Anda di halaman 1dari 49

Undang-Undang No.02 Tahun 2002 Pasal 3 Ayat: (1)Pengemban Fungsi Kepolisian Kepolisian Negara RI yang di bantu oleh : 1.

Kepolisian Kusus 2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil: dan atau 3. Bentuk bentuk Pengamanan Swakarsa

Nama : SUNARTO Temp/Tgl.lhr : Magetan,20-02 1969 Pangkat/nrp : Iptu/69020335 Kesatuan : Kompi 3 Yon B Sat Brimob Polda Metro Jaya Jabatan 2011-skrg : Danki 3 Yon B Alamat Kantor : Asrama Brimob Pasar Minggu Jakarta Selatan Contac person : 081210779696

Eskalasi dalam pengendalian massa sbb: a. Situasi Damai (hijau) -Tgg. Jwb: Babinkamtibmas+Satpam b. Situasi Tidak Tertib (kuning) -Tgg.Iwb : Dalmas Polres c. Situasi Melanggar Hukum (merah) -Tgg.Jwb : Satuan PHH (Brimob)

a.Bersikap arogan & terpancing perilaku ms b.Melakukan tindakan kekerasan c.Membawa peralatan diluar ketentuan d.Keluar dari ikatan satuan dalmas e.Mengucapkan kata kata kotor,memaki maki f.Melakukan tindakan tanpa perintah pimpinan

Menghormati HAM dari setiap orang yang melakukan Unjuk Rasa Melayani dan mengamankan peserta unjuk rasa Melindungi jiwa dan harta benda Bergerak dan bertindak berdasarkan perintah

Materi ke - 2 Peraturan Kapolri No. 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian

23/02/2009


23/02/2009

Legalitas Nesesitas Proporsionalitas Kewajiban Umum Preventif Masuk Akal (Reasonable)


7

Penggunaan kekuatan harus sesuai dengan hukum yang berlaku.

Penggunaan kekuatan harus digunakan hanya untuk mencapai tujuan penegakan hukum yang sah dan tidak bertentangan dengan hukum.

28 April 2013

Penggunaan kekuatan dapat dilakukan bila memang diperlukan dan tidak dapat dihindarkan berdasarkan situasi yang dihadapi.

Satu tingkat kekuatan tertentu digunakan ketika semua cara yang lebih rendah telah dipertimbangkan atau telah dicoba.

28-04-2013

Penggunaan kekuatan harus dilaksanakan secara seimbang antara ancaman yang dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon anggota Polri, sehingga tidak menimbulkan kerugian/korban/penderitaan yang berlebihan.

28-04-2013

10

Anggota Polri diberi kewenangan untuk bertindak atau tidak bertindak menurut penilaian sendiri, untuk menjaga, memelihara ketertiban dan menjamin keselamatan umum.

28/04/2013

11

Tindakan kepolisian mengutamakan pencegahan.

12

Tindakan kepolisian diambil dengan mempertimbangkan secara logis situasi dan kondisi dari ancaman atau perlawanan pelaku kejahatan terhadap petugas atau bahayanya terhadap masyarakat.
Jumlah kekuatan harus masuk akal dan diperlukan

untuk menangani kekuatan yang digunakan terhadap orang lain dan tidak berlebihan, menurut seseorang yang berpikiran masuk akal dan hati-hati.
13

Prioritas Keselamatan
Korban dan Anggota Masyarakat Lainnya Anggota Polisi Tersangka

Anggota Polri harus menghindari kekuatan yang tidak diperlukan


atau yang berlebihan. Fakta-fakta atau situasi-situasi yang tidak diketahui oleh anggota

Polri bersangkutan saat kejadian penggunaan kekuatan, tidak


boleh dijadikan pertimbangan dalam menentukan kemudian apakah kekuatan yang telah digunakan dibenarkan atau tidak.
14

Mencegah, menghambat, atau menghentikan tindakan pelaku kejahatan atau tersangka yang sedang berupaya atau sedang melakukan tindakan

yang bertentangan dengan hukum; atau

Mencegah pelaku kejahatan atau tersangka melarikan diri atau melakukan tindakan yang membahayakan anggota Polri atau masyarakat;
15

Melindungi diri atau masyarakat dari ancaman atau perbuatan pelaku kejahatan atau tersangka yang dapat menimbulkan luka parah atau mematikan; atau

Melindungi kehormatan kesusilaan atau harta benda


diri sendiri atau masyarakat dari serangan yang melawan hak dan/atau mengancam jiwa manusia.

