Anda di halaman 1dari 26

BIOPROSES DALAM

LINGKUNGAN:
DASAR-DASAR
BIODEGRADASI

Agus Prasetya, PhD.


MST-TP2SLP FT-UGM
SEKILAS TENTANG PROSES
PERURAIAN SECARA BIOLOGIS

Oksidasi Biologis/Bio-oksidasi:

Penguraian bahan-bahan organik dalam limbah dengan proses oksidasi


yang dilakukan oleh dan dalam mikrobia secara biologis.
Biodegradasi:

• Peristiwa penguraian senyawa-senyawa organik dalam limbah oleh


mikroorganisme pengurai.

• Merupakan mekanisme yang paling signifikan pada pengolahan


limbah secara biologis.

• Dapat terjadi secara:


- Aerob : perlu oksigen
- An-aerob : tidak perlu oksigen
- An-oxic : gabungan aerob dan an-aerob.

Biodegradabilitas beberapa senyawa organik.
Biodegradasi AEROB

Ada 2 langkah proses, yaitu:

• Proses pembentukan sel-sel baru (sintesis):

senyawa2 + a’O2 +N+P + Energy a (sel-sel baru) + CO2 + H2O


organik sel-sel
+ residu 2
terlarut
mikro organisme non-biodegradable

• Proses penguraian sel-sel mikroorganisme karena reaksi auto-


oksidasi (respirasi/endogenesis).

sel-sel mikro + b’O2 CO2 + H2O + N + P


organisme + residu2 seluler + Energy
non-biodegradable

Konsumsi O2 diperlukan untuk:


• Suplai untuk sintesis/pembentukan sel-sel baru
• Respirasi endogenesis (auto-oksidasi), dimana sel-sel
mikroorganisme
terurai untuk menghasilkan energi.
Oksidasi Biologis/Bio-oksidasi – Proses Aerob:
Kurva skematik proses Bio-oksidasi

Linear Declining
removal removal
Endogeneous
phase

S0

Biosorption

Berat
sel total
Oxygen
stored BOD
Synthesis of

uptake
rate

Organic
X0 substrat
remaining

A B C D
Biodegradasi An-aerob

Dekomposisi An-aerob
Adalah proses terurainya senyawa-senyawa organik oleh mikrobia
tanpa adanya oksigen.

Ada dua proses biologis yang terjadi dalam peristiwa ini, yaitu:

• Peruraian senyawa-senyawa organik menjadi asam-asam


organik oleh mikrobia fakultatif.
• Peruraian asam-asam organik oleh bakteri-bakteri anaerob
(misalnya: bakteri pembentuk metan) menjadi metan dan padatan
stabil.

Senyawa2 asam-asam organik


CH4 + padatan stabil
organik mikrobia + CO2 + H2S mikrobia
fakultatif pembentuk
metan
Biodegradasi An-aerob
Dekomposisi Anoxic

Adalah sebuah proses biologis


dimana mikroorganisme tertentu
mengambil oksigen yang
terdapat dalam senyawa-
senyawa tertentu (misalnya
nitrit dan nitrat) dan nutrien
untuk aktivitas biologisnya.

Senyawa-senyawa yang terurai


akan menghasilkan gas nitrogen,
CO2, padatan stabil dan
mikroorganisme dalam jumlah
yang lebih banyak.

Nitrifikasi : senyawa2 nitrogen  senyawa2 nitrit + nitrat


De-nitrifikasi: senyawa2 nitrit + nitrat  N2, N2O dll.
Proses perombakan senyawa-senyawa organik oleh
mikroorganisme
Beberapa jenis mikroorganisme (mikrobia) yang banyak terdapat
dalam lumpur aktif adalah: paramecium, berbagai jenis bacteria dan
amoeba.

