Anda di halaman 1dari 17

Mohd Afiq b.

Husin Ahmad Badrul Amin Nur Hidayah bt Abd Rahim C11109850 Nurul Raihan bt Abd Kadir C11109856

Definisi
Toksoplasmosis serebral adalah penyakit infeksi

opportunistik biasanya menyerang pasien-pasien dengan HIV-AIDS dan merupakan penyebab paling sering terhadap abses serebral pada pasien-pasien ini. Infeksi paling umum dapat didapat dari kontak dengan kucing-kucing dan feces mereka atau daging mentah atau yang kurang masak.

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Toxoplasma

gondii, yang merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Parasit ini merupakan golongan protozoa yang bersifat parasit obligat intraseseluler. Toxoplasma gondii hidup dalam 3 bentuk: tachyzoite, tissue cyst (yang mengandung bradyzoites) dan oocyst ( yang mengandung sporozoites)

Siklus Hidup Toxoplasmosis

Patogenesis
Ookista (Daging mentah) Tachyzoit (usus)

Darah & Limfe


Imune Respon Bradyzoit (otak, skeletal, myocard, retina) Immunocompromized

reaktivasi

Respon Imun

Tachyzoit Aktivasi CD4 sel T ekspresi CD154

sel dendritik dan makrofag


IL-12

Sel TINF-y
Respon antitoxoplasmik

Gejala Klinis
Tidak semua pasien menunjukan tanda infeksi. Pada

ensefalitis fokal ditemukan nyeri kepala dan rasa bingung kerna adanya pembentukan abses akibat dari terjadinya infeksi toksoplasma. Pasien dengan sistem immunonya menurun, gejalagejala fokalnya cepat sekali berkembang dan penderita mungkin akan mengalami kejang dan penurunan kesadaran.

Ensefalitis Demam sakit kepala hebat yang tidak ada respon terhadap

pengobatan Hemiparesis Kejang kelesuan kebingungan meningkat masalah penglihatan afasia masalah berjalan muntah perubahan kepribadian.

lesi bentuk cincin (ring-enhancing lesions)

Diagnosis

Penatalaksanaan
Terapi utama-pirimetamin (obat anti malaria) dan

sulfadiazine. Kombinasi- menunjukkan aktivitas sinergis dalam inhibisi secara terus menerus terhadap jalur sintesis asam folat. Leucovorin- ditambah untuk mencegah komplikasi pendarahan (efek samping regimen kombinasi adalah trombositopenia). Regimen alternatif -untuk pasien yang intoleransi terhadap sulfadiazin atau pirimetamin.
trimetoprim dengan sulfamethoxazole klindamisin dengan pirimetamin claritromisin dengan pirimetamin.

Regimen terapi untuk toksoplasmosis serebral akut Terapi pilihan dan lama pengobatan Pirimethamin (200-mg oral dosis inisial, dilanjutkan dengan 5075 mg/hari secara oral), sulfadiazine (10001500 mg 4 kali/hari), and leucovorin (10 20 mg/hari) Lama pengobatan : 6 minggu Regimen Alternatif Pirimethamine (200-mg oral dosis inisial, dilanjutkan dengan 5075 mg/day secara oral) and klindamisin(600 mg intravena [IV] atau oral 4 kali sehari). TMP (5 mg/kg) and SMX (25 mg/kg) IV atau oral 2 kali sehari. Atovaquone* (1500 mg oral2 kali sehari) + pirimethamin (5075 mg/hari) dan leucovorin (10 20 mg/hari). Atovaquone* (1500 mg oral dua kali sehari) + sulfadiazin (10001500 mg 4 kali sehari). Atovaquone* (1500 mg oral 2 kali sehari) Pirimethamin (5075 mg/hari) dan leucovorin (1020 mg/hari) + azithromisin (9001200 mg/hari oral) Untuk pasien yang sakit berat dan tidak bisa toleransi terhadap medikasi oral, TMP (10 mg/kg/hari) and SMX (50 mg/kg/hari) IV.

