Anda di halaman 1dari 47

GEOLOGI

fisik pembentuk bumi dan sejarah pembentukannya; sehingga dengan pengetahuan tersebut manusia dapat lebih efisien dan efektif dalam:
mencari dan mengelola sumber-daya kebumian (migas, mineral, air, batubara), memitigasi bencana geologi (gempa, tsunami, letusan gunung api, tanah longsor), dan merencanakan tata ruang wilayah dengan benar, serta mengatasi permasalahan lingkungan dengan bijaksana. ilmu yang mempelajari tentang komponen

FENOMENA KEBUMIAN SEBAGAI OBJEK ILMU PENGETAHUAN

Atmosfer (Tentang Udara / Non Geologi)

Meteorologi Klimatologi
Cuaca / Iklim (Angin; Curah Hujan) Topan, Badai, Tornado Temperatur Bumi, Kekeringan

Geografi

Permukaan Tanah/Laut

Geodesi

Litosfer (Tentang Bumi / Geologi)

Geofisika Geokimia - Paleontologi Petrologi Mineralogi - Stratigrafi

Masyarakat Kebumian Indonesia 2005 # DRAFT

IKATAN AHLI GEOLOGI INDONESIA (IAGI)

......organisasi non-profit kumpulan para ahli geologi Indonesia yang bekerja di berbagai sektor dan bidang kerja: swasta, pemerintahan, lembaga penelitian, perguruan tinggi, industri, konsultan,.......

didirikan 13 april 1960 di Bandung


jumlah anggota IAGI 3500 per Januari 2008 (jumlah ahli geologi Indonesia aktif +/- 5000)

DISTRIBUSI PROFESI ANGGOTA IAGI


jumlah anggota IAGI 3500 per Januari 2008 (jumlah ahli geologi Indonesia aktif +/- 5000)
Lain-lain12% Konsultan Independent 1%

Aparatur Pemerintahan 11% Migas & Pertambangan 49%

Dunia Pendidikan 12%

Lembaga Penelitian15%

KELEMBAGAAN GEOLOGI NASIONAL IDENTIFIKASI MASALAH


PENGELOLAAN GEOLOGI TIDAK FOKUS TUMPANG TINDIH KEWENANGAN ABT OPTIMALISASI POTENSI SUMBER DAYA MINERAL BESARNYA KORBAN BENCANA ALAM GEOLOGI

PENELITIAN LEMAH

PELAYANAN INFORMASI GEOLOGI TIDAK MEMADAI

PEMANFAATAN AIR TIDAK TERKONTROL

PEMAHAMAN TENTANG GEOLOGI TIDAK TEPAT

CAGAR ALAM GEOLOGI RUSAK

TATA RUANG TIDAK BERDASAR GEOLOGI

Setjen DESDM 2005

KELEMBAGAAN GEOLOGI NASIONAL


Issue-issue tambahan
PEMETAAN GEOLOGI INDONESIA BELUM SELESAI SOSIALISASI GEOLOGI KURANG LUAS HUBUNGAN PERGURUAN TINGGI INDUSTRI PEMERINTAH KURANG SIP STRATEGI KONSERVASI SUMBERDAYA KEBUMIAN MASIH KONVENSIONAL PEMAHAMAN YANG PESIMISTIK TENTANG EKSPLORASI SUMBERDAYA KEBUMIAN INDONESIA

KELEMBAGAAN GEOLOGI NASIONAL


ALUR PIKIR PENGELOLAAN KEGEOLOGIAN NASIONAL
LEMAHNYA KOORDINASI & SINERGI KEGIATAN ORGANISASI DI BIDANG GEOLOGI BELUM MEMADAINYA REGULASI YANG BERKAITAN DENGAN APLIKASI GEOLOGI KURANGNYA PEMANFAATAN DATA GEOLOGI
SUMBER DAYA GEOLOGI (GEO-RESOURCES)

PENGELOLAAN KEGEOLOGIAN NASIONAL YANG EFISIEN & EFEKTIF Pengembangan Ilmu Geologi

ILMU GEOLOGI (GEO-SCIENCE)

Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Geologi Tata Ruang berbasis Geologi Konservasi Lingkungan Geologi

KURANGNYA PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG BENCANA GEOLOGI

KEBENCANAAN GEOLOGI (GEO-HAZARDS)

GEOLOGI LINGKUNGAN (GEO-ENVIRONMENT)

