Anda di halaman 1dari 47

PRAKTIKUM

PROSES DAN OPERASI TEKNIK


(POT) 1
FLUIDISASI
Kelompok 21:
Rizqi Pandu Sudarmawan
Ranti Fabrianne
Stella Lydia Maria
Yan A. Ardiansyah
Pendahuluan
Fluidisasi merupakan fenomena saat fluida, baik cair
ataupun padat, dilewatkan dengan kecepatan tertentu
melalui suatu unggun partikel padat sehingga partikel
padat bergerak dan tersuspensi di dalam fluida.
Pendahuluan
Hal-hal yang mempengaruhi proses fluidisasi adalah :
- Laju alir fluida dan jenis fluida.
- Ukuran dan bentuk partikel.
- Jenis dan densitas partikel.
- Porositas unggun.
- Distribusi aliran.
- Distribusi bentuk ukuran fluida.
- Diameter kolom fluidisasi.
- Tinggi unggun.

Fenomena Fluidisasi
- Fluida yang
digunakan adalah
fluida udara.
- Partikel unggun
berupa padatan.
PERCOBAAN 1
Tujuan :
1. Untuk mengetahui perilaku unggun terfluidisasi
2. Untuk mengetahui hubungan antara ketinggian
unggun, kehilangan tekanan dan kecepatan
superficial
3. Untuk mengetahui pengaruh kecepatan superficial
dengan suhu dan ketinggian unggun pada koefisien
transfer panas permukaan dalam unggun terfluidisasi

Prosedur Percobaan 1
Saat laju alir naik (Increasing Flowrate)
Mengatur laju alir udara (Q = 0 L/s) dengan mengatur
knop aliran udara.
Mencatat ketinggian bed (Hb) yang terfluidisasi pada
setiap kenaikan laju alir udara.
Mencatat perbedaan ketinggian fluida (h) yang ada di
dalam manometer pada setiap kenaikan laju alir
udara.
Menambah laju alir udara secara bertahap sehingga
didapatkan variasi laju alir udara masing masing
0.2 L/s; 0.4 L/s; 0.6 L/s; 0.8 L/s; 1 L/s; 1.2 L/ s; 1.4
L/s; 1.6 L/s; 1.7L/s
Prosedur Percobaan 1
Saat laju alir turun (Decreasing Flowrate)
Mengatur laju alir udara (Q = 1.7 L/s) dengan
mengatur knop aliran udara.
Mencatat ketinggian bed (Hb) yang terfluidisasi pada
setiap kenaikan laju alir udara.
Mencatat perbedaan ketinggian fluida (h) yang ada di
dalam manometer pada setiap kenaikan laju alir
udara.
Menambah laju alir udara secara bertahap sehingga
didapatkan variasi laju alir udara masing masing
1.6 L/s; 1.4 L/s; 1.2 L/s; 1 L/s; 0.8 L/s; 0.6 L/s;
0,4 L/s; 0.2 L/s; 0 L/s.

Saat laju air naik (Increasing Flowrate)
Q(L/s) hb (m) h1 (m) h2 (m) h (m)
0,2
0,056 0,041 0,041 0
0,4
0,056 0,044 0,041 0,003
0,6
0,056 0,046 0,041 0,005
0,8
0,056 0,049 0,041 0,008
1
0,058 0,050 0,041 0,009
1,2
0,060 0,051 0,041 0,010
1,4
0,063 0,053 0,041 0,012
1,6
0,065 0,053 0,041 0,012
1,7
0,067 0,053 0,041 0,012
Analisa Grafik
Pada grafik hubungan antara laju alir udara
dengan ketinggian unggun dapat dilihat
semakin tinggi nilai laju alir maka
ketinggian unggun juga akan bertambah.

Pada saat udara dialiri ke dalam bed, maka
akan timbul gelembung-gelembung dalam
bed yang mengakibatkan bed terfluidisasi.
Gelembung-gelembung ini menyebabkan
ketinggian bed bertambah.

Saat laju alir 0,2 0,8 tinggi unggun belum
berubah karena belum terjadi fluidsasi
pada saat laju alir tersebut.