Regimen profilaksis
Indikasi Profilaksis primer Terapi pilihan 1 kekuatan-ganda dua TMP-SMX (160 mg TMP/ 800 mg SMX) tablet setiap hari Regimen alternatif 1 kekuatan satu TMP/SMX tablet setiap hari. Dapsone 50 mg tiap hari + pirimethamin 50 mg tiap minggu dan leucovorin 25 mg tiap minggu. Atovaquone 1500 mg tiap hari.

Profilaksis sekunder

Sulfadiazine (5001000 mg oral 4x/tiap hari) + pirimethamin (2550 mg/hari oral) dan leucovorin (1025 mg/hari oral).

Klindamisin (300450 mg oral tiap 68 jam) + pirimethamin (2550 mg/hari oral) dan leucovorin (1025 mg/hari oral) Atovaquone (750 mg tiap 612 jam) dengan atau tanpa pirimethamin (25 mg/hari oral)+leucovorin (10 mg/hari oral)

TMP = trimethoprim; SMX = sulfamethoxazole.

Terapi simptomatik
Obat KortikosteroidDeksametason Dosis 4mg setiap 6jam, (diturunkan dosis setelah beberapa hari) Indikasi/keterangan -mengurangi edema serebral. -harus hati-hati karena obat ini bisa melindungi infeksiinfeksi oportunistik yang lain tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin

Antikonvulsan fenitoin diazepam

10mg/IV

Antipyreticparacetamol

500mg oral 2x1

Konsumsi bila perlu

Diagnosa Banding
Toksoplasmosis serebral akut

Diagnosa banding untuk lesi bentuk cincin (ring-enhancing lesions) di otak pada pasien dengan HIV ialah seperti berikut :

Limfoma system saraf pusat primer

Tumor otak primer

Metastasis otak

Penyakit demielinasi (misal: sklerosis multipel)

Infeksi (misal : tuberkuloma)

Infark mltifokal

Malformasi venaarteri

Pencegahan
Nonfarmakologi
Cuci tangan sebelum dan selepas menyentuh makanan Makanan harus benar-benar masak dengan suhu 116 derajat celcius Buah-buahan dan sayur-sayuran haruslah dicuci bersih Hindarilah dari menyentuh barang-barang yang berkemungkinan terkontaminasi

Farmakologi

Trimetoprim-sulfamethoxazole (160 mg TMP/ 800 mg SMX) tablet setiap hari Dapsone 50 mg tiap hari + pirimethamin 50 mg tiap minggu dan leucovorin 25 mg tiap minggu. Atovaquone 1500 mg tiap hari.

Prognosis
Jika tidak didiagnosa dan diterapi secara benar,

toksoplasmosis serebral bisa menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Terapi profilaksis adalah kunci kepada terhindarnya onset kejadian penyakit. Dengan adanya terapi HAART (Highly Active Anti Retroviral Terapi), maka insiden kekambuhan infeksi toksoplasmosis serebral dapat dikurangi.

Daftar Pustaka
1. 2. 3.

4.

Jayawardena S, Singh S, Burzyantseva O, Clarke H. Cerebral Toxoplasmosis in Adult Patients with HIV Infection. Hospital Physician. 2008:17-24. Nissapatorn V. Toxoplasmosis in HIV/AIDS: A Living Legacy. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2009;40(6):1158-70. Madi D, Achappa B, Rao S, Ramapuram JT, Mahalingam S. Successful Treatment of Cerebral Toxoplasmosis with Clindamycin: A Case Report. Oman Med J. 2012;27(5):411-2. Ganiem AR, Dian S, Indriati A, Chaidir L, Wisaksana R, Sturm P, et al. Cerebral Toxoplasmosis Mimicking Subacute Meningitis in HIV-Infected Patients; a Cohort Study from Indonesia. PLOS Neglected Tropical Disease J. 2013:1-6.

Anda mungkin juga menyukai