Mitigasi Bencana Geologi Optimalisasi penyebarluasan informasi Geologi

KELEMBAGAAN GEOLOGI NASIONAL


GEOLOGY PELAKU KEGIATAN Pemetaan Dasar Peneliti Penelitian GEO-RESOURCES GEO-ENVIRONMENT GEO-HAZARD

GEO - SCIENCE

Pemetaan Tematik

Pengembang

Pengembangan

Geo Resources

Geo Environment

Geo Hazards

Non-Regulasi

Rekomen dasi

REKOMENDASI UTK REGULATOR

JASA GEOLOGI UTK MASYARAKAT Regulasi

Regulator

Regulasi

Usaha Mineral (DESDM/Pemda)

RUTR (Pemda) Kedaratan dan Kelautan

Mitigasi (Pemda)

Setjen DESDM 2005

II. Mitigasi dan Potensi Bencana Geologi Indonesia


Bangsa Indonesia hidup di daerah rawan bencana==Sikap dan cara hidup HARUS BERUBAH Bencana Geologi seperti kematian (PASTI), masalah utama bukan sekedar PREDIKSI, tapi bagaimana menghadapinya / mempersiapkannya. == hilangkan pola pikir ADHOC

Mitigasi dan Potensi Bencana Geologi Indonesia Kajian Resiko


Resiko (Risk/R) Potensi Bencana (Hazard/H) Kerentanan (Vulnerability/V) Kapasitas (Capacity/C)

BENCANA GEOLOGI

GEMPA BUMI TSUNAMI LETUSAN GUNUNG API LONGSOR (BANJIR)

The Rings of Fire

SEISMISITAS DI INDONESIA, 1990 - 2000

TSUNAMI
12 tahun Terakhir
Date 2 Sep 1992 12 Dec 1992 12 July 1993 2 June 1994 14 Nov 1994 9 Oct 1995 1 Jan 1996 17 Feb 1996 21 Feb 1996 17 July 1998 Place Nicaragua Flores Island Okushiri, Japan East Java Mindoro Island Jalisco, Mexico Sulawesi Island Irian Jaya North coast of Peru Papua New Guinea Max wave 10m 26m 31m 14m 7m 11m 3.4m 7.7m 5m 15m Fatalities 170 >1000 239 238 49 1 9 161 12 >2200

26 Dec 2004
Source: Scientific American, May 1999

Aceh

34 m

> 280,000

Tinjauan Geologi atas Konflik Kepentingan antar Sektor

(Pertambangan-KehutananLingkungan)

Tata ruang / Wilayah berbasis geologi Potensi Geologi Batas Wilayah Indonesia dan Landas Kontinen

Konflik Kepentingan antar Sektor (Pertambangan-Kehutanan-Lingkungan)


KONFLIK kepentingan antar sektor MENURUNKAN NILAI MANFAAT dan MEMPERKECIL KEMUNGKINAN PENEMUAN SUMBERDAYA BARU mineral dan BATUBARA Indonesia. Potensi Mineral Indonesia MASIH BANYAK (RESOURCESNYA)

Mineral Resources - Indonesia (Status in 1999)

Coal
140,000 120,000
Copper M lb

000 t M lb 000 oz M lb 000 t t Mt Mt

5,400,000 89,000 131,000 12,362 1,400 14000 30 12.5

Copper Gold
Gold 000 oz Nickel M lb

100,000 80,000 60,000

Nickel Tin Silver Bauxite Iron Source: Digdowirogo et al, 1999

Tin 000 t Silver t Bauxite M t

40,000 20,000 0 1

Iron M t

Mineral Production - Indonesia


5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 1994 1996 1998 Tahun 2000 2002

Copper M lb Gold 000 oz Nickel M lb Tin 000 t

Konflik Kepentingan antar Sektor (Pertambangan-Kehutanan-Lingkungan)


Dalam 7 tahun terakhir tidak ada penambahan Sumberdaya Mineral dan batubara. Dalam 7 tahun terakhir Produksi Mineral dan Batubara terus meningkat Eksplorasi baru sumberdaya mineral & batubara tidak ada Sumberdaya mineral & batubara menurun

