Anda di halaman 1dari 84

Faring dan Laring

- Anatomi - Fisiologi - Pemeriksaan


Pembimbing : Kolonel CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT
Arum Puspita Sari- 1120221169

FARING

Anatomi
Suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong yang besar dibagian atas dan sempit di bagian bawah.

Superior Inferior Anterior Posterior

Rongga hidung Esofagus Rongga mulut Vertebra Servikalis

Unsur-unsur Faring
Mukosa

Nasofaring
Orofaring

: mukosa bersilia, epitel torak berlapis yang mengandung sel goblet : epitel gepeng berlapis dan tidak bersilia

Palut lendir (mucous blanket) Berada pada nasofaring. Berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara Otot Faring

Otot Faring
m. konstriktor faring superior
Otot Sirkuler m. konstriktor faring media m. konstriktor faring inferior m. Stilofaring Otot Longitudinal m. Palatofaring

Otot faring

Terbagi 3 bagian: 1. Nasofaring/ Epifaring 2. Orofaring/ Mesofaring 3. Laringofaring/ Hipofaring

Batas batas :
Superior Inferior Anterior Posterior : Sinus Sfenoid : Palatum mole : Rongga hidung : Vertebra servikal (C1)

Bangunan pada Nasofaring


Adenoid/ Tonsila Lushka Fosa Nasofaring Torus Tubarius Fosa Rosenmuller

Batas batas : Superior : Palatum mole Inferior : Tepi atas epiglotis Anterior : Rongga mulut Posterior : Vertebra cervical (C2-3)

Bangunan pada Orofaring


Tonsila palatina (faucial tonsil = amandel) Fosa tonsil Tonsila lingualis

Dinding posterior faring


Uvula

Foramen sekum
Arcus faring anterior dan posterior

TONSIL

Massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang dengan jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya

Jaringan Limfe
1. Adenoid : tonsila lushka : tonsila nasofaringea 2. Tonsila palatina : faucial tonsil : amandel 3. Tosila lingualis Cincin Waldeyer

T. Palatina Diantara pilar Letak antor postor.di dinding lat orofaring

T.Faring (adenoid)

T. Lingualis

Postero supor dinding mesofaring

Basis lidah

Epitel Kripte Kapsul

Ps eudo komplek kolumner bers ilia Squamus komplek Squamus komplek

Dalam, berkelok +

Dangkal -

Lurus tanpa cabang -

Batas Batas : Superior : Tepi atas epiglotis Inferior : Esofagus Anterior : Laring Posterior : Vertebra servikal (C4-6)

Bangunan Pada Laringofaring


Epiglotis Valekule

Sinus Piriformis
Plika Vokalis

Arteri
Cabang a. karotis eksterna (cabang a. pharyngea ascendens dan a. facialis) Cabang a. maksila interna (cabang a. palatina superior)

Vena
superior plexus pterigoid, inferior vena jugularis interna

Inervasi
Pleksus Faring yg berasal dari : - n. vagus (N. X) - n. glosofaringeus (N.IX) - Serabut simpatis

Respirasi

Resonansi suara

Artikulasi

Menelan

LARING

Anatomi

Suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervivalis IV-VI

Batas-batas Laring
Superior
Aditus Laringeus (Tepi atas epiglotis, Lig.Aryepiglotica, Cartilago Aritenoid) Kartilago krikoid dan berhubungan dgn trakea

Inferior

Anterior

Permukaan belakang epiglotis

Posterior

M. aritenoid transversus dan lamina kartilago krikoid

Cavum Laring
Supraglotis (vestibulum superior),
Yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring.

Glotis (pars media),


Yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta Membentuk rongga yang disebut ventrikel laring morgagni.

Infraglotis (pars inferior)


Yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea

KARTILAGO

LARING

LIGAMENTUM

OTOT-OTOT

Kartilago
Kel.Kartilago Mayor Kartilago Tiroidea Kartilago Krikoidea Kartilago Aritenoidea Kel.Kartilago Minor Kartilago Kornikulata Santorini

Kartilago Kuneiforme Wrisberg


Kartilago Epiglotis

PERSENDIAN
Artikulasio Krikotiroidea Merupakan sendi antara kornu inferior kartilago tiroidea dengan bagian posterior kartilago krikoidea. Artikulasio Krikoaritenoidea

Persendian antara fasies artikulasio krikoaritenoidea dgn tepi posterior cincin krikoidea.

