regional pain syndrome sympathetic dystrophy) Delayed union, mal union, atau non union Infeksi Gangren
(reflex
Prognosis
Tergantung dari besarnya trauma jaringan lunak dan kominusi tulang.