Konflik Kepentingan antar Sektor (Pertambangan-Kehutanan-Lingkungan) Secara GEOLOGI, kriteria hutan lindung dalam PP 34/2002 dan Undang Undang 41/1999 TIDAK TEPAT, karena tidak memasukkan faktor GEOLOGI didalamnya (Struktur Geologi, Litologi, Stratigrafi dan pengaruhnya terhadap Hydrogeologi daerah hilir dan Mitigasi Bencana) Cebakan Mineral Indonesia umumnya berada di daerah perbukitan dan pegunungan (slope>20deg ; ketinggian >2000meter). sampai dengan 65 % dari sumberdaya mineral & batubara Indonesia menurut UU41/1999 dan PP 34/2002 hanya dimungkinkan dengan cara tambang bawah tanah Nilai ekonominya jadi RENDAH. Cara penambangan tergantung dari SIFAT dan BENTUK CEBAKAN MINERAL dan BATUBARA adalah untuk kepentingan ekonomi, bukan ditentukan oleh UU/PP. TINJAU KEMBALI UU41/1999, khususnya Pasal 38 (4)

KETERDAPATAN BAHAN TAMBANG VERSUS TOPOGRAFI

mineral logam batubara

migas

Genesa Deposit Model (vs Topography)

Konflik Kepentingan antar Sektor (Pertambangan-Kehutanan-Lingkungan)

PETI (Penambangan Tanpa Ijin, Penjarahan Tanpa Ijin, Penambangan Emas Tanpa Ijin) menurunkan nilai manfaat ekonomik negara dari EMAS, BATUBARA, TIMAH, dan BAHAN GALIAN C, dan MERUSAK LINGKUNGAN TANPA ALAMAT Pemerintah (dan DPR) TIDAK SERIUS / TIDAK MAU menangani PETI Penanggulangan PETI (ILLEGAL MINING) sepatutnya dijadikan program utama pemerintah setara dg PEMBALAKAN LIAR (ILLEGAL LOGGING). Belajar dari Kasus-Kasus Pertambangan vs Lingkungan, IAGI mengusulkan Kajian Hydrogeology (yang berkaitan dengan kemungkinan kontaminasi air tanah dan permukaan), harus benar-benar diPELAJARI dan DIJADIKAN DASAR perencanaan pertambangan.

Tata ruang / Wilayah berbasis geologi


Pengembangan wilayah dan penataan ruang di SELURUH INDONESIA tidak mengindahkan (NEGLECTING) alias mengabaikan kondisi & potensi geologi lokal dan regional. Daerah Gempa vs Peruntukan Wilayah Pembuangan Sampah vs daerah resapan air tanah, Penambangan vs Peruntukan hutan/pemukiman. UU41/1999 merupakan CONTOH pembuatan kebijakan yang mengabaikan kondisi potensi dan kendala geologi.
ARTINYA Semua peta tataruang yang ada segera DIREVISI sesuai tingkat kepentingan; seperti wilayah yang potensial terkena bencana gempa/tsunami dan gunungapi.

Contoh-contoh tata ruang tidak berbasis geologi yang mengakibatkan bencana, kerugian dsb : - Longsor Bohorok (paleo current stream) - Pacet - Suramadu - Dayeuh Kolot - Cipularang - Pemukiman sepanjang kali Krasak - Banjir Jakarta - Penataan jalan di sepanjang kota-kota pantai barat Sumatra/Jawa Selatan, dll - Tidak diterapkannya Kode Bangunan/jembatan. - dan lain-lain

Potensi Geologi Batas Wilayah Indonesia dan Landas Kontinen


Timor Gap batas 3 negara Ambalat - Malaysia Batas Wilayah dengan Singapura (pasir laut), dimana sangat mungkin juga mengandung mineral Zircon yang berasal dari pasir hasil pelapukan granit (jalur bangka/belitung/kalbar)

Konsentrasi penelitian ketebalan sedimen Perlu dilakukan survei seismik untuk memastikan ketebalan.

TIMOR SEA AREA TECTONIC FRAMEWORK


122 124 126 128 130

0.0

200 KM
TANIMBAR ISLAND

08

WETAR ISL. ALOR ISL.

