Anda di halaman 1dari 40

KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

Disusun oleh: -Citra Purnama Pratiwi -Dian Tanjung -Jen Marbun -Nyoman Astri

ANATOMI MATA

KONJUKTIVITIS
DEFINISI : Inflamasi pd selaput konjunktiva. ETIOLOGI :
Bakteria. Virus. Kecederaan bahan kimia. Obat mata topikal, kosmetik.

MANIFESTASI KLINIKAL : Pada kedua mata. Mata gatal, berpasir & tidak sakit. Discharge mukopurulen/purulen, bulu & kelopak mata melekat, berkerak. Konjunktival tarsal & bulbar merah, kemosis akut. Penglihatan normal. Kelopak mata bengkak. Fotofobia jika kornea terlibat.

Penatalaksanaan
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakteri tergantung pada agen mikrobiologinya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memberikan terapi awal dengan antimikrobial topikal. Terapi konjungtivitis bakteri hiperakut Jika didapatkan hasil diplokokus gram negatif dicurigai agen penyebab adalah Neisseria CDC merekomendasikan terapi konjungtivitis bakteri hiperakut dengan antiobiotik sistemik ceftriaxone 1 gram dosis tunggal injeksi IM dikombinasikan dengan eye lavage menggunakan saline 4 kali sehari sampai sekretnya habis terbuang.

Terapi konjungtivitis bakteri akut atau subakut, dan kronis Konjugtivitis bakteri akut atau subakut biasanya sembuh spontan, sembuh sendiri dalam 8 hari. Pengobatan dengan antibiotik mempercepat penyembuhan, mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi dan mengurangi penyebaran. Terapi yang dianjurkan adalah Tetes/salep mata antibiotik spektrum luas: neomisin, polimiksin, ciprofloxasin, ofloxasin, atau levofloxasin selama kurang lebih 4-5 hari. Vitamin C 500 mg 1 x sehari. Antiinflamasi 2x1 sehari bila disertai dengan edema palpebra. Tidak perlu antibiotika sistemik dan analgesik. Konjungtivitis bakteri kronis dapat diterapi seperti diatas, namun harus juga dihilangkan fokal infeksi yang menjadi sumber infeksi.

Komplikasi
Keratitis punctata superfisialis dan Dakriosistitis akut. Blefaritis marginal menahun sering menyertai konjungtivitis stafilokokus kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa dan pada kasus tertentu yang dikuti ulserasi kornea dan perforasi sampai endoftalmos. Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis, H aegyptius, S aureus, dan M catarrhalis. Jika produk toksik dari N gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk camera anterior, dapat timbul iritis toksik

Ulkus kornea dan Perforasi pada Konjungtivitis Hiperakut oleh karena N. Gonorhoeae

Prognosis
Prognosis konjungtivitis bakterial akut umumnya baik dan hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10 - 14 hari Jika diobati dengan memadai sembuh dalam 1-3 hari, kecuali konjungtivitis bakteri karena stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis bakteri hiperakut (yang bila tidak dapat diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus septikemia dan meningitis

STATUS PASIEN

Pasien Nama Umur Alamat An. Pambudi 6 tahun Pondok Bambu RT 003/ RW 012 No. 110 Kelurahan Pondok Bambu Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur Jenis Kelamin Agama Pendidikan Kedatangan yang KeTelah Diobati Sebelumnya Alergi Obat Sistem Pembayaran Tidak Ada KJS Laki-Laki Islam Bersekolah SD 1

Keterangan -

Pasien datang dengan orang tua (Ibunya)

Belum pernah

Keluhan Utama: Mata sebelah kanan dan kiri merah sejak 4 hari yang lalu.

Keluhan Lain: Mata terasa seperti ada pasir dan sewaktu bangun dipagi hari pasien susah membuka mata.

