Anda di halaman 1dari 44

A constitution is not the act of a government, but of a people constituting a government, and a government without a constitution is power without

right.
-Thomas Paine-

PENGANTAR
Setiap

negara di dunia menempatkan konstitusi sebagai dokumen hukum paling penting, tidak hanya fungsinya sebagai sinyal independensi suatu negara, tapi juga untuk menunjukkan jati diri sebuah bangsa pada dunia luar. Sebagai sumber hukum yang fundamental, sebuah konstitusi harus memuat kesepakatan sosio-politik antara pemerintah dan masyarakat berkaitan dengan bagaimana mereka memandang masa depan bangsa dan kemudian mendesain secantik mungkin relasi antara kedaulatan rakyat dengan kewenangan lembaga-lembaga negara tanpa mengabaikan hak-hak rakyat.

ISTILAH KONSTITUSI
Konstitusi Contitutio = Jus atau Ius berarti Hukum atau prinsip Constitution (Inggris) Constitutie dan Grondwet (Belanda) Verfassung dan gerundgesetz (Jerman) Droit Constitutionnel dan Loi Constitutionnel (Perancis) Staatsregeling = Grondwet (Belanda) Konstitusi = Undang Undang Dasar (UUD) Dalam bahasa Yunani Kuno kata konstitusi berasal dari Politeia dan dlm bahasa latin berasal dari kata Constitutio Dalam Yunani Kuno tidak dikenal istilah Constitutio atau Jus sbgmn di Romawi

ISTILAH KONSTITUSI (lnjt)


Pengertian konstitusi di zaman Yunani kuno masih bersifat materil. Artinya blm diformalkan sebagaimana konstitusi zaman sekarang ini Aristoteles misalnya membedakan antara konstitusi dengan hukum biasa berdasarkan adanya pengertian kata Politeia dan Nomoi. Politeia dapat diartikan sebagai konstitusi. Sedangkan Nomoi diartikan sebagai UndangUndang biasa

Konstitusi adalah resultan dari berbagai kekuatan politik, ekonomi, dan sosialyang berjalan pada waktu pembentukannya...
K.C. WHEARE

PENGERTIAN KONSTITUSI
1. Carl J. Friedrich dalam bukunya: Constitutional Government and Democracy Theory and Practice in Europe and America mendefinisikan konstitusi dalam 5 konsep: 1. Filosofis (Philosophical) 2. Struktural (Structural) 3. Legal (Legal) 4. Dokumentarian (Documentarian) 5. Prosedural (Procedural) 2. Prof. Dr. G.J. Wolhoff mendefinisikan Undang-Undang Dasar atau konstitusi sbg Undang-Undang yang tertinggi dalam negara yang memuat dasar-dasar seluruh sistem hukum dalam negara itu

PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)


3. Habiburrahman dalam bukunya Political Science and Government mengartikan konstitusi sebagai:
a body of Fundamental rules, written or unwritten, which determines the organization or structure of the government, distributes powers and determines the relations among the organs of the government

4. Hans Kelsen dalam bukunya General Theory of Law and State yang telah dialihbahasakan oleh Drs. Somardi ke bhs Indonesia mengatakan: konstitusi adalah dasar dari tata hukum nasional. Kelsen membedakan konsep konstitusi menurut tinjauan Teori Hukum dan teori politik

PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)

Konstitusi menurut pengertian hukum adalah konstitusi dalam pengertian material yang meliputi norma-norma yang mengatur proses pembentukan Undang-Undang. Dalam teori politik konsep konstitusi mencakup juga normanorma yang mengatur pembentukan dan kompetensi dari organ-organ eksekutif dan judikatif tertinggi

PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)


5. Ferdinand Lasalle dalam bukunya Uber Verfassungwessen (1862) membagi konstitusi dalam 2 pengertian: 1) Pengertian sosiologis dan politis 2) Pengertian Juridis. Konstitusi dilihat sebagai satu naskah hukum yang memuat ketentuan dasar mengenai bangunan negara dan sendirisendiri pemerintahan negara

PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)


6. Herman Heller dalam bukunya Staatsrecht mengemukakan tiga pengertian konstitusi, yaitu: Konstitusi dilihat dalam arti politis dan sosiologis sebagai cermin kehidupan sosial politik yang nyata dalam masyarakat Konstitusi dilihat dalam arti Juridis sebagai suatu kesatuan kaedah hukum yang hidup dalam masyarakat Konstitusi yang tertulis dalam satu naskah Undang-Undang Dasar sebagai hukum yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara

