Anda di halaman 1dari 18

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

Kelompok 6:
AEGISIA SUKMAWATI (C1C011008) SANTI ASIANI (C1C011040) UMIL KHOIRIYAH (C1C011041) AISYAH FATHIA S. (C1C011035) EMELDA SARI (C1C011021) AYUDIA PRAMESWARI (C1C011027) ESTY OCTESY (C1C011012) LAILATUL ARIFAH (C1C011014) MELLDA SARI (C1C011017)

Ketentuan pasal 26 Undang-undang mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri (baik orang pribadi maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap.

Wajib Pajak PPh Pasal 26


Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Pemotong Pajak
1. 2. 3. 4. 5. 6. Badan Pemerintah Subjek pajak dalam negeri Penyelenggara Kegiatan BUT Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya Pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong pajak

Objek Pajak Penghasilan Pasal 26


1. Penghasilan yang dipotong: a. Dividen b. Hadiah penghargaan c. Keuntungan karena pembebasan utang, dll 2. Penghasilan dari penjualan/pengalihan harta di Indonesia berupa perhiasan mewah, berlian, emas, dll, yang nilainya Rp 10 juta ke atas untuk setiap transaksi

Lanjutan
3.Premi asuransi yang dibayar kepada perusahaan asuransi luar negeri 4.Penjualan/pengalihan saham perusahaan antara/yang didirikan/bertempat kedudukan di negara yang memberi perlindungan pajak yang punya hubungan khusus dengan badan yang didirikan 5.Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT di indonesia dikenai pajak 20% kecuali ada penanaman kembali

Tarif Pajak Dan Penerapannya

1. Atas penghasilan berupa:


Dividen Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminanpengembalian utang Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan Hadiah dan penghargaan Pensiun dan pembayaran berkala lainnya Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya, dan/atau Keuntungan karena pembebasan utang.

PPh Pasal 26 = Penghasilan Bruto x 20%

2. Atas penghasilan yang berupa:


Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri Dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.

PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x 20%

Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayarkan pada perusahaan asuransi luar negeri: 1). Yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 50% dari jumlah premi yang dibayar. 2).Yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsug maupun melalui pialang, sebesar 10% dari jumlah premi yang dibayar. 3).Yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 5% dari jumlah premi yang dibayar.

3. Atas penghasilan yang berupa penjualan atau pengalihan saham dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.
PPh Pasal 26 ( Penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto ) x 20%
Besarnya penghasilan neto adalah 25% dari harga jual.

4.

Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20%, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia. Penanaman kembali tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1). Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah dikurangi Pajak Penghasilan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri.

Lanjutan.... 2). Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a, harus secara aktif melakukan kegiatan usaha sesuai dengan akte pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun sejak perusahaan tersebut didirikan. 3). Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau paling lama tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut. 4). Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling singkat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan baru tersebut telah berproduksi komersial.

PPh Pasal 26 = (PKP PPh terutang) x 20%

Sifat Pemotongan
Bersifat Final, kecuali:

1. Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha/kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan/dilakuan BUT di Indonesia 2. Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh Ps.26 yang diterima/diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta/kegiatan yang memberikan penghasilan yang dimaksud
3. Pemotongan atas penghasilan yang diterima/diperoleh orang pribadi/badan luar negeri yang berubah status menjadi WP dalam negeri atau BUt

CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 26


Jhonno adalah karyawan asing pada perusahaan PT. Sentosa Relation. Jhonno bertempat tinggal kurang dari 183 hari. Jhonno sudah beristri, dan mempunyai seorang anak. Dalam bulan Januari 2013, Jhono memperoleh gaji US$ 6.700 sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp 11.500,- per US$ 1.

Penghitungan PPh Pasal 26:


Penghasilan bruto berupa gaji sebulan: 6.700 x Rp 11.500,- = Rp 77.050.000,Penerapan Tarif: 20% x Rp 77.050.000,- = Rp 15.410.000,PPh Pasal 26 atas gaji Jhono bulan Januari 2013 adalah Rp 15.410.000,-

Anda mungkin juga menyukai