FLORES ISLAND

DILI

(
10 11

( ( (
10

KUPANG

( (
)
1 5 7

3 3 1 2 ) ) )

( ( (

( ( (

( (
12

((
OLIVER-1

( ( (

(
9

( ( ( ( (
BATHURST ISLAND

ASHMORE PLATFORM

( ( , ,
SKUA OIL FIELD

JABIRU OIL FIELD CHALLIS OIL FIELD

( ( ,
PETREL GAS FIELD

BONAPARTE SUB BASIN ( , (

BROWSE BASIN

TERN GAS FIELD

NORTHERN TERRITORY

PETREL SUB BASIN WESTERN AUSTRALIA

Resources:
Vulcan Sub-basin:

> 10 BBOE (DOE USA, 1986)


Timor Basin (NW of Timor Trough?): 2.8 BBO, 110 BCFG (Pertamina PPM, 2000)

Reserves:
Elang-Kakatua-Banyu-Undan: 650 MMBOE

Asset Geopolitik yang Strategis > 30% crude tanker dunia


> 50% lng dunia > 40 % kapal dunia

Selat Malaka
=
Kunci Ekonomi Dunia

TIGA POTENSI KLAIM untuk


Indonesia Outer Continental Shelf (IOCS)

Paradigma baru dalam eksplorasi & eksploitasi Migas, Mineral, Air dan Energi Indonesia
Minyak Bumi Indonesia MASIH BANYAK = masih ada 11,319 Milyar Barrel sumberdaya yang belum disentuh (lebih dari 2x lipat cadangan yang ada sekarang) = PETA SUMBERDAYA MIGAS INDONESIA 2002 (IAGI-HAGI-Pertamina) Jumlah dan Status Cekungan MIGAS tidak pernah berubah sejak 20 tahun yang lalu == Usaha eksplorasi MINIMAL, terutama di Cekungan-Cekungan selain yang sudah diproduksikan Konsep Siklus Eksplorasi MIGAS Indonesia == Siklus 1 masih banyak yang tertinggal dan belum dikembangkan Siklus 2 baru mulai di beberapa Cekungan besar Siklus 3 belum tersentuh (hanya di SumSel)

CADANGAN MINYAK INDONESIA


TERBUKTI
TOTAL
Natuna 186.37 308.30 North Sumatera 142.82 East Kalimantan Central Sumatera 5,362.45 South Sumatera 711.81 Maluku 116.87 7.47 Irian Jaya (Papua)

= 4,721.85 MILIAR BAREL


= 9,746.44 MILIAR BAREL

POTENSIAL = 5,024.59 MILIAR BAREL


Aceh (NAD)

1,243.66

139.91

1,175.69 West Java 249.19 East Java

10,20

South Sulawesi

CADANGAN MINYAK (MILIAR BAREL)

HIPOTETIK TOTAL

= 6,691 MILIAR BAREL = 11,319 MILIAR BAREL

SPEKULATIF = 4,628 MILIAR BAREL

INDONESIA HYDROCARBON BASINS (60)


Status sejak 1985 hanya sedikit berubah
5

-5

-10

TELAH DIPRODUKSI (15) CADANGAN BELUM PRODUKSI (8)

CADANGAN POTENSIAL BELUM EKSPLORASI (22) BELUM TERBUKTI (15)

Siklus-1

Siklus-2

Siklus-3

Siklus eksplorasi migas Indonesia (I)

Siklus Pertama: minyak target dangkal, penemuan gas ditinggalkan, konsep dan teknologi sederhana, lokasi on-shore, reservoir batuan klastik, struktur-struktur Pliosen-Pleistocene, endapan inversi/post-inversi.

Siklus eksplorasi migas Indonesia (I)

Siklus eksplorasi migas Indonesia (II)

Siklus Kedua: minyak target kedalaman menengah, gas dengan cadangan besar mulai dikelola, konsep dan teknologi lebih maju, lokasi on-shore dan off-shore, reservoir batuan karbonat maupun klastik, struktur-struktur Miocene, endapan-endapan post-rift.

Siklus eksplorasi migas Indonesia (III)

Siklus Ketiga: minyak dan gas target dalam, gas dengan cadangan menengah mulai dikelola, konsep dan teknologi mutakhir, lokasi on-shore, off-shore, dan laut dalam, reservoir batuan dasar (basement), karbonat, maupun klastik, struktur-struktur Paleogene, endapan-endapan synrift dan pre-rift.

Pertamina mewarisi hampir sebagian besar lapanganlapangan tua yang ditemukan pada akhir abad 19 dan awal abad 20 di Indonesia, yang pada umumnya

merupakan hasil eksplorasi siklus

pertama.