RPS
Pasien datang ke Puskesmas Pondok Bambu I diantar oleh Ibunya dengan keluhan kedua mata merah yang dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Kakak pasien mengalami keluhan seperti pasien 6 hari yang lalu dan telah berobat ke puskesmas. Namun tidak begitu lama, saat kakak pasien masih dalam tahap penyembuhan, pasien tertular dan mengalami keluhan yang sama seperti kakak pasien. Pasien mengatakan awalnya mata kiri terlebih dahulu yang merah kemudian karena terasa seperti ada pasir pasien mengucek-ngucek dan tanpa sadar pasien pegang mata sebelah kanan sehingga keesokan harinya mata kanan pasien jadi ikut merah juga. Selain itu pada pagi hari saat pasien bangun tidur menjadi susah untuk membuka mata karena banyaknya kotoran mata yang menutupi kedua mata pasien. Pasien tidak merasakan adanya gatal pada kedua mata. Pasien tidak pernah berobat ke dokter atau ke puskesmas. Untuk keluhan pada pasien, ibu pasien hanya memberikan obat tetes mata yang dibeli diwarung tapi tidak ada perubahan. Pasien sering dijemput tetangganya bersama teman satu sekolahnya dengan motor tanpa pakai pelindung mata. Pasien sangat aktif dan setiap hari pasien senang bermain sepakbola bersama teman-teman sekolah maupun dilingkungan rumah.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Orangtua pasien menyangkal pasien memiliki riwayat alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga


Kakak pasien mengalami keluhan seperti pasien 6 hari yang lalu dan telah berobat ke puskesmas. Riwayat alergi didalam keluarga disangkal.

Riwayat Kebiasaan dan Kehidupan Pribadi


Pola kebersihan diri pasien kurang yaitu pasien tidak membiasakan mencuci tangan setelah melakukan aktivitas. Setiap hari pasien senang bermain sepakbola bersama teman-teman sekolah maupun dilingkungan rumah.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan ayah pasien berumur 38 tahun ibu pasien yang berumur 37 tahun serta satu kakak laki-laki yang berumur 13 tahun. Rumah pasien terdiri dari dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan satu ruang tamu dan bisa dipakai sebagai ruang keluarga, serta satu dapur kecil di bagian belakang rumah. Sumber air yang digunakan adalah air PAM. Septic tank jaraknya sekitar kurang lebih 7 m dari sumber air. Ayah pasien adalah karyawan di salah satu tempat usaha, sedangkan ibu pasien merupakan ibu rumah tangga. Penghasilan per bulan ayah pasien Rp 2.500.000,-

DATA ANGGOTA KONTAK SERUMAH


Nama Samingun Suciati Umur Status Dalam Keluarga 38 thn 37 thn Suami Istri Jenis Kelamin L P Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga Edo Lesmana 13 thn Pambudi Satianto 6 thn Anak Ke-1 Anak Ke-2 (pasien) L L Pelajar Pelajar Konjungtivitis Konjungtivitis Sehat Sehat Pekerjaan Status Kesehatan

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital termasuk status gizi Kesadaran : Compos mentis Keadaan Umum : Tampak sakit berat Tinggi badan : 115 cm Berat Badan : 22 Kg Status Gizi : Normal Tanda Vital :
Tekanan Darah Nadi Pernafasan Suhu : 120/70 mmHg : 120 x / menit : 38 x / menit : 36,2 C

Status Generalis
Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut Mata : Palpebra superior/inferior oedem +/+, konjungtiva forniks superior/inferior hiperemis +/+, konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva +/+, kornea jernih +/+, reflex cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+, pupil bulat dan isokor. Telinga : Liang telinga lapang/ lapang, tidak ada serumen, sekret -/ Hidung : Tidak ada deformitas, liang hidung lapang/ lapang, sekret -/-, tampak pernafasan cuping hidung Tenggorokan : Uvula ditengah, arkus faring simetris, arkus faring tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, T1-T1

Paru-Paru Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, iktus cordis tidak terlihat Palpasi : Vokal fremitus teraba simetris Perkusi : Paru kiri dan kanan sonor Auskultasi: Bronkhial, Rhonkhi -/-, Wheezing +/+ saat ekspirasi

Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V kiri Perkusi : Batas Paru hati: ICS 6 garis mid klavikula dextra. Batas Paru Lambung: ICS 5 garis axilaris anterior sinistra. Batas Jantung kanan: ICS 5 garis mid klavikula dextra. Batas Jantung kiri: ICS 6 garisaxilaris anterior sinistra. Kesan :Tidak ada pembesaran jantung. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)

Abdomen Inspeksi : Keadaan perut tampak mendatar. Auskultasi : Bising usus (+) 5x/menit. Perkusi : Timpani pada seluruh lapangan abdomen, nyeri ketok (-). Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-).