KLASIFIKASI KONSTITUSI
Konstitusi terdiri dari: 1. Konstitusi dalam arti luas yaitu konstitusi tertulis dan tidak tertulis 2. Konstitusi dalam arti sempit yaitu konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar (UUD)

KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)


C.F. STRONG: Konstitusi tertulis atau tidak tertulis merupakan pembedaan yang keliru, karena tidak ada konstitusi yang benarbenar tertulis dan tidak tertulis. Konstitusi Inggris dikatakan tak tertulis, tetapi ada beberapa hukum tertulis atau undang-undang yang telah memodifikasi konstitusi tersebut, misalnya: The Bill of Right (1689) adalah sebuah hukum tertulis. Konstitusi AS merupakan konstitusi tertulis, namun bbrp kebiasaan atau konvensi tak tertulis telah tumbuh dan berkembang

KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)


A Written Constitution
Is one of which most of the fundamental organization are written down in a document or a series of documents. For example, the constitution of the USA, France and India: in each of these constitutions, the fundamental principles concerning the legislature the executive and the Judiciary and their powers, the fundamental rights of their citizen and lastly provisions regarding the amendment of the constitution itself are clearly written down in a document

KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)


An Unwritten Constitution
Is one of which most of the fundamental principles are not written down or codified in a document or documents. These are mainly found usages, customs, traditions and conventions of the country. The constitution of Britain and Israel is a striking example of this type of constitution.

KLASIFIKASI KONSTITUSI
Akan tetapi menurut Habiburrahman klasifikasi konstitusi tertulis dan tidak tertulis tidaklah ilmiah dan komprehensif. Ia memandangnya sebagai misleading. Alasan H. Rahman karena every written constitution has some unwritten element, and every unwritten constitution has some written element. Dalam konstitusi USA dan Inggris Raya memuat kedua elemen itu (the written dan unwritten).

TUJUAN KONSTITUSI
1. Untuk membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat (C.F. Strong) 2. Konstitusi sbg hukum tertinggi dalam negara, maka tujuan tertinggi itu adalah:

Keadilan Ketertiban Perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan atau

kebebasan dan kesejahteraan atau kemakmuran bersama (Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie)

TUJUAN KONSTITUSI
3. Tujuan Konstitusi: i. Kekuasaan ii. Perdamaian, Keamanan, dan Ketertiban iii. Kemerdekaan iv. Keadilan v. Kesejahteraan dan Kebahagiaan (G.S. Diponolo)

SIFAT KONSTITUSI
1. Bersifat Flexible (Luwes)

2. Bersifat Rigid (Kaku)


Tolok ukur untuk menentukan suatu konstitusi bersifat flexible atau rigid adalah: Apakah perubahan terhadap suatu konstitusi memerlukan prosedur istimewa (sulit) atau tidak. Jika perubahan konstitusi tidak memerlukan prosedur istimewa (mudah) maka konstitusi itu flexible. Jika memerlukan prosedur istimewa (sulit) maka konstitusi itu bersifat rigid.

SIFAT KONSTITUSI
o Konstitusi kerajaan Inggris dinyatakan flexible. Demikian

pula konstitusi kerajaan Italia, karena tidak ada prosedur khusus (istimewa) yang ditetapkan dalam perubahan konstitusi o Konstitusi Perancis bersifat kaku karena mewajibkan adanya prosedur khusus untuk mengubah UUD. Konstitusi AS pun bersifat kaku karena tidak dapat diamandemen tanpa adanya prosedur istimewa.

SIFAT KONSTITUSI

Apakah suatu konstitusi mudah atau sulit menyesuaikan atau mengikuti perkembangan zaman. Jika mudah maka konstitusi itu bersifat flexible. Jika sulit maka konstitusi itu bersifat rigid

NILAI KONSTITUSI
Karl Lowenstein dalam bukunya Reflection of the Value of Constitutions mengemukakan ada 3 macam nilai konstitusi. Artinya jenis penilaian terhadap pelaksanaan normanorma atau bunyi pasal-pasal konstitusi dalam kenyataannya.

