Anda di halaman 1dari 28

Obat untuk Kelainan Sistem Respirasi

Isnatin Miladiyah Dep. Farmakologi FK UII

Asma Bronkiale
Patogenesis (intrinsik dan ekstrinsik):
Proses inflamasi Hipereaktivitas bronkus (HBR) Sekresi mukus

Tujuan pengobatan:
Atasi inflamasi dan bronkokonstriksi Capai fungsi paru normal (mendekati normal) Kurangi frekuensi serangan

Pengobatan
Obat untuk asma: controller dan reliever

Bentuk sediaan: inhalasi, oral, injeksi perbedaan: inhalasi on site, efek samping rendah Kortikosteroid inhalasi: the most effective controller
Agonis beta2 rapid-acting: obat pilihan untuk bronkokonstriksi (dewasa dan anak)

Pengobatan
Kortikosteroid menekan produksi sitokin & pengumpulan eosinofil di saluran nafas mencegah pelepasan mediator inflamasi (hambat pelepasan fosfolipase A2) mengurangi kepekaan terhadap alergen cegah reaksi tipe cepat (exercise induced asthma) perbaiki fungsi kelenjar mukosa saluran nafas meningkatkan efek beta-agonis (bila diberikan bersamaan)

Pengobatan
Kortikosteroid inhalasi absorbsi sistemik minimal onset cepat dalam beberapa hari, puncak tercapai dalam 4 hari pemberian dua kali sehari cukup efektif Bukan bronkodilator cepat (profilaksi) Penghentian tiba2 : withdrawal Penggunaan harian meningkat : warning!!

Pengobatan
Bronkodilator
1. derivat santin (aminofilin, teofilin) : hambat fosfodiesterase degradasi cAMP dihambat bronkodilatasi hambat keluarnya Ca2+ tidak menghambat eosinofil tidak menurunkan HBR Efek samping : nausea, aritmia, sakit kepala

Pengobatan
Bronkodilator
2. agonis beta2 : meningkatkan aktivitas adenilsiklase cAMP meningkat bronkodilatasi hambat pelepasan asetilkolin (sedikit) Sediaan :
oral : salbutamol, procaterol, klenbuterol Inhalasi : salbutamol, terbutalin, fenoterol

Efek samping : tremor, takikardi, toleransi

Pengobatan
Bronkodilator
3. antikolinergik : hambat pelepasan asetilkolin tonus vagus pd reseptor M3 kurang efektif untuk reaksi lambat kurang efektif dibandingkan agonis beta2 sediaan inhaler : ipatropium bromida

Pengobatan
Stabilisator sel mast
menghambat pelepasan mediator kimiawi (sebelum serangan) contoh : natrium kromoglikat, ketotifen

Pengobatan
Leukotriene modifiers
efek :
mengurangi gejala asma (termasuk batuk) meningkatkan fungsi paru menurunkan inflamasi saluran nafas mencegah eksaserbasi asma

sebagai obat tambahan, bukan controller tunggal alternatif pada asma persisten obat : montelukast, zafirlukast, zileuton

Pengobatan
Obat controller Obat reliever :

Kortikosteroid inhalasi
Beta2 agonis longacting inhalasi Leukotriene modifiers

Beta2-agonis shortacting inhalasi


Kortikosteroid sistemik

Teofilin
Beta2-agonis long acting oral Kromolin (sodiun kromoglikat) Anti IgE (omalizumab) Kortikosteroid sistemik

Antikolinergik
Teofilin Beta2-agonis short acting oral

Klasikasi Asma

Terapi

Mild intermittent
Mild persistent

Tidak perlu pengobatan harian Dalam serangan: short-acting beta2-agonis Pengobatan harian: antiinflamasi dosis rendah leukotrien modifier teofilin lepas lambat antikolinergik Jika perlu: steroid atau long-acting beta2-agonis Dalam serangan: short-acting beta2-agonis

Klasikasi Asma Moderate persistent

Terapi Pengobatan harian: antiinflamasi steroid inhalasi dosis sedang steroid inhalasi dosis rendah-sedang + longacting beta2-agonis antagonis leukotrien teofilin lepas lambat long-acting beta2-agonis Jika perlu: antiinflamasi teofilin lepas lambat beta2-agonis oral Dalam serangan: short-acting beta2-agonis Pengobatan harian: antiinflamasi + long-acting beta2-agonis steroid inhalasi dosis tinggi teofilin lepas lambat long-acting beta2-agonis oral + steroid oral Dalam serangan: short-acting beta2-agonis inhalasi

Severe persistent

TUBERKULOSIS
Tujuan pengobatan
mengobati pasien TB paru mencegah kematian akibat TB paru aktif atau efek lanjutannya mencegah relaps TB mencegah transmisi/penularan TB paru mencegah timbulnya resistensi terhadap obat TB yang bersifat acquired (dapatan)

Penggolongan Obat
Jenis Bakterisidal Sterilizing Mencegah resistensi Obat Isoniazid (H), rifampisin (R), streptomisin (S) Rifampisin (R), pirazinamid (Z) Isoniazid (H), rifampisin (R)

