Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUTOR 29
DEFINISI
Infectious and inflammatory disorder of the upper female genital tract It may spread to the abdomen, including perihepatic structures (FitzHugh-Curtis Syndrome)
Kelainan Inflamasi pada daerah trakt. Genital bagian atas, dapat berupa :
Endometritis Salpingitis Tubovarian abscess Pelvic peritonitis Insidennya 10-20 per 1000 wanita pada masa reproduksi (15-49 tahun)
Risk Factors
History of Salpingitis Hygiene IUD Infertility Age Smoking
ETIOLOGI
Infeksi asendering Puerperal dan post abortal Tindakan yang berhubungan dengan infkesi, ex : Endometrial Biopsy Infeksi lainnya (Actinomycosis, Tuberculosis)
Causative Organisms
C. Trachomatis N. Gonorrhea GC and Chlamydia often co exist Endogenous Flora
Anaerobic organisms (e.g. Bacteroides) A cause of reccurent PID Associated with instrumentation
Actinomyces
In 1-4% of PID associated with IUDs
Others
TB Gram negatives, etc
EPIDEMIOLOGI
Sekitar 1 juta kasus PID terjadi di AS dalam setahun. Lebih dari seperempat kasus PID membutuhkan rawat inap. PID menyebabkan 0,29 kematian per 1000 wanita usia 15-44 tahun dan diperkirakan 100.000 wanita menjadi infertil akibat PID
EPIDEMIOLOGI
WHO mengalami kesulitan untuk menentukan prevalensi PID akibat dari beberapa hal termasuk : 1. Kurangnya pengenalan penyakit oleh pasien, 2. Kesulitan akses untuk merawat pasien, 3. Metode subjektif yg digunakan untuk mendiagnosa dan kurangnya fasilitas diagnosa
FAKTOR RESIKO
Aktivitas Seksual (85%) Kuretase dan AKDR (15%) Jumlah Pasangan Seksual Usia Muda Pemasangan Kontrasepsi Etnik Kulit Putih dan Golongan SosioEkonomik Rendah
Patofisiologi PID
Agustina Sri S 11-145
Table 16.4 Clinical Criteria for the Diagnosis of Pelvic Inflammatory Disease
Tanda Nyeri pelvik Nyeri pada gerakan serviks Nyeri tekan adnexa Leukorrhea dan mucopurulen endoservisitis Kriteria tambahan untuk meningkatkan spesifisitas diagnose Biopsy endometrium yang menunjukkan endometritis Peningkatan C-reactive protein atau erythrocyte sedimentation rate Suhu lebih dari 38C Leukositosis Test Positif untuk gonorrhea atau chlamydia Kriteria rumit Ultrasound menunjukkan tubo-ovarian abscess Laparoscopi menunjukkan konfirmasi salpingitis
ANAMNESIS
Gejala muncul pada saat awal siklus menstruasi atau pada saat akhir menstruasi. Nyeri abdomen bagian bawah kriteria nyeri tumpul, bilateral, konstan. - Nyeri diperburuk oleh gerakan, olahraga, atau koitus. - Nyeri dapat juga dirasakan seperti tertusuk, terbakar, atau kram. - Nyeri biasanya berdurasi < 7 hari Sekresi cairan vagina Demam, mual, dan muntah. Gejala tambahan: perdarahan per vaginam, nyeri punggung bawah, dan disuria.
PEMERIKSAAN FISIK
Suhu oral lebih dari 38C Nyeri tekan perut bagian bawah Pemeriksaan pelvis: Sekresi cairan mukopurulen Nyeri pada pergerakan serviks Nyeri tekan uteri Nyeri tekan adnexa bilateral
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah rutin dijumpai jumlah leukosit > 100.000 Peningkatan erythrocyte sediment Peningkatan C-reaktif protein level Pemeriksaan DNA dan kultur gonorrhea dan chlamidya konfirmasi PID. Urinalisis menyingkirkan kemungkinan ISK Kultur sekret vagina
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Transvaginal ultrasonografi: - Memperlihatkan adnexa, uterus, ovarium. - Nampak ketebalan dinding tuba > 5 mm berisi cairan, adanya silia menebal, dan tanda cogwheel. - Tuba fallopi normal biasanya tidak terlihat pada USG. - Sensitifitas 81%, spesifisitas 78%
Endometritis
Hidrosalping
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
2. Computed Tomography - Penemuan CT pada PID adalah servisitis, ooforitis, salpingitis, penebalan ligamen uterosakral, dan adanya abses atau kumpulan cairan pelvis. - Tidak spesifik
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
3. Magnetic Resonance Imaging - Spesifisitas dan sensitivitas: 95% - Terlihat penebalan, tuba yang berisi cairan dengan atau tanpa cairan pelvis bebas atau abses tuba-ovarian
a. multiple fluid-filled cystic structures within the right adnexa (black arrows) b. bilateral tuboovarian abcesses. c. low signal intensity within the pus-filled cavities and marked enhancement of the inflammatory walls.