Kecepatan superficial terendah saat laju
alirnya 1,0 m3/s yaitu saat unggun mulai
terfluidisasi.
0.05
0.052
0.054
0.056
0.058
0.06
0.062
0.064
0.066
0.068
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.7
h
b

Q
Grafik hubungan antara Q
vs hb
Series1
Analisa Grafik
Pada grafik hubungan antara laju alir
udara dengan tekanan dapat dilihat
semakin tinggi nilai laju alir maka nilai
tekanan juga akan meningkat.

Hal ini disebabkan karena peningkatan
laju alir udara memberikan gaya seret
pada partikel yang menimbulkan
penurunan tekanan di sepanjang unggun.

Saat laju akhir 1,4-1,7 beda tekanan
konstan. Hal ini dikarenakan pada
unggun terfluidisasi, gaya yang
disebabkan oleh penurunan tekanan
harus sama dengan selisih gaya gravitasi
yang dikenakan pada partikel unggun
dikurangi dengan gaya angkat dari udara
sebagai fluida.


0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.7

h

Q
Grafik hubungan antara Q vs
h
Series1
Saat laju air turun (Decreasing Flowrate)
Q(L/s) hb (m) h1 (m) h2 (m) h (m)
1,7
0,067 0,053 0,041 0,012
1,6
0,065 0,053 0,041 0,012
1,4
0,062 0,052 0,041 0,011
1,2
0,060 0,051 0,041 0,010
1
0,068 0,050 0,041 0,009
0,8
0,056 0,049 0,041 0,008
0,6
0,056 0,046 0,041 0,005
0,4
0,056 0,044 0,041 0,003
0,2
0,056 0,041 0,041 0
Analisa Grafik
Pada grafik hubungan antara
laju alir udara dengan
ketinggian unggun dapat
dilihat semakin kecil nilai laju
alir maka ketinggian unggun
juga akan berkurang.

Saat laju alir 0,8 0,2 tinggi
unggun konstan karena belum
terjadi fluidisasi pada saat laju
alir tersebut.


0.05
0.052
0.054
0.056
0.058
0.06
0.062
0.064
0.066
0.068
0.07
1.7 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2
h
b

Q
Grafik hubungan antara Q vs
hb
Series1
Analisa Grafik
Pada grafik hubungan antara laju
alir udara dengan tekanan dapat
dilihat semakin kecil nilai laju alir
maka nilai tekanan juga akan
menurun.
Hal ini disebabkan karena
peningkatan laju alir udara
memberikan gaya seret pada
partikel yang menimbulkan
penurunan tekanan di sepanjang
unggun.



0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
1.7 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2

h

Q
Grafik hubungan antara Q
vs h
Series1
Saat laju akhir 1,7-1,6 beda tekanan konstan. Hal ini dikarenakan
pada unggun terfluidisasi, gaya yang disebabkan oleh penurunan
tekanan harus sama dengan selisih gaya gravitasi yang dikenakan
pada partikel unggun dikurangi dengan gaya angkat dari udara
sebagai fluida.
Analisa Kesalahan
Kesalahan yang kemungkinan terjadi saat praktikum antara lain:
1. Data yang di ambil tidak stabil hal ini dikarenakan kurang
telitinya saat melihat nilai yang di tunjukan indikator.
2. Saat praktikum penurunan laju alir, didapatkan hasil yang
kurang meyakinkan, yaitu saat laju alir 1 cm3/s ketinggian
unggun meningkat, seharusnya menurun hal ini kemungkinan
dikarenakan kesalahan saat melihat indikator.
3. Saat praktikum, indikator tekanan hanya ada indikator
tekanan unggun, tidak ada indikator dari udara dikarenakan
kerusakan.