Status Lokalis
Oculi Dextra Keadaan mata umumnya Palpebra superior/inferior Konjungtiva tarsalis superior/inferior Konjungtiva forniks superior/inferior Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva Injeksi konjungtiva Hiperemis Hiperemis Tampak sakit sedang Oedem Hiperemis Oculi Sinistra Tampak sakit sedang Oedem Hiperemis

DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal: Keluhan utama: Mata sebelah kanan dan kiri merah sejak 4 hari yang lalu. Kekhawatiran: Pasien berharap mendapatkan pengobatan yang tepat sehingga dapa sembuh. Harapan: Pasien khawatir jika keluhannya mengganggu kegiatannya dalam bersekolah dan bermain sepakbola.

2. Aspek Klinis: Diagnosa kerja Diagnosa banding Status Gizi

: Konjungtivitis akut bacterial ODS. : Konjungtivitis akut viral ODS. : Baik.

3. Aspek Resiko Internal a.) Pasien memiliki pola hidup bersih kurang (tidak mau cuci tangan sehabis melakukan aktivitas. b.) Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit konjungtivitis. 4. Aspek Psikososial Keluarga dan Lingkungan a.) Kakak pasien juga mengalami keluhan seperti pasien. b.) Pasien memiliki hubungan yang baik dengan semua anggota keluarga. c.) Keluarga pasien mendukung pengobatan yang dijalankan oleh pasien dan bersedia membantu dalam mengawasi pasien untuk mengkonsumsi obat. d.) Keadaan rumah pasien kurang bersih dan berada di lingkungan padat penduduk. 5. Derajat Fungsional: Derajat 1 (Masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa).

No.

Kegiatan

Rencana Intervensi

Sasaran

Waktu

Hasil yg Diharapkan

1.

Aspek Personal

a.) Evaluasi: Keluhan, kekhawatiran, dan harapan pasien. b.) Edukasi: Memberitahukan informasi tentang penyakit konjungtivitis, penyebab, gejala klinis, pencegahan, pengobatan dan prognosis yang dialami pasien

Pasien dan keluarga pasien

45 menit

A.) Keluhan dan kekhawatiran pasien dapat berkurang B.) Pasien dan keluarga pasien mengerti tentang penyakit konjungtiviti s, penyebab, gejala klinis, pencegahan, pengobatan dan prognosis yang dialami pasien

2.

Aspek Klinik Konjungtivitis

A.) Evaluasi: Pemeriksaan tanda vital dan fisik umum B.) Terapi: a.) Salep mata Kemicytin b.) Amoxilin 250 mg 4x1 tablet c.) Vitamin B Compleks 3x1 tablet

Pasien dan keluarga pasien

1 hari

Pasien benarbenar menjalankan terapi dengan baik dan teratur dengan dipantau dan dibimbing oleh orangtua pasien. Orangtua pasien mengerti cara pemakaian salep mata Kemicytin untuk dapat membantu anaknya pakai salep mata.

C.) Edukasi Menginfokan cara pemakaian salep mata Kemicytin.

Aspek Risiko Internal - kebiasaan pasien yang mengucek-ngucek pada kedua mata - Pola kebersihan pada pasien

A.) Edukasi a. Menerangkan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa jika pasien mengucek mata bisa menyebabkan mata menjadi infeksi. b. Menerangkan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pola kebersihan diri sendiri yang kurang dapat menyebabkan masuknya kuman kedalam mata yang akhirnya mengakibatka n timbulnya keluhan seperti pada pasien.

Pasien dan keluarg a pasien

45 menit

Pasien dapat menjaga agar tdk mengucekngucek mata dan pasien dapat menjaga pola kebersihan pasien dengan bimbingan dan bantuan dari orangtua pasien.

4.