Ligamentum Faring
Ligamentum ekstrinsik : Membran tirohioid Ligamentum tirohioid Ligamentum tiroepiglotis Ligamentum hioepiglotis Ligamentum kriotrakeal

Ligamentum intrinsik : Membran quadrangularis Ligamentum vestibular Konus elastikus Ligamentum krikotiroid media Ligamentum vokalis

Otot Otot Laring


*

Otot Ekstrinsik

1. Otot-otot suprahioid/ elevator laring - M. Stilohioideus - M. Geniohioideus - M. Genioglosus - M. Miohioideus - M. Digastrikus - M. Hioglosus 2. Otot-otot infrahioid /depresor laring - M. Omohioideus - M. Sternohioideus - M. Tirohioideus

* 1. Otot-otot adduktor :

Otot Intrinsik
Mm. Interaritenoideus transversal dan oblik M. Krikotiroideus M. Krikotiroideus lateral Berfungsi untuk menutup pita suara.

2. Otot-otot abduktor :
M. Krikoaritenoideus posterior Berfungsi untuk membuka pita suara.

3. Otot-otot tensor :
Tensor Internus Tensor Eksternus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis : M. Krikotiroideus

Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara.

PERSARAFAN
Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu - Nn. Laringeus Superior (Cabang interna dan eksterna) - Nn. Laringeus Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan.

VASKULARISASI
Sistem Arteri Laring
Laring mendapat perdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior A. Laringeus Superior dan Inferior.

Sistem Vena Laring


Darah vena dialirkan melalui V.Laringeus Superior & Inferior V. Tiroidea Superior & Inferior V.Jugularis Interna

Sistem Limfatik
1. Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul membentuk saluran yang menembus membrana tiroidea kelenjar limfe cervical superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan middle jugular node. 2. Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe trakea, middle jugular node, dan inferior jugular node. 3. Bagian anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan sistem limfe esofagus.

Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran limfe, :

Fungsi Laring
FONASI EMOSI PROTEKSI

FUNGSI
MENELAN RESPIRASI

FIKSASI

SIRKULASI

FISIOLOGI FARING & LARING

Faring
Respirasi Menelan Artikulasi suara Resonansi suara

Laring
Proteksi Batuk Respirasi Sirkulasi Menelan Emosi Fonasi

Respirasi
- Untuk mengatur besar kecilnya rima glotis
Bila m. krikoaritenoid posterior kontraksi Menyebabkan prosesus vokalis kartilago aritenoid bergerak ke lateral Sehingga rima glotis terbuka (abduksi)

Menelan

3 mekanisme

Gerakan laring bagian bawah ke atas

Menutup aditus laring

Mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring

Proses menelan

Fase oral

Fase faringal

Fase esofageal

1. Fase oral
Terjadi secara sadar Makanan yg telah dikunyah dan bercampur dengan liur makanan akan membentuk bolus makanan

Bolus bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah, terletak di tengah lidah akibat kontraki otot instriksik lidah

Kontraksi m. levator veli palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring (Passavants ridge) terangkat pula Karena lidah terangakat ke atas, sehingga bolus akan terdorong ke posterior Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat kontraksi m. levator veli palatini Selanjutnya terjadi kontraksi m. palatoglosus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m. palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut

2. Fase faringal
Terjadi secara refleks pada fase oral, yaitu perpindahan bolus makanan dari faring ke esofagus. Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi m. stilofaring, m. salfingofaring, m. tirohioid, dan m. palatofaring Aditus laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventirkularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m. ariepiglotika dan m. aritenoid obliqus

Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian aliran udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan Sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaan lurus

3. Fase esofageal
a/ fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung. Dalam keadaan istirahat introitus esofagus selalu tertutup Karena ada rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringeal, maka akan terjadi relaksasi m. krikofaring

Sehingga introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk ke dalam esofagus.

Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi tonus introitus esofagus pada waktu istirahat Sehingga makanan tidak akan kembali ke faring. Refluks dapat dihindari Adanya kontraksi dari m.konstriktor faring inferior pada akhir fase faringeal, mempengaruhi gerakan bolus di bagian esofagus atas Selanjutnya bolus makanan akan didorong ke distal oelh gerakan peristaltik esofagus

Dalam keadaan istirahat sfingter esofagus bagian bawah akan tertutup dg tekanan rata-rata 8 mmHg > tekanan di dlm lambung. Pada akhir fase esofageal sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus servikal u/ mendorong bolus makanan ke distal Selanjutnya setelah bolus makanan lewat, makasfingter akan menutup kembali

Proteksi
u/ mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea Caranya: dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan Kontraksi otot-otot ekstrinsik laring pengangkatan laring keatas Penutupan aditus laring Kartilago aritenoid bergerak ke depan (kontraksi m.tiroaritenoid & m.aritenoid) & m. ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.