PERCOBAAN 2
Tujuan :
Mengetahui pengaruh kecepatan superficial, dalamnya
perendaman, ukuran partikel pada koefisien
perpindahan panas permukaan panas dalam unggun
terfluidisasi.
Prosedur Percobaan 2
Saat Heater Tercelup
Mengatur heater agar berada di dalam unggun (keadaan demikian selanjutnya
disebut tercelup). Karena ketika dalam keadaan diam unggun cukup padat, maka
dapat diset pada laju alir (misalnya pada Q = 1.7 L/s) tertentu dimana unggun
terfluidisasi. Ketika unggun berada dalam kondisi terfluidisasi inilah, heater
dengan mudah dicelupkan . Suhu heater diset pada nilai 70
o
C.
Dengan cara yang sama termokopel diset dalam kondisi tercelup.
Mengatur laju alir udara (Q = 0,6 L/s) dengan mengatur knop aliran udara.
Mencatat datadata berikut dengan cara mengubahubah knop temperature
indicator: temperatur bed (T
2
) dan temperatur udara (T
3
).
Mencatat ketinggin bed (Hb) yang terfluidisasi.
Mencatat ketinggian fluida pada kedua manometer.
Mengulangi langkah 1-6 dengan mengubah setingan suhu heater menjadi 100
o
C
dan 130
o
C.
Mengulangi langkah 1-7 dengan variasi laju alir udara masing-masing 1 L/s dan
1,4 L/.
Mengulangi langkan 1-8 untuk kondisi termokopel tidak tercelup.

Prosedur Percobaan 2
Saat Heater Tidak Tercelup
Mengatur heater agar berada di dalam kondisi tidak tercelup
Termokopel diset dalam kondisi tercelup.
Mengatur laju alir udara (Q = 0,6 L/s) dengan mengatur knop aliran
udara.
Mencatat datadata berikut dengan cara mengubahubah knop
temperature indicator: temperatur bed (T
2
) dan temperatur udara (T
3
).
Mencatat ketinggian bed (Hb) yang terfluidisasi.
Mencatat ketinggian fluida pada kedua manometer.
Mengulangi langkah 1-6 dengan mengubah setingan suhu heater
menjadi 100
o
C dan 130
o
C.
Mengulangi langkah 1-7 dengan variasi laju alir udara masing-masing 1
L/s dan 1,4 L/.
Mengulangi langkan 1-8 untuk kondisi termokopel tidak tercelup.

Q (m
3
/s) h
unggun
h1 h2 h

0.2 5.6 0.041 0.041 0
0.4 5.6 0.042 0.041 0.001
0.6 5.6 0.046 0.041 0.005
0.8 5.6 0.049 0.041 0.008
1 5.8 0.051 0.041 0.01
1.2 6 0.052 0.041 0.011
1.4 6.3 0.053 0.041 0.012
1.6 6.5 0.053 0.041 0.012
1.7 6.7 0.053 0.041 0.012
Data Percobaan 2
Q T2 T3 hb h1 h2 h P
ATAS-
ATAS
0.6 26 28 0.058 0.047
0.041
0.006 0.07056
1 26 27 0.057 0.051 0.041 0.01 0.1176
1.4 26 28 0.063 0.053
0.041
0.012 0.14112
ATAS-
BAWAH

0.6 25 29 0.057 0.048
0.041
0.007 0.08232
1 25 27 0.058 0.051
0.041
0.01 0.1176
1.4 25 30 0.062 0.053
0.041
0.012 0.14112
BAWAH-
ATAS

0.6 26 30 0.058 0.047
0.041
0.006 0.07056
1 26 30 0.057 0.051
0.041
0.01 0.1176
1.4 27 30 0.062 0.053
0.041
0.012 0.14112
BAWAH-
BAWAH
0.6 31 31 0.057 0.048
0.041
0.007 0.08232
1 32 30 0.058 0.052
0.041
0.011 0.12936
1.4 31 30 0.063 0.058
0.041
0.017 0.19992
Untuk T1 = 70
o
C
Q T2 T3 hb h1 h2 h P
ATAS-
ATAS
0.6 34 32 0.057 0.048
0.041
0.007 0.08232
1 33 32 0.059 0.051 0.041 0.01 0.1176
1.4 33 34 0.062 0.058
0.041
0.017 0.19992
ATAS-
BAWAH

0.6 37 32 0.057 0.048
0.041
0.007 0.08232
1 35 31 0.058 0.052
0.041
0.011 0.12936
1.4 34 33 0.063 0.053
0.041
0.012 0.14112
BAWAH-
ATAS