NILAI KONSTITUSI
1.

2.

3.

Nilai normatif (normative value) suatu konstitusi berlaku dalam negara dan norma-normanya dilaksanakan dalam kenyataan Nilai nominal (nominal value) suatu konstitusi berlaku dalam negara, tetapi ada pasal-pasal tertentu (sebagai norma konstitusi) yang belum dilaksanakan Nilai semantik (semantical value) suatu konstitusi berlaku dalam negara, tetapi hanya dijadikan sebagai lip-service, jargon, semboyan dan pemanis pembenaran semata

CHARACTERISTICS OF A GOOD CONSTITUTION


1.

2.

3.

4.

Provision of the constitution should be definite and clear in meaning, so that there hardly arises any occasion for dispute or a doubt to their meaning A good constitution should be comprehensive, it should at the same time be brief. It should cover the whole field of government, but the treatment should be on principles and outlines only A constitution should be legal amendable without too much difficulty. A constitution should be stable and at the same time flexible. Stability and flexibility are the two prime requisities of a good constitution A good constitution should correspond to the actual conditions of the state. It should satisfy the ideal, hopes and aspirations of the people

PERGANTIAN UUD

UUD lama diganti dengan UUD baru (rumusan baru) Terjadi loncatan konstitusi dari yang lama ke yang baru. Tahun 1946 Konstitusi Prancis berganti menjadi konstitusi baru Republik Prancis ke-IV Tahun 1958 diganti lagi dengan menjadi konstitusi baru yang melahirkan Republik Prancis ke-V Di Indonesia terjadi pergantian konstitusi dari: UUD 1945 ke Konstitusi RIS 1949. Berganti lagi ke UUDS 1950. Berganti lagi ke UUD 1945 setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

PERGANTIAN UUD

Pemberlakuan konstitusinya yang unik yang dikenal sebagai hasil kreasi panglima perang Amerika Jendral McArthur. Sebelum berlakunya the Constitution of Japan, di Jepang telah berlaku the Constitution of the Empire of Japan (1889) Dikenal sebagai the new or Showa Constitution of Japan. Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II dari Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya menyebabkan Jepang dipaksa untuk melakukan reformasi politik, berupa perubahan konstitusi. The Constitution of Japan diundangkan pada tanggal 3 November 1946 dan berlaku efektif tanggal 3 Mei 1947. Konstitusi ini terdiri dari Pembukaan, 11 bab, dan 103 pasal.

Perubahan Konstitusi
K.C. Wheare dalam bukunya Modern Constitution menyebutkan bahwa konstitusi dapat diubah dan berubah melalui empat cara yaitu: Some Primary forces; Formal Amendment; Constitutional Convention; Judicial Interpretation.

K.C. WHEARE
Sebagaimana yang diungkapkan KC Wheare, Konstitusi adalah resultan dari berbagai kekuatan politik, ekonomi, dan sosialyang berjalan pada waktu pembentukannya. Wheare menyatakan bahwa kekuatan-kekuatan tersebut dapat mengubah konstitusi dengan salah satu dari 2 (dua) cara berikut, yaitu: 1. Kekuatan-kekuatan tersebut mungkin menimbulkan perubahan dalam konstitusi, walaupun tidak terjadi perubahan kalimat, tetapi menyebabkan konstitusi mempunyai arti yang berbeda dari arti sebelumnya, yaitu kebijakan yang dilaksanakan oleh parlemen dan eksekutif, pengaruh partai politik, dan pandangan rakyat terhadap konstitusi.

K.C. WHEARE
2. Cara kedua merupakan cara yang lebih jelas yang menunjukkan bekerjanya kekuatan-kekuatan tersebut yang menimbulkan keadaan yang mendorong terjadinya perubahan konstitusi baik melalui proses amandemen formal, melalui putusan hakim atau dengan perkembangan dan melembaganya konvensi konstitusi. Dapat juga dengan melengkapi konstitusi dengan perubahan dalam UU Organik (Organic Law) yang diajukan oleh legislatif.

