LINGKUNGAN:
DASAR-DASAR
BIODEGRADASI
Oksidasi Biologis/Bio-oksidasi:
Linear Declining
removal removal
Endogeneous
phase
S0
Biosorption
Berat
sel total
Oxygen
stored BOD
Synthesis of
uptake
rate
Organic
X0 substrat
remaining
A B C D
Biodegradasi An-aerob
Dekomposisi An-aerob
Adalah proses terurainya senyawa-senyawa organik oleh mikrobia
tanpa adanya oksigen.
Ada dua proses biologis yang terjadi dalam peristiwa ini, yaitu:
Bacteria Amoeba
Paramecium
agen pengurai
utama pada limbah.
• Biodegradasi An-oxic
(Dijumpai pada peristiwa nitrifikasi dan denitrifikasi)
• Temperatur
• pH
• pH
- Kisaran pH: 5 – 9.
- Kecepatan reaksi optimum: pH ≈ 6,5 – 8,5.
• Toksisitas
Fenol.
Adanya fenol dengan konsentrasi tinggi dapat meracuni mikrobia,
sehingga menghalangi (inhibit) proses bio-oksidasi. Tetapi fenol
dalam konsentrasi rendah adalah biodegradable (dapat diuraikan
oleh mikrobia)
Logam berat.
Logam berat yang teradsorpsi pada permukaan dinding sel
mikroorganisme akan menghalangi jalannya reaksi bio-oksidasi.
Batasan konsentrasi toksik dari logam berat sangat tergantung pada
kondisi operasinya. Pada sistem lumpur aktif, konsentrasi logam berat
yang rendahpun dapat meracuni.
Garam-garam anorganik dan amoniak.
Qualitative shock load: perubahan komposisi substrat
Quantitative shock load: perubahan konsentrasi senyawa
organik.
Hydraulic shock load: perubahan laju alir (flowrate)
pH shock load: perubahan derajat keasaman secara tiba2.
Temperature shock load
Toxic shock load: perubahan konsentrasi bahan toksik tiba2
Berbagai macam pola shock load
Step up: beban tiba-tiba naik
Step down: beban tiba-tiba turun
Slug dose (pulse change): beban tiba2 berubah sesaat.
Cyclical change: beban berubah secara siklis (teratur
terhadap waktu)
Random change: shock load terjadi tidak mengikuti pola
tertentu
Quantitative Shock Loading
Kasus yang paling umum, kenaikan konsentrasi senyawa
organik secara mendadak (sumber C yang sama atau jumlah C
total yang sama, eg. sbg BOD)
Berpengaruh pada efisiensi dan karakter biomassa (kemudahan
untuk flokulasi & settling)
Kemungkinan implikasi: defisiensi O2 terlarut, kekurangan/ketidak
seimbangan nutrient, perubahan pH → pertumbuhan mikrobia
terganggu, atau mati (pada shock load tinggi).
Kenaikan/penurunan konsentrasi senyawa
organik mendadak:
Gb. 13.1 (successfull response): response populasi mo
heterogen thd 50% step increase dr Si
Se konstan, biomassa naik sebanding dng kenaikan
kandungan protein dan karbohidrat pada biomassa tsb
balanced growth selama periode transient
D relatif kecil (0,125/jam) shg bimassa mempunyai
cukup waktu untuk menyesuaikan pertumbuhan dng
adanya shock loading
Gb. 13.2 (less successfull response): response thd step
increase >250%, D:0,244
Se max pada periode transient bisa diprediksi dng
model Monod
Hydraulic Shock Loading
Perubahan F karena sistem atau cuaca (misalnya karena hujan)
Si bisa konstant atau berubah sebanding dng perubahan F
Gb. 13.9 A (step down, Si konstant, mass loading rate turun):
tidak terjadi perubahan pada Se
Gb. 13.9 B (step down, Si berubah, mass loading rate konstant):
ada response drastis
Gb. 13.10: step up
Jika F dinaikkan terus shg D mendekati Dc wash out
Pada activated sludge, sistem masih tetap bekerja normal (Se
konstant) untuk step change F sampai 200%
pH Shock loading
Pada umumnya mo tumbuh pada pH mendekati netral
Gb. 13.11: sedikit perubahan pH memberikan efek
yang sangat drastis pada biomassa dan Se
Terjadi perubahan pada populasi mo dominant, bukan
pada aklimatisasi
Masa transient relatif lama, mempengaruhi settling
characteristics dr mo
Penggunaan flocculating agents saat ada pH shock
loading
Temperature Shock Loading
Selective effect (spt pd pH)
Gb. 13.13 (step down): efek lebih drastis pada D yang lebih
tinggi
Gb. 13.14 (step up): idem
Mikroorganisme lebih toleran thd step up change daripada
step down change
Ukuran floc, selain dipengaruhi oleh kondisi operasi (pH, suhu) dan
keadaan limbah (e.g. toksisitas), juga dipengaruhi oleh umur
lumpur aktif tersebut.
Filamentous bulking:
• Mikrobia tumbuh terlalu cepat (overgrowth).
• Biasanya merupakan hasil complete mixed processes atau karena
kurang nutrien dan konsentrasi substrat biodegradable organics
terlalu tinggi; disertai kelarutan O2 yang tinggi dalam limbah.
• Paling umum dijumpai pada lumpur aktif
Non-bulking:
• Jumlah nutrient dan substrat cukup.
• Biasanya dijumpai pada sistim ‘mixed flow’.
Pin-point:
• Hasil dari kekurangan makanan (baik substrat maupun nutrien).
• Rasio makanan dan massa lumpur organik (F/M) sangat rendah, atau
• Hasil penggunaan lumpur aktif yang terlalu lama (long sludge age
operation).
‘Filamentous Bulking’
Filament Extended
Backbone Filament
Dispersed
particles