Aspek psikososial, keluarga dan lingkungan a. Pasien memiliki ayah, dan ibu yang perhatian terhadap kesehatan pasien dan mendukung proses kesembuhan pasien b. Lingkungan yg kurang higien dan ventilasi yg kurang

Edukasi A. Mengingatkan dan memberi pengertian tentang pola kebersihan pasien. B. Mengingatka

Pasien dan keluarga pasien

1 minggu

a.) Pasien dapat menjaga pola kebersihan dirinya sendiri. b.) Pasien tidak mengucekngucek mata. c.) Pasien dan keluarga tinggal di tempat yg lebih sehat

n pasien untuk tidak mengucekngucek mata. C. Membantu bersama-sama untuk membersihkan lingkungan dan tetap menjaga agar sinar matahari tetap masuk

Tanggal 03 Desember 2013

Intervensi yang dilakukan, diagnosis holistic, dan rencana selanjutnya A. Evaluasi 1.) Memperkenalkan diri dan menjalin hubungan yang baik dengan pasien dan keluarga pasien. 2.) Melakukan anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga pasien, serta riwayat kebiasaan pribadi dan hubungan sosial pasien. 3.) Melakukan pemeriksaan fisik. 4.) Membuat diagnostik holistik pada pasien. 5.) Memberikan dan menyusun penatalaksanaan secara mendika mentosa dan non medika mentosa B. Intervensi yang diberikan: 1. Edukasi mengenai konjungtivitis bakterial (penyebab, gejala klinis, diagnosis banding, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis). Edukasi dilakukan pada pasien dan keluarga pasien. 2. Edukasi agar menjaga kebersihan dari matanya serta tidak mengucek-ngucek matanya agar tidak menjadi semakin merah dan infeksi. 3. Edukasi kepada orangtua pasien agar pasien teratur mengkonsumsi dan memakai obat yang diberikan. 4. Edukasi agar pasien mencuci tangan sesudah melakukan aktivitas, memakai pelindung mata saat naik motor.

Tanggal

Intervensi yang dilakukan, diagnosis holistic, dan rencana selanjutnya

04 Desember Intervensi yang akan diberikan: 2013 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mengevaluasi penyakit pasien. Mengingatkan untuk melanjutkan terapi yang sudah diberikan. Memberikan pengetahuan tentang konjungtivitis bakterial. Memotivasi pasien untuk menghindari faktor-faktor resiko konjungtivitis bakterial. Meminta pasien untuk menjaga kebersihan dan tidak mengucekngucek mata.

KESIMPULAN PENATALAKSANAAN PASIEN DALAM BINAAN Diagnosa holistik pada saat berakhirnya pembinaan 1. Aspek Personal: Pasien datang dengan keluhan mata kanan dan kiri merah. Pasien berharap agar sakitnya dapat segera disembuhkan karena pasien khawatir jika keluhannya mengganggu aktivitas. 2. Aspek Klinis: Diagnosa kerja : Konjungtivitis akut bakterial ODS. Diagnosa banding : Konjungtivitis akut viral ODS. Status Gizi : Baik 3. Aspek Risiko Internal : Pasien memiliki faktor resiko dari kakak pasien. Pasien baru sekali menderita keluhan seperti ini. Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit konjungtivitis bakterial. 4. Aspek Psikososial Keluarga dan Lingkungan: Keluarga pasien sangat mendukung kesembuhan pasien. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan semua anggota keluarga. Keluarga pasien mendukung pengobatan yang dijalankan oleh pasien dan bersedia membantu dalam mengawasi pasien untuk pakai obat. Keadaan rumah pasien kurang bersih dan berada di lingkungan padat penduduk. 5. Derajat Fungsional: Derajat 1 (Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa).

Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien 1. Pasien mau mengkonsumsi dan memakai obat secara teratur. 2. Pasien sudah mau mencoba untuk menjaga kebersihan diri. 3. Pasien dan keluarga dapat diajak kerja sama dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien.

Faktor penghambat terselesaikannya masalah kesehatan pasien 1. Pasien masih sering untuk mengucek-ngucek mata. 2. Keadaan rumah pasien kurang bersih dan berada di lingkungan padat penduduk. Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya 1. Memonitor pola kebersihan pasien. 2. Memberi semangat pasien untuk minum obat dan memakai obat dengan teratur. 3. Memberi pengetahuan lebih dalam lagi mengenai konjungtivitis bakterial.

HOME VISIT

Anda mungkin juga menyukai