16

Penggunaan Kekuatan adalah segala penggunaan/pengerahan daya, potensi ataukemampuan anggota Polri dalam rangka melaksanakan tindakan kepolisian. (Bab I, Pasal 1)
Penggunaan kekuatan harus sesuai dengan

tingkat ancaman dan harus seimbang dan meminimalkan resiko luka/korban di pihak masyarakat, resiko kerusakan harta benda, benda-benda budaya, dan lingkungan alam.
17

Mempertahankan diri dan/atau masyarakat adalah tindakan yang diambil oleh anggota Polri untuk melindungi diri sendiri atau masyarakat, atau harta benda atau kehormatan kesusilaan dari bahaya yang mengancam secara langsung.

18

Tindakan pasif adalah tindakan seseorang atau sekelompok orang yang tidak menyerang, tetapi tindakan mereka mengganggu atau dapat mengganggu ketertiban masyarakat atau keselamatan masyarakat, dan tidak mengindahkan perintah anggota Polri untukmenghentikan perilaku tersebut.
19

Tindakan aktif adalah tindakan seseorang atau sekelompok orang untuk melepaskan diri atau melarikan diri dari anggota Polri tanpa menunjukkan upaya menyerang anggota Polri. Tindakan agresif adalah tindakan seseorang atau sekelompok orang untuk menyerang anggota Polri, masyarakat, harta benda atau kehormatan kesusilaan.
20

23/02/2009

Kekuatan berdampak deterrent /pencegahan.


Tidak ada potensi menimbulkan cedera/luka fisik. diterapkan dengan bentuk kehadiran anggota Polri,

yang dapat diketahui melalui (Bab II, Pasal 6):


Seragam Polisi atau rompi atau jaket bertuliskan POLISI

Kendaraan bertanda POLRI;


Lencana kewenangan Polri; atau Identifikasi lisan dengan meneriakkan kata POLISI.
21

Kehadiran polisi dapat berupa patroli rutin, operasi khusus, atau dengan menunjukkan peralatan kepolisian.

Dalam banyak situasi, kehadiran polisi saja telah membuat calon pelaku kejahatan mengurungkan niatnya.
22

Supaya kehadiran anggota Polri memiliki efek semacam itu, dia harus memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat. Jika masyarakat melihat anggota Polri sebagai pelindung masyarakat yang profesional dan adil, kehadiran polisi berseragam saja biasanya sudah dapat menciptakan suasana yang tenang dan patuh hukum.
23

Perintah Lisan
Tidak ada potensi luka/cedera fisik.

Kebanyakan situasi dapat diselesaikan melalui keterampilan-keterampilan komunikasi atau arahan lisan yang efektif. Dalam konfrontasi lisan, rasa takut dan amarah harus

diredam terlebih dahulul sebelum orang tersebut


dapat memahami perintah anggota Polri.
24

Ini menuntut adanya keterampilan komunikasi efektif dan kesabaran.


Sikap profesional dan percaya diri dalam menggunakan

perintah lisan membuat pengendalian situasi menjadi jauh lebih mudah.

Pada setiap tahapan penggunaan kekuatan yang dilakukan dapat diikuti dengan komunikasi lisan/ucapan dengan cara membujuk, memperingatkan dan memerintahkan untuk menghentikan tindakan pelaku kejahatan atau tersangka (Bab II, Pasal 7, ayat (1)).
25

Kendali Tangan Kosong Lunak


Banyak teknik kendali yang dapat digolongkan sebagai Kendali Tangan Kosong Lunak. Sebagian teknik ini bisa berupa sesuatu yang ringan seperti gerakan-gerakan untuk membimbing orang dengan baik hingga teknikteknik yang lebih dinamis, seperti teknik kuncian Clamp. Teknik kendali tangan kosong lunak dapat dimanfaatkan untuk tingkat perlawanan lainnya.

26

Sangat kecil kemungkinan luka/cedera fisik

Teknik-teknik Tangan Kosong Lunak terdiri dari:


Kendali-kendali persendian/kuncian Teknik-teknik pengawalan

27

Kendali tangan kosong keras


Sedang kemungkinannya menimbulkan luka/cedera fisik.

Digunakan untuk tingkat perlawanan yang lebih

tinggi.