PROSEDUR LAIN
1. Laparoskopi Standar baku diagnosis defenitif PID. Lebih spesifik dan sensitif daripada pemeriksaan lainnya Mengevaluasi cairan untuk interpretasi kerusakan. Criteria minimum untuk diagnosa PID adalah - Edema dinding tuba - Hiperemia permukaan tuba - Terdapat eksudat pada permukaan tuba dan fimbriae. Massa pelvis akibat abses tubaovarian atau kehamilan ektopik dapat terlihat.
PROSEDUR LAIN
2. Culdosentesis
PROSEDUR LAIN
3. Biopsi Endometrial
REFERENSI
http://emedicine.medscape.com/article/4045 37-overview
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING
KEHAMILAN EKTOPIK RUPTUR KISTA OVARIUM ENDOMETRIOSIS AKUT APENDICITIS AKUT
Kehamilan ektopik biasanya tdk ada demam, LED tdk meninggi dan leukositosis tdk terlalu tinggi. Jk tes kehamilan positif, maka PID dpt disampingkan, jk negatif keduanya mungkin Appendicitis: tempat nyeri lebih tinggi (titik Mc. Burney)
Penatalaksanaan PID
Pencegahaan
Mencegah terjadi infeksi krn kuman penyebab PMS ( ex:Chlamydia) peningkatan edukasi masyarakat, diagnosis dini, penanganan yg tepat thdp infeksi chlamydia. Program penapisan PMS pada pria & wanita. Pasien dgn diagnosa PMS (& patner sex) hrs diterapi sampai tuntas biar tdk menular.
Pencegahan
Wanita usia remaja hrs menghindari aktivitas seksual hingga usia > 16thn Kontrasepsi oral menurunkan risiko PID Wanita >25thn hrs dilakukan penapisan thp chlamydia tanpa memandang fktr risiko
2. Grup 2 : Kriteria tambahan suhu oral >38,3 drjt Celcius, secret mukopuruen dr servical/vaginal, peningkatan erythrocyte sediment rate,peningkatan c-reactife protein, LAB: infeksi servikalis oleh N. Gonorhea/ C. trachomatis
3. Grup 3 : Kriteria spesifik konfirmasi laparoskopik, USG transvaginal yg melihat penebalan, tuba terisi cairan dgn/tanpa cairan bebas pd pelvis/ kompleks tuba ovarian, endometrial biopsy yg melihatkan endometritis
Kebanyakan pasien diterapi rawat jalan, namun indikasi untuk hospitalisasi yaitu : 1. diagnosis tdk jelas 2. abses pelvis pd USG 3. pregnancy 4. gagal merespon rawat jalan 5. ketidakmampuan untuk bertoleransi thdp regimen oral
6. sakit berat/mual muntah 7. imunodefisiensi 8. gagal utk membaik scr klinis setelah 72jm terapi rawat jalan.
Pasien dianjurkan untuk tirah baring posisi fowler Beri antibiotika spektrum luas dalam dosis tinggi Jk pasien gunakan AKDR cabut AKDR!
Regimen B : 1. Clindamisin 900mg iv per 8jam + gentamisin 2mg/kgBB dosis awal iv diikuti dgn dosis lanjutan 1,5mg/kgBB per 8 jam. Terapi iv dihentikan 24jam stlh pasien membaik scr klinis dan terapi peroral 100mg doxosiklin dilanjutkan hgg 14 hari
Regimen B 1. Cefoxitin 2gr im dosis tungal dan proibenecid 1gr peroral dosis tunggal/dosis tunggal cephalosporin generasi ketiga + doxisiklin 100mg peroral 2xsehari selama 14har\\i, dengan/tanpa metroniodazole 500mg peroral 2xsehari slm 14hri
Pasien dgn terapi iv dpt digantikan dgn terapi peroral stlh 24jam perbaikan klinis. Dilanjutkan hinggal total 14hari .
Terapi Pembedahan
Jk pasien tdk mengalami perbaikan klinis stelah 72jam terapi hrs dievaluasi ulang! Bila mungkin dengan laparoskopi/intervensi pembedahan.
Laparotomi untuk kegawatdaruratan ex: ruptureabses, abses yg tdk emrespon terapi, drainase laparoskopi. Salpingooforektomi, histerektomi, bilateral salpingooforektomi.
Komplikasi prognosis
Komplikasi
Komplikasi yang utama terjadi yaitu
Nyeri pelvis kronis Infertilitas Kehamilan ektopik
prognosis
Nyeri biasanya terjadi pada 25% pasien dengan riwayat PID Risiko kehamilan ektopik meningkat 15-50% pada ibu dengan riwayat PID.
20% pasien mengalami infertilitas Perempuan dengan riwayat PID memiliki 6-10x lebih besar resiko kehamilan ektopik Sekitar 25% pasien PID mengalami akibat buruk jangka panjang
Mendapatkan pengobatan yang tepat dan tindak lanjut perawatan dapat menyembuhkan penyakit radang panggul dan menjaga dari menyebabkan masalah lebih lanjut. Ikuti saran dokter Anda erat, menyelesaikan semua obat Anda dan kembali ke dokter Anda untuk semua pemeriksaan dijadwalkan. Untuk menghindari infeksi ulang, pasangan seks Anda juga harus dirawat, dan Anda harus mengikuti semua rekomendasi untuk pencegahan.