PERUBAHAN UUD
Perubahan beberapa ketentuan rumusan pasal dalam konstitusi melalui prosedur Amandemen konstitusi. Macam-macam prosedur perubahan UUD: a. Melalui sidang badan lgislatif dengan menetapkan quorum membicarakan usul perubahan UUD (Belgia, RIS 1949) b. Melalui referendum atau plebisit (Swiss, Australia) c. Melalui negara-negara bagian dalam negara federal (AS: dari 50 negara bagian harus menyetujui). d. Melalui Musyawarah Khusus (special convention) (Beberapa negara Amerika Latin)

PERUBAHAN (AMANDEMEN KONSTITUSI) DI INDONESIA

a.
b. c. d. e. f. g.

Sebab-sebab Amandemen UUD 1945 UUD 1945 dibuat secara tergesa-gesa UUD 1945 ditetapkan dalam waktu satu hari UUD 1945 statusnya sementara UUD 1945 tidak lengkap dan tidak sempurna UUD 1945 bersifat executive heavy UUD 1945 bersifat multi tafsir (ambigu) UUD 1945 perlu lebih lengkap dan lebih sempurna

AMANDEMEN UUD 1945


Tahun 1999 Tahun 2000 Tahun 2001 Tahun 2002

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR (Pasal 37 UUD Negara RI Tahun 1945)


1.

2.

Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR (Pasal 37 UUD Negara RI Tahun 1945)


3. Untuk mengubah pasa-pasal UUD Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. 4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. 5. Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.

Materi Muatan Konstitusi Tertulis (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi)

1.
2. 3.

J.G. Steenbeek: Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara Ditetapkannya susunan ketatanegaraan yg bersifat fundamental Adanya pembagian dan pembatasan tugas kenegaraan yg juga bersifat fundamental

Materi Konstitusi
Mr. J.G. Steenbeek menggambarkan apa yang seharusnya menjadi substansi dari konstitusi:
Adanya jaminan terhadap HAM dan warga negaranya; Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara

yang fundamental; Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental;

Materi Muatan Konstitusi Tertulis


(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi)
K.C. Wheare, dalam negara kesatuan yg perlu diatur pd asasnya hanya 3 masalah pokok: 1. Struktur umum negara, seperti pengaturan kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, dan kekuasaan yudisial 2. Hubungan dalam garis besar antara kekuasaan-kekuasaan tsb satu sama lain 3. Hubungan antara kekuasaan-kekuasaan tsb dengan rakyat atau warga negara

Materi Konstitusi
K.C. Wheare, Modern Constitution:
A constitution is used to describe the whole system of government of a country, the collection of rules which establish and regulate (govern) the government. To the question: What should a Constitution contain? The short answer, then, is: The very minimum and that minimum to be rules of law. One essential characteristic of the ideally best form of Constitution is that it should be as short as possible.

Materi Muatan Konstitusi Tertulis (Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi)
A.A.H. Struycken menyatakan bahwa konstitusi dalam sebuah dokumen formal berisikan:
Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yg lampau Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu sekarang maupun untuk masa yang akan datang Suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin

Materi Muatan Konstitusi Tertulis


(Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid I)

Phillips Hood & Jackson:

suatu bentuk aturan, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan yg menentukan susunan dan kekuasaan organ-organ negara yg mengatur hubungan-hubungan di antara berbagai organ negara itu satu sama lain, serta hubungan organ-organ negara itu dg warga negara.

Perubahan Konstitusi
(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi)
K. C. Wheare mengemukakan sasaran yg ingin diperoleh dengan mempersulit perubahan konstitusi: 1. Agar dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan dikehendaki 2. Agar rakyat diberikan kesempatan kesempatan utk menyampaikan pandangannya sblm perubahan dilakukan 3. Agar kekuasaan pemerintah federal dan negara bagian tidak diubah secara sepihak 4. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok mendapat jaminan

Macam Cara Perubahan


(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi)

C.F. Strong
1.
2. 3.

4.

Dilakukan oleh legislatif dengan pembatasan2 tertentu Dilakukan oleh rakyat melalui referendum Dilakukan oleh negara-negara serikat (pd negara berbentuk negara serikat) Dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yg dibentuk hanya utk keperluan perubahan

END OF SESSION

REFERENCES

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid I. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi R.I., 2006. Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Jakarta: Mahkamah Konstitusi RI dan Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UI, 2004. Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi. Bandung: Alumni, 1979. Dahlan Thaib dan Jazim Hamidi. Teori Hukum dan Konstitusi. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999.

Anda mungkin juga menyukai