Penutupan rima glotis Karena aduksi plika vokalis Kartilago aritenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot- otot intrinsik

Sirkulasi
Berfungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah Terjadinya perubahan trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi darah

Emosi
Fungsi sebagai ekspresi dari emosi : berteriak, menangis

Fonasi
f/ laring sbg fonasi : dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada Ketegangan plika vokalis Plika vokalis aduksi ( m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah & ke depan, menjauhi kartilago aritenoid) bersamaan ( m. krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang)

Sebaliknya kontraksi m. krioaritenoid akan mendorong kartilago arotenoid ke depan sehingga plika vokalis akan mengendor Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada

Batuk

Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu membersihkan saluran pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba

Etiologi

Mekanisme Batuk

Fase Inspirasi

Fase Kompresi

Fase Ekspirasi

Fase ekspulsi

Fase Inspirasi
Penyebab batuk Stimulasi terhadap reseptor Ujung saraf reseptor tersensitisasi

Rangsang ke efektor batuk

Diproses dan dikembalikan melalui saraf aferen

Mengirim sinyal ke pusat batuk di medula oblongata

Terjadi inspirasi singkat dan cepat

Sebelumnya, glotis terbuka (Vol. udara: 200-3500ml)

Fase Kompresi dan Ekspirasi


Terjadi fase kompresi Glotis tertutup selama 0,2 detik

Secara aktif, glotis terbuka

tekanan paru dan abdomen

Udara keluar dan menggetarkan jaringan saluran nafas serta udara yang ada

batuk

Mekanisme batuk
Benda asing & debu
Bersentuhan dan melekat palut lendir Absorpsi kuman dan benda asing dalam palut & di bunuh o/ enzim lisozim

Rangsangan terhadap reseptor batuk di saluran napas

Ditangkap oleh sensor taktil & kemoreseptor aferen (n.vagus) ke pusat pusat napas medula oblongata

Timbul respon batuk - Inspirasi udara keparu-paru - Menutupnnya glotik o/ gerakan epiglotis - Menutupnya pita suara - Udara inspirasi tertahan di paru-paru

Udara yang tertahan menimbulkan tekanan dalam alvolus Kontraksi kuat otot-otot abdominal dan interkosta Ekspirasi secara mendadak Epiglotis dan pita suara terbuka Udara dengan cepat melewati bronkus besar dan trakea Timbul refleks batuk

Pengeluaran benda-benda asing dari saluran napas

Klasifikasi
Berdasarkan ada tidaknya dahak
Dahak Kering Berdasarkan waktu Akut (< 3 mngg) Sub akut (3-8 mngg) Kronis (> 8 mngg)

PEMERIKSAAN FARING DAN LARING

Anamnesis
Keluhan Utama Pada Faring : Keluhan utama pada laring :

Nyeri tenggorok Nyeri menelan Dahak di tenggorokan Sulit menelan Rasa sumbatan di leher

Suara serak Batuk Disfagia Rasa ada sesuatu di leher

Lama keluhan Progresifitas (mendadak atau perlahan-lahan)

Anamnesis
Keluhan tambahan Riwayat pekerjaan Riwayat keluarga Riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol

Pemeriksaan Faring
Menggunakan lampu kepala dan tongue spatel tongue Pada pemeriksaan ini pasien disuruh membuka mulut dan sinar kepala di arahkan ke faring. Kemudian pemeriksa menekan dengan lembut pada 2/3 posterior lidah. Kemudian dinilai apakah terdapat kelainan pada faring.

Pemeriksaan Faring
Lampu kepala Spatula lidah Laringoskopi posterior

Memeriksa Besarnya Tonsil


T0: tonsil dalam fosa tonsil atau telah diangkat T1: besarnya arkus anterior uvula T2: besarnya arkus anterior uvula T3: besarnya arkus anterior uvula T4: besarnya mencapai uvula atau lebih

Memeriksa mobilitas tonsil


Digunakan 2 spatula

Spatula 1: letakkan diatas lidah anterior tonsil (paramedian) Spatula 2: posisi ujungnya vertikal menekan jaringan peritonsil, sedikit lateral dari arkus anterior Hasil

fiksasi tumor tonsil Mobil, nyeri tonsilitis kronik

Memeriksa patologi tonsil dan palatum mole


Tonsilitis akut
Semua merah, titik putih pada tonsil

Tonsilitis kronis
arkus anterior merah

Difteri
pseudomembran warna kotor, bila diangkat mudah berdarah, bull neck

Tumor Tonsil
Tonsil keras, terfiksasi

Korpus alienum
Duri, tulang

Pemeriksaan Laring
Pemeriksaan luar : inspeksi dan palpasi

Laringoskopi indirek : cermin laring Dengan menggunakan kaca laring dapat dinilai anatomi dari laring seperti epiglotis, korda vokalis, komisura anterior dan posterior, plika ariepiglotika, dll. Selain itu dinilai apakah terdapat massa, udem, sekret, dll

Pemeriksaan nasofaring
Rinoskopi posterior

Alat yang digunakan adalah kaca nasofaring ( uk. lebih kecil daripada kaca laring). Dapat digunakan untuk menilai : Keganasan pada nasofaring, Menilai koana, Ujung posterior dari konka, Adenoid, Ostium tuba, Ujung posterior septum

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai