Asma Bronkiale
Patogenesis (intrinsik dan ekstrinsik):
Proses inflamasi Hipereaktivitas bronkus (HBR) Sekresi mukus
Tujuan pengobatan:
Atasi inflamasi dan bronkokonstriksi Capai fungsi paru normal (mendekati normal) Kurangi frekuensi serangan
Pengobatan
Obat untuk asma: controller dan reliever
Bentuk sediaan: inhalasi, oral, injeksi perbedaan: inhalasi on site, efek samping rendah Kortikosteroid inhalasi: the most effective controller
Agonis beta2 rapid-acting: obat pilihan untuk bronkokonstriksi (dewasa dan anak)
Pengobatan
Kortikosteroid menekan produksi sitokin & pengumpulan eosinofil di saluran nafas mencegah pelepasan mediator inflamasi (hambat pelepasan fosfolipase A2) mengurangi kepekaan terhadap alergen cegah reaksi tipe cepat (exercise induced asthma) perbaiki fungsi kelenjar mukosa saluran nafas meningkatkan efek beta-agonis (bila diberikan bersamaan)
Pengobatan
Kortikosteroid inhalasi absorbsi sistemik minimal onset cepat dalam beberapa hari, puncak tercapai dalam 4 hari pemberian dua kali sehari cukup efektif Bukan bronkodilator cepat (profilaksi) Penghentian tiba2 : withdrawal Penggunaan harian meningkat : warning!!
Pengobatan
Bronkodilator
1. derivat santin (aminofilin, teofilin) : hambat fosfodiesterase degradasi cAMP dihambat bronkodilatasi hambat keluarnya Ca2+ tidak menghambat eosinofil tidak menurunkan HBR Efek samping : nausea, aritmia, sakit kepala
Pengobatan
Bronkodilator
2. agonis beta2 : meningkatkan aktivitas adenilsiklase cAMP meningkat bronkodilatasi hambat pelepasan asetilkolin (sedikit) Sediaan :
oral : salbutamol, procaterol, klenbuterol Inhalasi : salbutamol, terbutalin, fenoterol
Pengobatan
Bronkodilator
3. antikolinergik : hambat pelepasan asetilkolin tonus vagus pd reseptor M3 kurang efektif untuk reaksi lambat kurang efektif dibandingkan agonis beta2 sediaan inhaler : ipatropium bromida
Pengobatan
Stabilisator sel mast
menghambat pelepasan mediator kimiawi (sebelum serangan) contoh : natrium kromoglikat, ketotifen
Pengobatan
Leukotriene modifiers
efek :
mengurangi gejala asma (termasuk batuk) meningkatkan fungsi paru menurunkan inflamasi saluran nafas mencegah eksaserbasi asma
sebagai obat tambahan, bukan controller tunggal alternatif pada asma persisten obat : montelukast, zafirlukast, zileuton
Pengobatan
Obat controller Obat reliever :
Kortikosteroid inhalasi
Beta2 agonis longacting inhalasi Leukotriene modifiers
Teofilin
Beta2-agonis long acting oral Kromolin (sodiun kromoglikat) Anti IgE (omalizumab) Kortikosteroid sistemik
Antikolinergik
Teofilin Beta2-agonis short acting oral
Klasikasi Asma
Terapi
Mild intermittent
Mild persistent
Tidak perlu pengobatan harian Dalam serangan: short-acting beta2-agonis Pengobatan harian: antiinflamasi dosis rendah leukotrien modifier teofilin lepas lambat antikolinergik Jika perlu: steroid atau long-acting beta2-agonis Dalam serangan: short-acting beta2-agonis
Terapi Pengobatan harian: antiinflamasi steroid inhalasi dosis sedang steroid inhalasi dosis rendah-sedang + longacting beta2-agonis antagonis leukotrien teofilin lepas lambat long-acting beta2-agonis Jika perlu: antiinflamasi teofilin lepas lambat beta2-agonis oral Dalam serangan: short-acting beta2-agonis Pengobatan harian: antiinflamasi + long-acting beta2-agonis steroid inhalasi dosis tinggi teofilin lepas lambat long-acting beta2-agonis oral + steroid oral Dalam serangan: short-acting beta2-agonis inhalasi
Severe persistent
TUBERKULOSIS
Tujuan pengobatan
mengobati pasien TB paru mencegah kematian akibat TB paru aktif atau efek lanjutannya mencegah relaps TB mencegah transmisi/penularan TB paru mencegah timbulnya resistensi terhadap obat TB yang bersifat acquired (dapatan)
Penggolongan Obat
Jenis Bakterisidal Sterilizing Mencegah resistensi Obat Isoniazid (H), rifampisin (R), streptomisin (S) Rifampisin (R), pirazinamid (Z) Isoniazid (H), rifampisin (R)
Kategori I
Kriteria pasien
II III
Pasien dengan BTA sputum (+) 2 HRZE yang baru terdiagnosis; pasien dengan BTA (-) dengan keterlibatan parenkim yang luas; pasien HIV (+) atau bentuk TB ekstraparu BTA (+) sudah diterapi tetapi 2 HRZES relaps atau drop-out BTA (+) baru terdiagnosis (selain 2 HRZE kriteria I) dan TB ekstraparu yang lebih ringan
5 HRE 4 H3R3
Obat Isoniazid
Dosis (mg/kg)
5 10
Dosis Lazim
Harian 300 3x/mgg 900-1200
Rifampisin
10
600
1500
600
2500
Pirazinamid 15 30 Etambutol 15 25
Streptomisin 15 20
4. Pada pasien yang self-administered, maka sediaan ini menghindarkan pasien dari monoterapi (hanya satu jenis obat yang diminum, sedangkan obat lain tidak diminum).
Dapatan:
pasien mula-mula terinfeksi M.tb sensitif obat TB karena pengobatan inadekuat kuman berkembang resisten.
Terapi: fluorokuinolon
PPOK
Tujuan terapi pada PPOK adalah
mengatasi bronkospasme mengurangi sekresi mukus yang berlebihan mengatasi infeksi mengoreksi hipoksemia meningkatkan kualitas hidup dengan memaksimalkan fungsi paru
Pengobatan
Bronkodilator
obat utama short acting: as needed (reliever), jangka panjang : long acting kombinasi short acting + antikolinergik : perbaikan FEV1 lebih lama
Pengobatan
Kortikosteroid
terutama inhalasi (sistemik unrecommended)
meningkatkan FEV1 pasca pemberian bronkodilator
Ekspektoran
Jarang. KI : hanya untuk jangka pendek, jangka panjang sebabkan gangg tiroid.
Jenis Mukolitik
Mekanisme kerja Mengencerkan sekret sal napas dg mengurangi/ menghilangkan benangbenang mukoprotein dan mukopolisakarida
Rhinitis
Sediaan Nasal Antihistamin Antikolinergik Kortikosteroid Dekongestan Mast cell stabiliser Antileukotrien Bersin +++++ 0 +++++ 0 +++++ +++ Gatal ++++ 0 Rinore +++ +++++ Kongesti 0 0 +++ +++++ 0 ++++