0.6 35 31 0.057 0.048
0.041
0.007 0.08232
1 35 30 0.059 0.052
0.041
0.011 0.12936
1.4 36 32 0.063 0.058
0.041
0.017 0.19992
BAWAH-
BAWAH
0.6 36 31 0.056 0.048
0.041
0.007 0.08232
1 36 30 0.058 0.052
0.041
0.011 0.12936
1.4 36 30 0.063 0.058
0.041
0.017 0.19992
Untuk T1 = 100
o
C
Q T2 T3 hb h1 h2 h P
ATAS-
ATAS
0.6 33 32 0.056 0.048
0.041
0.007 0.08232
1 31 33 0.057 0.051 0.041 0.01 0.1176
1.4 32 35 0.061 0.057
0.041
0.016 0.18816
ATAS-
BAWAH

0.6 29 36 0.056 0.049
0.041
0.008 0.09408
1 31 30 0.056 0.051
0.041
0.01 0.1176
1.4 29 35 0.061 0.054
0.041
0.013 0.15288
BAWAH-
ATAS

0.6 29 34 0.056 0.049
0.041
0.008 0.09408
1 31 35 0.058 0.053
0.041
0.012 0.14112
1.4 32 33 0.063 0.054
0.041
0.013 0.15288
BAWAH-
BAWAH
0.6 37 35 0.056 0.049
0.041
0.008 0.09408
1 38 36 0.06 0.052
0.041
0.011 0.12936
1.4 41 40 0.064 0.054
0.041
0.013 0.15288
Untuk T1 = 130
o
C
dengan menggunakan rumus-rumus berikut :

pR
4
8QL
1
P
Hb
p

f
( )
g
Nu 0.0247(Ar)
0.4304
Pr
( )
0.33
Pr
C
p

g
k 7E 05x +0.0042
Nu
h
c
d
p
k
g
fluida = 1.2 kg/m
3

partikel = 3.77 kg/m

R (radius bed chamber) = 0.0525 m

L (height above the distributor) = 0.22m

x (mean surface-volume diameter of a powder) = 0.0105 m
GRAFIK PERCOBAAN 2
Saat T = 70
299.5
300
300.5
301
301.5
302
302.5
303
303.5
304
304.5
2.85E-01 2.90E-01 2.95E-01 3.00E-01 3.05E-01 3.10E-01 3.15E-01 3.20E-01 3.25E-01 3.30E-01 3.35E-01
U vs T2 saat T = 70
bawah-bawah
bawah-atas
atas-bawah
atas-atas
Saat T = 100

302.5
303
303.5
304
304.5
305
305.5
306
306.5
307
307.5
2.80E-012.85E-012.90E-012.95E-013.00E-013.05E-013.10E-013.15E-013.20E-013.25E-013.30E-01
U vs T2 saat T = 100
bawah-bawah
bawah-atas
atas-bawah
atas-atas
Saat T = 130

302
303
304
305
306
307
308
309
310
0.285 0.29 0.295 0.3 0.305 0.31 0.315 0.32 0.325 0.33
U vs T2 saat T =130
bawah-atas
bawah-atas
atas-bawah
atas-atas
Saat T = 70
299.5
300
300.5
301
301.5
302
302.5
303
303.5
304
304.5
2.85E-012.90E-012.95E-013.00E-013.05E-013.10E-013.15E-013.20E-013.25E-013.30E-013.35E-01
U vs hb saat T = 70
bawah-atas
bawah-bawah
atas-bawah
atas-atas
Saat T = 100

302.5
303
303.5
304
304.5
305
305.5
306
306.5
307
307.5
2.80E-012.85E-012.90E-012.95E-013.00E-013.05E-013.10E-013.15E-013.20E-013.25E-013.30E-01
U vs hb saat T = 100
bawah-bawah
bawah-atas
atas-bawah
atas-atas
Saat T = 130

302
304
306
308
310
312
314
0.285 0.29 0.295 0.3 0.305 0.31 0.315 0.32 0.325 0.33
U vs hbsaat T = 130
bawah-bawah
bawah-atas
atas-bawah
atas-atas
Saat T = 70

299.5
300
300.5
301
301.5
302
302.5
303
303.5
304
304.5
2.85E-012.90E-012.95E-013.00E-013.05E-013.10E-013.15E-013.20E-013.25E-013.30E-013.35E-01
U vs delta P saat T = 70
bawah-bawah
bawah-atas
atas-bawah
atas-atas
Saat T = 100