Bacteria Amoeba
Paramecium
agen pengurai
utama pada limbah.
• Biodegradasi An-oxic
(Dijumpai pada peristiwa nitrifikasi dan denitrifikasi)

Senyawa-senyawa organik yang


mengandung nitrogen (misal: protein)
akan mengalami dekomposisi biologis
dengan mekanisme yang cukup
kompleks.

Oleh mikrobia-mikrobia yang ada,


senyawa nitrogen ada yang langsung
digunakan untuk proses sintesis sel-sel
atau dilepaskan kembali dan terurai
(diuraikan oleh bakteri yang sesuai)
menjadi N bebas (dalam bentuk N2, N2O
dll).

Ada dua proses penting dalam peruraian


senyawa-senyawa nitrogen menjadi gas-
gas N2, N2O dll, yaitu: nitrifikasi dan
denitrifikasi.
Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
Bio-dekomposisi

• Temperatur

• pH

• Toksisitas senyawa dalam limbah


(biasanya: fenol, logam berat, garam-garam
anorganik, amoniak)

• Shock Loading (perubahan kondisi pembebanan


secara tiba2)
• Temperatur

Ada 3 daerah suhu untuk proses biodegradasi:


- Mesofilik : 4 – 39oC
- Termofilik : 40 – 55oC
- Psikrofilik : dibawah 4oC

Kebanyakan proses biodegradasi berlangsung pada zone mesofilik.


- Suhu ideal: ≈ 31oC (reaksi biologis paling cepat)
- Pada suhu > 36oC, floc-floc mikrobia akan mulai rusak 
penurunan kecepatan pengendapan secara signifikan.
- Suhu dalam proses aerobik dijaga ≤ 35,5oC.

• pH
- Kisaran pH: 5 – 9.
- Kecepatan reaksi optimum: pH ≈ 6,5 – 8,5.
• Toksisitas

Toksisitas (sifat meracuni) limbah dalam proses bio-oksidasi dapat


terjadi karena adanya senyawa-senyawa organik tertentu
dengan konsentrasi tinggi misalnya:

Fenol.
Adanya fenol dengan konsentrasi tinggi dapat meracuni mikrobia,
sehingga menghalangi (inhibit) proses bio-oksidasi. Tetapi fenol
dalam konsentrasi rendah adalah biodegradable (dapat diuraikan
oleh mikrobia)

Logam berat.
Logam berat yang teradsorpsi pada permukaan dinding sel
mikroorganisme akan menghalangi jalannya reaksi bio-oksidasi.
Batasan konsentrasi toksik dari logam berat sangat tergantung pada
kondisi operasinya. Pada sistem lumpur aktif, konsentrasi logam berat
yang rendahpun dapat meracuni.
Garam-garam anorganik dan amoniak.

Garam-garam anorganik pada konsentrasi cukup tinggi dapat


menunjukan retardasi terhadap reaksi bio-dekomposisi (menghalangi
reaksi dan menurunkan kecepatan degradasi senyawa organik).

Kandungan garam anorganik yang tinggi juga dapat menyebabkan


meningkatnya padatan tersuspensi (suspended solid) dalam arus
effluent (arus limbah meninggalkan sistem).

Untuk mengatasi/menghindari kondisi toksik, maka limbah yang baru


masuk ke sistem (misalnya: kolam limbah) diusahakan tercampur
sesempurna mungkin dengan limbah yang sudah ada dalam sistem
sehingga terjadi efek pengenceran!

Shock Loading

Berbagai jenis shock load:


Qualitative shock load: perubahan komposisi substrat

Quantitative shock load: perubahan konsentrasi senyawa
organik.

Hydraulic shock load: perubahan laju alir (flowrate)

pH shock load: perubahan derajat keasaman secara tiba2.

Temperature shock load

Toxic shock load: perubahan konsentrasi bahan toksik tiba2

Berbagai macam pola shock load


Step up: beban tiba-tiba naik

Step down: beban tiba-tiba turun

Slug dose (pulse change): beban tiba2 berubah sesaat.