Digunakan ketika bentuk kendali yang lebih rendah gagal atau tidak akan berhasil karena perlawanan tersangka dianggap berada di tingkat yang lebih berbahaya.
28

Penggunaan teknik-teknik ini mungkin menyebabkan luka/cedera ringan; tetapi luka ringan ini jauh lebih baik daripada luka yang mungkin dapat ditimbulkan jika kekuatan yang lebih tinggi digunakan. Kekuatan tangan kosong keras terdiri dari teknikteknik pukulan yang dapat dilakukan dengan menggunakan kepalan tangan, lengan bawah, tungkai kaki atau kaki.
29

Sasaran yang disarankan adalah bagian tubuh yang memiliki banyak massa otot, seperti tungkai kaki, lengan, dan pundak.
Jika dilakukan dengan benar, pukulan ini

menimbulkan gelombang kejut alir (keram otot), sehingga menghambat tindakan/aksi otot. Terkadang perlu memukul bagian yang memiliki resiko cedera lebih besar, seperti sendi atau bagian tulang.
30

Kendali senjata tumpul, senjata kimia antara lain gas air mata, semprotan cabe & alat lain sesuai standar Polri.
Tinggi Kemungkinan Menyebabkan Luka/Cedera Ringan

Mencakup alat kendali apa saja yang telah diijinkan oleh Polri atau alat untuk menahan, yang diharapkan tidak akan mengakibatkan kematian jika digunakan secara benar.
Dibenarkan jika petugas meyakini dia tdk. dapat

mengendalikan situasi tanpa penggunaan senjata tingkat menengah.


31

Peraturan memberi kewenangan untuk membawa dan menggunakan tongkat kepolisian (T & lainnya yang diwenangkan): Alat pemukul bentuk lain tidak diperbolehkan untuk dibawa. Anggota Polri harus mendapat sertifikasi penggunaan tongkat kepolisian.
32

Senjata tingkat menengah ini dapat digunakan dalam konfrontasi yang melibatkan kekerasan fisik dimana tingkat kekuatan yang lebih tinggi tidak diperlukan atau tidak sesuai, dan tingkat kekuatan yang lebih rendah tidak sesuai dan tidak efektif. Tongkat kepolisian tidak boleh digunakan untuk memukul seseorang yang sudah ditangkap dan sudah dapat dikendalikan.
33

Kendali menggunakan senjata api atau alat lain yang menghentikan tindakan atau perilaku pelaku kejahatan atau tersangka yang dapat menyebabkan luka parah atau kematian anggota Polri atau anggota masyarakat (Besar kemungkinannya

menimbulkan luka/cedera fisik parah, atau bahkan


kematian).
34

Tingkat kekuatan ini digunakan ketika (Bab II, Pasal 8, ayat (1)).
Tindakan pelaku kejahatan atau tersangka dapat

secara segera menimbulkan luka parah atau kematian bagi anggota Polri atau masyarakat; Anggota Polri tidak memiliki alternatif lain yang beralasan dan masuk akal untuk menghentikan tindakan/perbuatan pelaku kejahatan atau tersangka tersebut; Anggota Polri sedang mencegah larinya pelaku kejahatan atau tersangka yang merupakan ancaman segera terhadap jiwa anggota Polri atau masyarakat.
35

Tingkat Enam HANYA dibenarkan ketika kekuatan tersebut merupakan SATU-SATUNYA pilihan yang tersedia bagi anggota Polri, dan kekuatan tersebut secara beralasan dan masuk akal memiliki kemungkinan untuk menghentikan tindakan

pelaku kejahatan yang menunjukkan ancaman


segera luka parah atau kematian.
36

Contoh tindakan tersangka yg. dapat secara segera menyebabkan luka parah atau kematian antara lain: melepas tembakan ke seseorang atau di tempat yg. padat, sengaja

menabrakkan mobil ke orang, menusuk orang dg. pisau,


melakukan tindakan membahayakan kehormatan (perkosaan), sengaja mendorong orang ke jalur bus yg. tengah lewat.

Beberapa contoh lain adalah tindakan membakar stasiun


pompa bensin atau meledakkan gudang senjata.
37

Maksud penggunaan kekuatan tingkat enam oleh anggota Polri tidaklah untuk membunuh, tetapi sebagai satu-satunya cara yg. masuk akal untuk menghentikan ancaman yg. dapat menimbulkan luka parah atau kematian yg. ditunjukkan oleh pelaku kejahatan.
Kekuatan ini tidak terbatas hanya pada penggunaan senjata api, tetapi tindakan apa saja yg. diambil oleh anggota Polri, yg. secara masuk akal, akan dapat menghentikan tindakan tersangka yg. dapat menyebabkan luka aparah atau kematian bagi anggota Polri atau anggota masyarakat.
38

Jenis-jenis Perlawanan/Ancaman yang akan dihadapi oleh anggota Polri sebagaimana diberikan dalam Matriks Penggunaan Kekuatan dan Perkap No. 1

Tahun 2009.