299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
2.80E-01 2.90E-01 3.00E-01 3.10E-01 3.20E-01 3.30E-01 3.40E-01
U vs delta P saat T = 100
atas-bawah
atas-atas
atas-bawah
atas-atas
Saat T = 130

302
304
306
308
310
312
314
0.285 0.29 0.295 0.3 0.305 0.31 0.315 0.32 0.325 0.33
U vs delta P saat T = 130
bawah-bawah
bawah-atas
atas-bawah
atas-atas
Saat T = 70

0.285
0.29
0.295
0.3
0.305
0.31
0.315
0.32
0.325
0.33
0.335
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
h vs U saat T = 70
dengan heater tercelup
termokopel tercelup
termokopel tidak tercelup
Saat T = 70
0.305
0.31
0.315
0.32
0.325
0.33
0.335
0.046 0.047 0.048 0.049 0.05 0.051 0.052 0.053 0.054
h vs U saat T = 70
heater tidak tercelup
termokopel tercelup
termokopel tidak tercelup
Saat T = 100

0.285
0.29
0.295
0.3
0.305
0.31
0.315
0.32
0.325
0.33
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
h vs U saat T = 100
heater tercelup
termokopel tercelup
termokopel tidak tercelup
Saat T = 100

0.28
0.285
0.29
0.295
0.3
0.305
0.31
0.315
0.32
0.325
0.33
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
h vs U saat T = 100
heater tidak tercelup
termokopel tercelup
"termokopel tidak tercelup"
Saat T = 130

0.302
0.304
0.306
0.308
0.31
0.312
0.314
0.316
0.318
0.32
0.322
0.048 0.049 0.05 0.051 0.052 0.053 0.054 0.055
h vs U saat T = 130
heater tecelup
termokopel tercelup
termokopel tidak tercelup
Saat T = 130

0.285
0.29
0.295
0.3
0.305
0.31
0.315
0.32
0.325
0.33
0.046 0.048 0.05 0.052 0.054 0.056 0.058
h vs U saat T = 130
heater tidak tercelup
termokopel tercelup
termokopel tidak tercelup
Saat T = 70

0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
-500 0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Re vs Nu saat T = 70
bawah-bawah
bawah-atas
atas-bawah
atas-atas
Saat T = 100

0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
0 500 1000 1500 2000 2500
Re vs Nu saay T = 100
bawah-bawah
bawah-atas
atas-bawah
atas-atas
Saat T = 130

0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Re vs Nu saat T = 130
bawah-bawah
bawah-atas
atas-bawah
atas-atas
Analisis Perhitungan

Analisis Alat dan Bahan
Alumina (Al
2
O
3
) merupakan bahan digunakan sebagai unggun.
Udara digunakan sebagai fluida yang dialirkan ke unggun dengan
aliran dari bawah ke atas.
Compressor merupakan alat yang digunakan untuk memompakan
udara.
Bed chamber merupakan tabung yang digunakan sebagai tempat
unggun.
Heater merupakan alat yang digunakan sebagai pemanas.
Thermocouple merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
suhu.
Manometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan.
Voltmeter dan Amperemeter merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur voltage dan arus yang mengalir pada heater.
Analisis Kesalahan
Pengukuran ketinggian unggun dan pengukuran tekanan pada
manometer yang tidak akurat atau tidak tepat yang
mempengaruhi hasil perhitungan sehingga hasil perhitungan
yang didapat kurang akurat.
Terkadang compressor memompakan udara tidak stabil
(cenderung turun sedikit demi sedikit). Hal tersebut tentunya
mempengaruhi besarnya kecepatan superfisial yang diberikan
pada unggun sehingga hasil yang didapat dapat menjadi kurang
tepat.
Posisi (kedalaman) saat heater dan thermocouple dicelupkan ke
dalam unggun tidak selalu sama untuk berbagai kondisi yang
dilakukan dalam percobaan sehingga ada kemungkinan terdapat
perbedaan pengukuran suhu pada berbagai kondisi yang
akhirnya mempengaruhi hasil.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai