oleh:
1. 2. 3.
4.
5. 6. 7. 8.
Zaenab salsabila
Hana yolanda Rifa arifah irham pratama P. Nursetyowati rahayu
SALEP
FORMULASI SALEP
Zat aktif Basis salep Zat tambahan lain
ZAT AKTIF
Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam dasar salep. Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam air. Zat berkhasiat bentuk padat tak larut. Zat berkhasiat berupa cairan. Zat berkhasiat berupa ekstraktum. Bahan yang ditambahkan terakhir.
BASIS SALEP
Basis berminyak (oleaginous bases) Basis salep absorpsi (absorption bases) Basis dapat tercuci air (water removable bases) Basis larut air (water soluble bases)
Peraturan 1: zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya, jika perlu dengan pemanasan. Peraturan 2: bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari basis salepnya. Peraturan 3: bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air harus diserbukkan lebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak no.60 Peraturan 4: salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin (bahan-bahan yang ikut lebur, penimbangannya harus dilebihkan 10-20% untuk mencegah kekurangan bobotnya).
PERSYARATAN SALEP
Persyaratan salep menurut FI edisi III: 1. pemerian: tidak boleh berbau tengik 2. kadar: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10% 3. dasar salep (ds): kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep, dapat dipilih beberapa bahan dasar salep sebagai berikut: * Ds.senyawa hidrokarbon: vaselin putih, vaselin kuning (vaselin flavum, malam putih (cera album), malam kuning (cera flavum), atau campurannya. * Ds.serap: lemak bulu domba (Adeps lanae), campuran 3 bagian kolestrol, 3 bagian stearilalkohol, 8 bagian malam putih dan 86 bagian vaselin utih, campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen. * Ds.yang dapat dicuci dengan air atau Ds.emulsi: misalnya emulsi minyak dalam air (M/A). * Ds.yang dapat larut dalam air: misalnya PEG atau campurannya. 4. homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen. 5. penandaan: pada etiket harus tertera obat luar
PENGGOLONGAN
SALEP
1. menurut konsistensinya salep dapat dibagi menjadi: A. Unguenta salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga. B. Cream (Krim) salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air. C. Pasta salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu salep tebal, karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diolesi. D. Cerata salep berlemak yang mengandung persentase lilin (wax) yang tinggi, sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum labiale). E. Genoles/ Spumae/ Jelly salep yang lebih halus, umumnya cair dan sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basisnya terdiri atas campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh: starch jellies (10% amilum dengan air mendidih)
LANJUTAN PENGGOLONGAN...
2. menurut farmakologi/ terapeutik dan penetrasinya A. Salep epidermis (epidermic ointment; salep penutup) guna melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, tidak diabsorbsi, kadang-kadang ditambahkan antiseptik, astringensia untuk meredakan rangsangan atau anestesi lokal. Ds.yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon. B. Salep endodermis salep bahan obatnya menembus ke dalam kulit, tetapi tidak melalui kulit, terabsorbsi sebagian, digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Ds.yang terbaik adalah minyak lemak. C. Salep diadermis salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep yang mengandung senyawa merkuri iodida.
LANJUTAN PENGGOLONGAN...
3. menurut dasar salep: A. Salep hidrofobik salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air, misalnya: campuran lemak-lemak minyak lemak, malam. B. Salep hidrofilik salep yang sukaa air atau kuat menarik air, biasanya Ds.tipe M/A
LANJUTAN PENGGOLONGAN...
A. Dasar salep 1 (Ds.senyawa hidrokarbon) B. Dasar salep 2 (Ds.serap) C. Dasar salep 3 (Ds.yang dapat dicuci dengan air atau Ds.emulsi M/A) D. Dasar Salep 4 (Ds.yang dapat larut dalam air)
SIFAT-SIFAT SALEP
Sifat-sifat salep yang digunakan untuk mengobati penyakitpenyakit kulit, harus: 1. bersifat antiseptika (mencegah infeksi) 2. bersifat protektiva (bahan yang mampu melindungi kulit yang luka atau yang sakit) 3. bersifat emolien (bahan yang mampu menghaluskan dan melemaskan kulit) 4. bahan-bahan yang dapat mengurangi rasa gatal: - bahan-bahan yang cepat menguap sehingga terjadi pendinginan setempat : kamfer, menthol. - bahan-bahan yang dapat menahan rasa sakit setempat : fenol, anaesthesin.
PASTA
Definisi : Sediaan yang berupa masa lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian luar, biasanya dibuat dengan mencampur bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin dan parafin cair atau dengan bahan dasar tidk berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit.(FI ed III) Konsistensi : 50 % bahan padat.
Formulasi : Mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, atau sabun. Bahan dasar:
Vaselin Lanolin Adeps lanae Unguentum simplex Minyak lemak dan parafin liquid yang sudah atau belum bercampur dengan sabun.
Kelebihan : a. Pasta mengikat cairan sekret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan tendensi mengeluarkab cairan. b. Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga menngkatkan daya kerja lokal. c. Konsentrasi lebih kental dari salep. d. Daya adsorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dari sediaan salep. Kekurangan : a. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai digunakan pada bagian tubuh yang berbulu. b. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulitt epidermis. c. Dapat menyebabkan iritassi kulit.
Penggolongan
Pasta kering
Pasta pendingin
Suatu pasta bebas lemak mengandung + 60% zat padat (serbuk) R/Bentonit1 Sulfur praecip 2 Zinci Oxydi 10 Talci 10 Ichthamoli 0,5 Glycerin Aqua aa 5 S.ad.us.ext
Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal Salep Tiga Dara R/Zinci oxydi
Olei olivae
Calcii Hidroxydi Sol aa 10
Pasta berlemak
merupakan salep padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh berfungsi sebagai lapisan pelindung pd bagian yg diolesi Ex. Pasta Zn-oksida
Campuran kental terdiri dari serbuk dan glycering digunakan utk pelekatan pd selaput lendir agar memperoleh efek lokal sebagai pembersih gigi Pasta gigi Triamsinolon asetonida
contoh pasta: zinc pasta oksida (Lassar Plain Zinc Paste), yang merupakan dibuat dengan mencampur 25% masing-masing seng oksida dan pati dengan petrolatum putih. Produk ini sangat tegas dan lebih mampu melindungi kulit dan menyerap sekresi daripada seng oksida salep.
6. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. 7. Daya adsorbs pasta lebih besar 8. Konsistensi lebih kenyal dari salep 9. Tidak memberikan rasa berminyak seperti salep.
4. Uji PH Syarat pH untuk sediaan pasta gigi berdasarkan SNI 123524-1995 adalah pH 4,5-10,5 5. Uji Daya Lengket Pengujian terhadap daya lengkat dilakukan untuk mengetahui kemampuan pasta melekat pada gigi semakin cepat 6. Uji Viskositas 7. Uji Kadar, stabilitas zat aktif dan lain-lain