Tingkat-tingkat Perlawanan
Jenis dan jumlah perlawanan/ancaman yang dihadapi

seorang anggota Polri ditentukan oleh maksud dan tingkat


keseriusan tersangka.
39

Ada Enam Tingkat Perlawanan:


Perlawanan Tingkat Satu Tetap di satu tempat

secar a ilegal Perlawanan Tingkat Dua Ketidakpatuhan Lisan Perlawanan Tingkat Tiga Perlawanan Pasif Perlawanan Tingkat Empat Perlawanan Aktif Perlawanan Tingkat Lima Perlawanan Agresif Perlawanan Tingkat Enam Ancaman segera luka parah atau kematian
40

Perlawanan Tingkat 1 : Melanggar hukum dg. berada di suatu tempat


Satu orang atau lebih berada di suatu tempat secara

tidak patuh hukum, sedangkan anggota Polri (yang


dapat dikenali sebagai anggota Polri) ada di sana (orang tersebut tahu atau semestinya sudah tahu bahwa tetap berada di tempat tersebut adalah satu hal yang ilegal untuk dilakukan).
41

Perlawanan Tingkat 2 : Ketidakpatuhan Lisan


Di tingkat ini, pelaku membantah perintah sah secara

hukum yang diberikan oleh anggota Polri.

42

Perlawanan Tingkat 3 : Perlawanan Pasif


Perlawanan fisik paling rendah. Pelaku tidak mencoba menyerang, tetapi perilaku

mereka mengganggu atau dapat mengganggu ketertiban atau keselamatan masyarakat, dan tidak mengindahkan perintah anggota Polri untuk menghentikan perilaku tersebut. biasanya dengan melemaskan tubuh/lunglai atau membuat diri berat tidak mau diangkat (dead weight).
43

Perlawanan Tingkat 4 : Perlawanan Aktif


Perlawanan fisik langsung untuk melepaskan diri

dari anggota Polri yang mencoba untuk mengendalikan tersangka. Dikenal sebagai perlawanan defensif.
Biasanya dengan cara mendorong atau menarik diri. Biasanya tidak bermaksud melukai anggota Polri. Tersangka tidak berupaya menyerang anggota Polri atau orang lain.
44

Perlawanan Tingkat 5 : Perlawanan Agresif


Tersangka menyerang anggota Polri supaya

anggota Polri tersebut tidak dapat mengendalikannya. ini berupa serangan fisik dimana tersangka memukul atau menggunakan teknik-teknik lain sedemikian sehingga dapat menyebabkan luka terhadap anggota Polri atau masyarakat.

45

Perlawanan Tingkat 6 : Ancaman segera yang dapat menyebabkan luka parah atay kematian thd. anggota Polri atau anggota masyarakat.
Tersangka menggunakan tingkat kekuatan fisik yang

menuntut dan membenarkan petugas menggunakan respon tingkat 6 untuk menghentikan ancaman yang ditunjukkan. anggota Polri mungkin tidak hanya menghadapi perlawanan yang bertujuan agar tidak ditangkap, tetapi juga tindakan fisik menyerang yang bermaksud jahat dari pelaku terhadap anggota Polri dengan menggunakan senjata. Pelaku mungkin menggunakan teknik-teknik atau bendabenda lain yang dapat menyebabkan luka parah atau kematian anggota Polri atau masyarakat
46

Setelah kejadian penggunaan kekuatan, tidak perduli bagaimana situasinya, anggota Polri bersangkutan akan menjelaskan tindakan yang dilakukannya ke atasan, dan bahkan, jika diperlukan, ke pengadilan. Oleh sebab itu, anggota Polri harus mampu menjelaskan kenapa tingkat kekuatan yang digunakan tersebut dapat dibenarkan. Penjelasan yang membenarkan penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian, sebagaimana dibahas di kelas, harus diberikan secara jelas, sehingga anggota Polri tidak akan ragu-ragu lagi ketika dihadapkan pada situasi yang mengharuskan dia membuat keputusan tersebut di lapangan.
47

Akibat dari keragu-raguan atau ketiadaan tindakan anggota Polri yang disebabkan kurangnya pelatihan, dapat membahayakan.
Anggota Polri harus melindungi masyarakat dan dirinya sendiri serta menjalankan fungsinya sebagai anggota Polri tanpa membahayakan orang lain.

48

49

Anda mungkin juga menyukai