Cyclical change: beban berubah secara siklis (teratur
terhadap waktu)

Random change: shock load terjadi tidak mengikuti pola
tertentu

Quantitative Shock Loading


Kasus yang paling umum, kenaikan konsentrasi senyawa
organik secara mendadak (sumber C yang sama atau jumlah C
total yang sama, eg. sbg BOD)

Berpengaruh pada efisiensi dan karakter biomassa (kemudahan
untuk flokulasi & settling)
 Kemungkinan implikasi: defisiensi O2 terlarut, kekurangan/ketidak
seimbangan nutrient, perubahan pH → pertumbuhan mikrobia
terganggu, atau mati (pada shock load tinggi).

Kenaikan/penurunan konsentrasi senyawa
organik mendadak:


Gb. 13.1 (successfull response): response populasi mo
heterogen thd 50% step increase dr Si

Se konstan, biomassa naik sebanding dng kenaikan
kandungan protein dan karbohidrat pada biomassa tsb
 balanced growth selama periode transient

D relatif kecil (0,125/jam) shg bimassa mempunyai
cukup waktu untuk menyesuaikan pertumbuhan dng
adanya shock loading

Gb. 13.2 (less successfull response): response thd step
increase >250%, D:0,244

Se max pada periode transient bisa diprediksi dng
model Monod

Hydraulic Shock Loading

Perubahan F karena sistem atau cuaca (misalnya karena hujan)

Si bisa konstant atau berubah sebanding dng perubahan F

Gb. 13.9 A (step down, Si konstant, mass loading rate turun):
tidak terjadi perubahan pada Se

Gb. 13.9 B (step down, Si berubah, mass loading rate konstant):
ada response drastis

Gb. 13.10: step up

Jika F dinaikkan terus shg D mendekati Dc  wash out

Pada activated sludge, sistem masih tetap bekerja normal (Se
konstant) untuk step change F sampai 200%
pH Shock loading

Pada umumnya mo tumbuh pada pH mendekati netral

Gb. 13.11: sedikit perubahan pH memberikan efek
yang sangat drastis pada biomassa dan Se

Terjadi perubahan pada populasi mo dominant, bukan
pada aklimatisasi

Masa transient relatif lama, mempengaruhi settling
characteristics dr mo

Penggunaan flocculating agents saat ada pH shock
loading

Temperature Shock Loading


Selective effect (spt pd pH)

Gb. 13.13 (step down): efek lebih drastis pada D yang lebih
tinggi

Gb. 13.14 (step up): idem

Mikroorganisme lebih toleran thd step up change daripada
step down change
Ukuran floc, selain dipengaruhi oleh kondisi operasi (pH, suhu) dan
keadaan limbah (e.g. toksisitas), juga dipengaruhi oleh umur
lumpur aktif tersebut.

Koloni bakteri pada berbagai umur floc lumpur


aktif.
Penggolongan floc lumpur aktif berdasarkan ukuran floc dan panjang
filamen (rambut-rambut mikrobia):

Filamentous bulking:
• Mikrobia tumbuh terlalu cepat (overgrowth).
• Biasanya merupakan hasil complete mixed processes atau karena
kurang nutrien dan konsentrasi substrat biodegradable organics
terlalu tinggi; disertai kelarutan O2 yang tinggi dalam limbah.
• Paling umum dijumpai pada lumpur aktif

Non-bulking:
• Jumlah nutrient dan substrat cukup.
• Biasanya dijumpai pada sistim ‘mixed flow’.

Pin-point:
• Hasil dari kekurangan makanan (baik substrat maupun nutrien).
• Rasio makanan dan massa lumpur organik (F/M) sangat rendah, atau
• Hasil penggunaan lumpur aktif yang terlalu lama (long sludge age
operation).
‘Filamentous Bulking’

Filament Extended
Backbone Filament

Dispersed
particles

‘Pin Point’ ‘Nonbulking’

Anda mungkin juga menyukai