Kategori I

Kriteria pasien

Regimen terapi Inisial Lanjutan 4 H3R3

II III

Pasien dengan BTA sputum (+) 2 HRZE yang baru terdiagnosis; pasien dengan BTA (-) dengan keterlibatan parenkim yang luas; pasien HIV (+) atau bentuk TB ekstraparu BTA (+) sudah diterapi tetapi 2 HRZES relaps atau drop-out BTA (+) baru terdiagnosis (selain 2 HRZE kriteria I) dan TB ekstraparu yang lebih ringan

5 HRE 4 H3R3

Obat Isoniazid

Dosis (mg/kg)
5 10

Dosis Lazim
Harian 300 3x/mgg 900-1200

Efek samping Hepatitis, neuropati perifer

Rifampisin

10

600
1500

600
2500

Pirazinamid 15 30 Etambutol 15 25

800-1200 2400 1000 1000

Hepatitis, flu-like illness Hepatitis, hiperurikemia Neuritis retrobulber


Vertigo, tinnitus, gagal ginjal

Streptomisin 15 20

Berhasil : konversi BTA sputum (+) ke (-) dalam 2 atau 3 bln

Fixed-dose combination (FDC)


Keuntungan :
1. Kemungkinan kesalahan peresepan lebih kecil karena rekomendasi dosis jelas 2. Penyesuaian dosis menurut berat badan pasien lebih mudah. 3. Jumlah tablet yang diminum pasien lebih sedikit ketaatan pasien.

4. Pada pasien yang self-administered, maka sediaan ini menghindarkan pasien dari monoterapi (hanya satu jenis obat yang diminum, sedangkan obat lain tidak diminum).

Fixed-dose combination (FDC)


Kerugian:
Kemungkinan sub-inhibitory concentration atau malah risiko toksisitas. Beberapa FDC ternyata bioavalailabilitas rifampisin rendah, terutama pada obat dengan kombinasi 3-4 OAT, sehingga perlu penjaminan mutu obat.

Resistensi terhadap Obat TB


Primer:
belum pernah diterapi dengan obat TB namun langsung mengalami resistensi terhadap obat TB
sebab: telah terekspose dengan kuman yang telah resisten dengan obat TB.

Dapatan:
pasien mula-mula terinfeksi M.tb sensitif obat TB karena pengobatan inadekuat kuman berkembang resisten.

Terapi: fluorokuinolon

PPOK
Tujuan terapi pada PPOK adalah
mengatasi bronkospasme mengurangi sekresi mukus yang berlebihan mengatasi infeksi mengoreksi hipoksemia meningkatkan kualitas hidup dengan memaksimalkan fungsi paru

Komponen penting dalam terapi: avoidance

Pengobatan
Bronkodilator
obat utama short acting: as needed (reliever), jangka panjang : long acting kombinasi short acting + antikolinergik : perbaikan FEV1 lebih lama

Pengobatan
Kortikosteroid
terutama inhalasi (sistemik unrecommended)
meningkatkan FEV1 pasca pemberian bronkodilator

menurunkan jumlah kekambuhan


memperlambat penurunan kondisi secara umum

Kortikosteroid inhalasi rutin : pasien simtomatik (spirometri)

Obat lain (mukolitik, ekspektoran)

Obat Flu Kombinasi


Jenis Analgetik antipiretik Contoh obat Mekanisme kerja Efek samping Dosis terapi : aman Parasetamol Menghilangkan nyeri ringan-sedang melalui penghambatan terhadap biosintesis PG; menurunkan suhu tubuh secara sentral Amonium klorida; GG, kalium yodida Merangsang mukosa lambung dan secara refleks merangsang sekresi saluran napas sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak

Ekspektoran

Jarang. KI : hanya untuk jangka pendek, jangka panjang sebabkan gangg tiroid.

Jenis Mukolitik

Contoh obat Bromheksin, ambroksol

Mekanisme kerja Mengencerkan sekret sal napas dg mengurangi/ menghilangkan benangbenang mukoprotein dan mukopolisakarida

Efek samping Aman

Dekonges- Efedrin, tan fenilpropanolamin, pseudoefedrin


Antitusif

Venokonstriksi (melalui kerja perangsangan adrenergik ), sehingga mengurangi kongesti hidung

Selain vasokonstriksi hidung, kadang disertai konstriksi pemb darah lain


Jarang, kecuali dosis sangat tinggi

Dekstrometor- Secara sentral, meningphan (DMP) katkan ambang refleks batuk

Antihista- CTM min (AH1)

Menghambat efek histamin (alergi)

Mengentalkan mukus, hanya untuk alergi

Rhinitis
Sediaan Nasal Antihistamin Antikolinergik Kortikosteroid Dekongestan Mast cell stabiliser Antileukotrien Bersin +++++ 0 +++++ 0 +++++ +++ Gatal ++++ 0 Rinore +++ +++++ Kongesti 0 0 +++ +++++ 0 ++++

+++++ +++ 0 +++ ++ + + 0

Anda mungkin juga menyukai