G Rajesh, WY Ip, SP Chow, BKK Fung Department of Orthopaedics and Traumatology, University of Hong Kong, Queen Mary Hospital, Pokfulam, Hong Kong
Pendahuluan
Fraktur phalang proximal pada tangan atau bisa juga disebut no mans land, lepasnya geometri, dan susah untuk di obati, baik secara konservatif ataupun melalui tindakan bedah. Setelah pembedahan, struktur dari phalang tendinous menjadi rentan, dan kehilangan gerak dari interphalangeal proksimal. Osteosintesis tidak dapat menjamin stabilitas dan membutuhkan imobilisasi post operatife. Empat minggu imobilisasi dapat diketahui 66% mengalami penurunan normal total aktif ROM, dan membutuhkan fisioterapi.
Stabilitas skeletal, tidak rigid merupakan unsure penting pada pergerakan secara fungsional. Fraktur falang proksimal dapat diobati dengan metode tertutup, dengan menggunakan efek stabilisasi dari jaringan lunak (zancolli complekx metacarpo phalangeal (MCP) retention apparatus) dan menggunakan perangkat eksterna (thermoplastic MCP block splint).
Metode
Mengevaluasi hasil secara klinis dan radiologis dari mobilisasi terlindungi (dynamic treatment) menggunakan thermoplastic MCP block splint untuk fraktur falang proksimal. Dilakukan pada 20 laki-laki dan 12 wanita pada periode januari 2001 dan februari 2007.
Ada 24 pasien berumur <= 50 tahun dan 8 pasien yang berumur> 50 tahun, 10 terjadi fraktur di tangan yang dominan sedangkan 22 terjadi fraktur pada tangan yang tidak dominan. Tiga fraktur adalah pada jari telunjuk, empat pada jari tengah, dan 6 pada jari manis, dan 19 pada kelingkiing.
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Single digit, tertutup, fraktur phalang proksimal Adanya displacement, letak extra articular, .Tidak ada injury lain yang terkait ( seperti rupture tendo atau robekan collateral) dan intake capsul intact zancoli comples. Tidak terinfeksi
Reduksi dianggap dapat diterima apabila 1. <10derajat angulasi aksial yang terbukti pada radiografi anteroposterior. 2. <15derajat angulasi aksial pada radiografi lateral 3. Tidak adanya rotasi dan 4. Tidak adanya colapse yang mengakibatkan terganggunya fungsional
Penilaian fungsional dan radiologis dilakukan pada setiap follow up, termasuk pemeriksaan ROM dari MCP, PIP, dan sendi DIP, dan total active ROM pada jari yang terkena fraktur juga dinilai. Fisioterapi yang kuat juga harus dilakukan untuk menghilangkan ketidakmampuan fleksi dan ekstensi, dan untuk mencegah terjadinya kompliikasi kontraktur
Hasil di klasifiikasikan berdasar belsky et al menjadi : Exellent (tidak ada gejala, tidak ada nyeri, tidak ada deformitas rotasional atau angular, pergerakan dari PIP >100 derajat, total active rom >250 derajat), Good (deformitas rotasional dan angular minimal, pergerakan PIP >80 derajat, total active ROM >180 derajat, 3. Fair and poor (tidak ada yang berubah).
Result
Rata rata periode follow up adalah 15 weeks, berdasarkan pada klasifikasi belsky 23 (75%) pasien termasuk adalam kategori excellent, 7 (22%) pasien masuk kedalam kategori good, dan 2 pasien (6%) termasuk kriteria fair and poor.
Tidak ada adhesi tendon, kontraktur, infeksi, non-union atau mal union. Dua pasien yang termasuk dalam kriteria fair and poor adalah pasien lelaki berusia 74 tahun dengan fraktur pada jari kelingking pada tangan non dominan. Dan pasien berusia wanita berusia 49 tahun dengan fraktur pada jari kelingking di tangan yang dominan. Pada kedua pasien memiliki bone union. Dan mereka kembali bekerja dengan deformitas minimal dan nyeri pada saat ekstremitas digerakkan. Hasil yang jelek mungkin berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien pada saat rehabilitasi normal. Beberapa yang dinyatakan kategori good menjadi exellent setelah dilakukan rehabilitasi lebih lanjut.
Discusion
Pada tampilan anatomis dari falang proksimal dan stabilitas di pengaruhi oleh jaringan yang mengelilingi, yang mana merupakan andalan untuk pengobatan konservatif dinamis pada fraktur proksimal phalang. Fraktur proksimal falang lebih baik diobati secara konservatif dengan minimal komplikasi: kesembuhan tulang dan pemulihan ROM dapat terjadi secara simultan,tidak secara konsekuen.
Setelah terapi tertutup menggunakan plester dari paris, dilakukan supervise pada rehabilitasi yang mana di evaluasi pencapaian dari fleksi keseluruhan sendi PIP dan mencegah pembentukan coktraktur ekstensor. Pada seri campuran dari intra dan ekstra articular fraktur phalang proksimal diobati menggunakan forearm thermoplastic splingrs yang mana memiliki hasil yag baik, yang diikuti reduksi akut dari fraktur dibawah anesthesia digiti. Pengobatan kami termasuk reduksi bertahap dan peningkatan fleksi disendi MCP, tanpa anasetesia.
Conclusion
Meskipun dengan sampel minimal, hasil pada pasien menunjukkan pada pengobatan dynamis lebih baik daripada treatment lain, tetapi hasil terakhir juga nyaris sama. Prosedur pembedahan memiliki kekurangan seperti periode rehabilitasi yang memanjang, yang membutuhkan minimal 2 intervensi (untuk fiksasi dan pemindahan), keberatan secara ekonomik dan social, dan stress pada saat dilakukan pembedahan yang juga diikuti oleh risiko anesthesia.