Tantangan besar eksplorasionis Pertamina untuk melengkapi siklus eksplorasi di berbagai daerah konsesinya di seluruh Indonesia telah dijawab dengan penemuan-penemuan di Cekungan Sumatera Selatan (sampai ke siklus 2 dan 3), Cekungan Jawa Barat bagian Utara (sampai ke siklus 2), dan di Cekungan Jawa Timur (sampai siklus 2).

Kelanjutan dari usaha eksplorasi tersebut perlu ditunjang dengan pemahaman yang mendalam tentang masih banyaknya tersisa cadangan-cadangan di berbagai daerah konsesi Pertamina, karena belum lengkapnya siklus eksplorasinya.

Paradigma baru dalam eksplorasi & eksploitasi Migas, Mineral, Air dan Energi Indonesia

Contoh2 trobosan untuk menambah cadangan migas dan meningkatkan nilai manfaatnya bagi bangsa Indonesia:
- Insentif eksplorasi dalam bidang MIGAS. SPEC SURVEY, dsb - Membuka peluang untuk kerjasama RISET cekungan-cekungan migas yang belum dieksplorasi dan diproduksikan (75% dari keseluruhan jumlah cekungan di Indonesia) - Pengelolaan migas oleh sumberdaya profesional Indonesia Cepu

Paradigma baru dalam eksplorasi & eksploitasi Migas, Mineral, Air dan Energi Indonesia
KONSERVASI CADANGAN MIGAS

Untuk setiap barrel minyak yang diproduksi, harus didapatkan 1 barrel minyak pengganti dalam eksplorasi.
Konservasi bukan hanya berarti melestarikan tanpa boleh menganggu-gugat / mengutak-atik, tapi bisa juga berarti eksploitasi / produksi bersyarat. Syaratnya adalah: kita harus terus menerus berusaha mencari ganti dari sejumlah minyak bumi yang telah kita eksploitasi / produksi Dengan demikian maka secara konseptual, minyak bumi (baca: enerji) tidak akan pernah habis-habisnya. Itulah konservasi.

Paradigma baru dalam eksplorasi & eksploitasi Migas, Mineral, Air dan Energi Indonesia
KONSERVASI CADANGAN MIGAS Mengapa harus konservasi dan siapa yang peduli?

Konservasi adalah kebutuhan mutlak spesies manusia untuk bisa bertahan hidup (survive), baik secara individual maupun komunal, untuk masa sekarang maupun masa datang (anak-cucu-cicit dsbnya). Terkandung dalam pengertiannya adalah: mengawetkan dengan cara menjaga, melindungi, dan memelihara. Mengawetkan minyak bumi (enerji) bukan berarti tidak memakainya, tapi lebih pada

menjaga kelangsungan keberadaannya dengan terus menerus menemukan sumbernya.

Paradigma baru dalam eksplorasi & eksploitasi Migas, Mineral, Air dan Energi Indonesia
KONSERVASI CADANGAN MIGAS Perusahaan-perusahaan minyak besar dunia maupun independent yang beroperasi di Indonesia pada umumnya menerapkan falsafah konservasi dalam kerangka acuan bisnis. Konservasi dalam pengertian bisnis tersebut bisa berarti menjaga kelangsungan keuntungan perusahaan, bahkan kalau perlu dengan mengabaikan prinsip pengawetan (konservasi) enerji itu sendiri. Pada perusahaan dengan visi yang lebih idealis, konservasi minyak bumi (enerji) dilakukan dalam skala global. Bisa saja mereka memfokuskan penemuan minyak bumi di negara lain, tapi di Indonesia mereka hanya berkonsentrasi pada eksploitasi. Jadi yang paling berkepentingan untuk peduli pada konservasi minyak bumi di Indonesia adalah bangsa Indonesia, rakyat Indonesia, ===== BPMIGAS atau PERTAMINA.

Paradigma baru dalam eksplorasi & eksploitasi Migas, Mineral, Air dan Energi Indonesia
Daerah yang matang (mature) dari segi eksplorasi/eksploitasi kemungkinan masih mengandung potensi mineral dan batubara yang besar, tetapi eksplorasinya makin sulit.. Diperlukan Konsep & Model & Teknik Eksplorasi yang berhubungan langsung dengan COST yang lebih tinggi PERLU INSENTIF KHUSUS untuk mengeksplorasinya

SEMBUNYIKAN NARKOBA

Anda mungkin juga menyukai